Mohon tunggu...
Muhammad Kinandhi
Muhammad Kinandhi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Semester Tiga

Selanjutnya

Tutup

Film

Apresiasi Estetis Unsur-unsur Mise En Scene dalam "Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak"

25 Oktober 2022   08:40 Diperbarui: 25 Oktober 2022   08:44 347
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

Dalam estetika, proses estetis adalah proses mengapresiasi karya seni dan mengkaji tentang nilai keindahan dalam karya tersebut. Mise-en-scene, adalah usaha pembuat film untuk mengendalikan hal-hal yang terlihat dalam frame film. Unsur-unsur mise-en-scene ini termasuk set atau latar panggung, lighting, akting, bloking, proporsi pengambilan gambar, dan lain-lain. Seluruh elemen yang memberi kontribusi untuk memperkaya visual dalam kesinambungan film dapat dilihat sebagai mise-en-scene.

Film Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak bercerita tentang janda bernama Marlina yang tinggal seorang diri di puncak perbukitan sabana di Sumba. Tujuh perampok kemudian datang untuk mengambil seluruh harta yang masih dimiliki oleh Marlina (hewan ternak, uang dan bahkan kehormatannya). Marlina tidak terima dengan perlakuan para perampok dan membunuh mereka membubuhkan buah beracun dalam masakannya. Namun sayang, Markus yang menunggu untuk menidurinya di kamar tidak ingin makan sup buatannya dan akhirnya berhasil menyentuh tubuhnya walaupun Marlina tetap membunuhnya dengan memenggal kepalanya. 

Marlina kemudian membawa kepalanya dan berangkat ke untuk melaporkan kejadian pelecehan seksual oleh Markus melalui jalan yang panjang. Orang-orang takut kepadanya yang membawa kepala Markus, namun para perempuan yang ia temui di truk tidak begitu. Mereka menunjukkan dukungannya kepada Marlina dan Novi (tetangga dan teman Marlina yang sedang hamil). Sayangnya, birokrasi penanganan keluhan warga di sana sangat terbelakang dan tidak patut diapresiasi. Akhirnya, ia kembali pulang karena mendengar Novi dikejar oleh anak buah Markus yang hanya menginginkan kepala dari Markus. 

Marlina pulang dan berencana menyelamatkan temannya namun anak buah Markus itu masih ingin meniduri Marlina. Marlina tidak bisa berbuat apa-apa karena temannya menjadi sandera si anak buah. Pada akhirnya, Novi sendiri yang membunuh si perampok itu dan melahirkan di dapur Marlina.

Film Marlina si Pembunuh dalam 4 Babak adalah salah satu film kebanggan Indonesia yang menciptakan genre baru yaitu Satay Western. Film ini memperlihatkan perilaku sosial pada daerah-daerah terpencil pada negara Indonesia, Sumba, yang mengungkapkan fenomena patriarki dan birokrasi penanganan masyarakat yang sangat busuk. Film ini juga membahas tentang feminisme yang tetap diimplementasikan pada pelosok desa.

Kali ini saya akan mengkaji beberapa unsur mise-en-scene yang terdapat dalam film Marlina si Pembunuh dalam 4 Babak yang memiliki nilai keindahan. 

1.  Keindahan dalam proporsi pengambilan gambar

Sudut penangkapan gambar dalam film didominasi oleh shot establish, dan memiliki unsur visual balance. Sudut establish yang direkam dengan jarak sangat jauh untuk menangkap keseluruhan tempat dalam film ini jelas digunakan untuk memperjelas keindahan sabana Sumba yang membentang luas dan berliuk-liuk. Nilai keindahan ini membuat penontonnya merasa tenang dan terpuaskan. Rasio yang seimbang juga sering ditampilkan dan memperindah film. Rasio ini mendukung konsep 'dilemma' terutama saat ia berdiri di tengah-tengah Markus dan mayat suaminya. Hal ini membawa perasaan ngeri dan tegang kepada para penonton, serta emiliki makna yang dalam.

2. Keindahan dalam akting tokoh

Akting dari pemeran Marlina dalam membawakan perdebatan batin ini selain ditunjukkan dari ekspresinya, juga diperlihatkan dari elemen yang termasuk pada frame kala itu. Misalnya dalam babak satu, akting Marlina yang mendengarkan obrolan tidak pantas laki-laki itu direpresentasikan sebagai api yang nyala cahayanya tidak stabil dan membara di dapur. Keindahan ini dapat dirasakan karena gejolak emosi dari aktris membuat kita ingin berempati dan ikut merasakan emosi yang ia rasakan.

3. Keindahan dalam desain set film

Marlina datang dari keluarga yang sangat tidak mampu. Untuk menguburkan jasad 'Topan' yang diyakini sebagai bayi Marlina yang tidak sempat lahir, ia harus berhutang untuk biaya penguburan nya. Ia bahkan tidak memiliki uang untuk mengubur suaminya yang sudah terbujur kaku di pojok ruang tengah pada rumahnya yang terbuat dari anyaman itu. Rumah dari anyaman, hiasan di dinding dan kompor yang masih menggunakan api dan kayu. Tidak lupa mayat suaminya yang duduk di pojok ruangan. Keindahan ini membuat kita berempati kepada Marlina dan merasakan kengeriang di saat yang bersamaan.

Sekian pembahasan saya pada artikel kali ini. Semoga bacaan ini bermanfaat bagi pembuat dan pembacanya. Terima kasih untuk pengertian dan perhatiannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun