Diantara sekian unsur-unsur yang terlihat fresh didalamnya, nyatanya Suzume menyajikan banyak elemen yang pernah diperlihatkan Makoto Sensei pada film-film sebelumnya.
Diawal cerita saja, saat Suzume tidak sengaja terjebak dalam petualangan pencarian pintu bencana, cukup mirip dengan alur awal Hoshi wo Ou Kodomo dimana sang tokoh utama juga tidak sengaja melakukan perjalanan ke Agartha.
Tidak hanya itu, kita pun juga diperlihatkan elemen Tenki no Ko dalam adegan pengorbanan secara pasrah dari Souta untuk menjadi penjaga pintu bencana setelah dirinya cukup lama menjadi kursi. Namun, pengorbanan itu digagalkan setelah Suzume mencari gerbang penghubung ke dunia After-Never yang ternyata berada disekitar kompleks rumahnya, persis seperti Hodoka yang menyusul Hina dan membatalkan pengorbanannya untuk menghentikan musim hujan tak berujung kota Tokyo, bedanya pengorbanan Suzume tidak semerugikan Hodaka.
Elemen Kimi no Na wa yang terlihat disini adalah bagaimana seluruh cerita terkoneksi. Kita yang dibingungkan makna di adegan awal, mendapat jawabannya saat menontonnya hingga akhir, dengan tempo alur rapih dan tidak tergesa-gesa.
Dengan segala penyampuran elemen-elemen film Makoto Shinkai sebelumnya yang ikonik serta beberapa tampilan beda, praktis membuat Suzume no Tojimari dikatakan sebagai "End Game" dari anime-anime movie kreasi Makoto Shinkai.
Meskipun begitu, saya selaku penulis cukup puas dan menantikan, bencana apa lagi yang akan diromantisasi oleh Makoto-sensei.
