Mohon tunggu...
Rahma Kintara
Rahma Kintara Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

tertarik pad isu sosial politik dan pemerintahan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sejarah Masuknya Islam di Tobelo dan Tragedi Konflik Agama 1999

14 Agustus 2024   12:45 Diperbarui: 14 Agustus 2024   12:48 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mafaz Nabil| Agustus 2024

Tobelo, sebuah wilayah di Halmahera Utara, Maluku Utara, merupakan saksi bisu dari perjalanan panjang sejarah yang membawa masyarakatnya pada berbagai fase kehidupan, mulai dari awal peradaban hingga tragedi besar yang mengguncang kedamaian wilayah tersebut. Salah satu kisah yang selalu dikenang adalah tentang bagaimana peradaban di Tobelo dimulai dan berkembang, serta bagaimana syiar Islam pertama kali masuk ke daerah ini.

Menurut cerita yang diwariskan dari generasi ke generasi, pada suatu masa yang lampau, seorang penjelajah tiba di wilayah yang kini dikenal sebagai Tobelo. Ia menyaksikan daratan yang dari kejauhan tampak seperti gunung, mengundang rasa penasaran. Setelah mendekat, penjelajah tersebut menyadari bahwa daratan ini bukanlah gunung seperti yang ia kira, melainkan sebuah tanah subur yang potensial untuk dijadikan tempat tinggal. Diputuskanlah bahwa wilayah tersebut akan menjadi awal mula peradaban baru. Nama "Tobelo" sendiri diyakini berasal dari kata "Belo" yang dalam bahasa setempat berarti "patok." Nama ini menggambarkan proses penandaan wilayah yang dipilih untuk didiami.

Di tempat ini, syiar Islam mulai menyebar dan menjadi bagian integral dari kehidupan masyarakat Tobelo. Meskipun begitu, asal-usul penjelajah yang pertama kali datang ke Tobelo dan memulai syiar Islam masih menjadi perdebatan. Beberapa versi cerita menyebutkan bahwa penjelajah ini datang dari berbagai wilayah yang berbeda, membawa keyakinan dan tradisi Islam yang kemudian berbaur dengan budaya lokal.

Namun, di balik sejarah syiar Islam yang damai, Tobelo juga menyimpan catatan kelam tentang tragedi konflik agama yang terjadi pada tahun 1999. Awalnya, masyarakat Tobelo hidup dalam kerukunan yang harmonis, di mana perbedaan agama tidak pernah menjadi penghalang untuk hidup berdampingan. Namun, situasi berubah drastis ketika pengaruh luar mulai masuk ke Tobelo. Konflik yang sebenarnya dibawa dari luar wilayah ini perlahan-lahan merusak tatanan sosial yang telah terbentuk selama bertahun-tahun.

Kejadian tragis ini dimulai dua malam sebelum Hari Raya Idul Fitri. Beberapa truk yang membawa orang-orang dari luar daerah tiba-tiba datang dan berhenti di sebuah gereja. Warga setempat mungkin tidak menyadari ancaman yang mengintai, namun situasi segera memanas. Pada malam Lebaran, penyerangan besar-besaran terjadi. Suara bom yang meledak menghancurkan suasana damai, disusul dengan tindakan-tindakan kekerasan seperti memukul tiang listrik untuk mengirimkan sinyal peringatan, dan bahkan terjadi pembakaran di beberapa titik penting.

Tragedi ini bukan hanya sekadar konflik agama; ini adalah luka mendalam yang menimpa masyarakat Tobelo, yang selama ini hidup dalam harmoni. Saudara yang sebelumnya hidup berdampingan tanpa masalah tiba-tiba dihadapkan pada situasi di mana mereka bisa saling membunuh. Perpecahan yang terjadi menggambarkan betapa rapuhnya kedamaian jika terpengaruh oleh faktor-faktor eksternal.

Setelah tragedi tersebut, masyarakat Tobelo tidak tinggal diam. Dalam upaya untuk mengembalikan kedamaian, mereka menciptakan slogan "Hibualamo," yang berarti rumah bersama. Slogan ini tidak hanya sekadar simbol, tetapi juga menjadi pendorong bagi masyarakat untuk bersatu kembali dan melupakan perbedaan yang memecah belah mereka. Hibualamo menjadi lambang dari semangat kebersamaan dan upaya untuk merajut kembali tali persaudaraan yang sempat terkoyak.

Kini, setelah bertahun-tahun berlalu, Tobelo kembali menjadi wilayah yang damai. Warga Tobelo telah belajar dari masa lalu dan menjadikan pengalaman pahit sebagai pelajaran berharga. Kerukunan antarumat beragama kembali tumbuh, dan perbedaan tidak lagi menjadi alasan untuk bermusuhan. Sejarah Tobelo yang panjang mengajarkan pentingnya menjaga persatuan dan kewaspadaan terhadap pengaruh luar yang dapat merusak harmoni yang telah terjalin. Tobelo tetap menjadi wilayah yang kaya akan sejarah, dengan masyarakatnya yang terus berupaya untuk menjaga perdamaian dan kerukunan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun