Mohon tunggu...
Kintan GayuhAninda
Kintan GayuhAninda Mohon Tunggu... Editor - Hello!

Write and the world will know you.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Industri Batik, Daya Tarik Wisata Perkotaan dengan Konsep Creative City di Pekalongan

10 April 2021   17:15 Diperbarui: 10 April 2021   17:33 710
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pengembangan Urban Tourism akan menjadi trend menarik di masa depan dengan memaksimalkan potensi yang bagus di wisata kota tersebut dan dikelola dengan manajemen kota yang terintegrasi. Klingner (2006: 1) mendefinisikan pariwisata perkotaan secara sederhana sebagai sekumpulan sumber daya atau kegiatan wisata yang berlokasi di kota dan menawarkannya kepada pengunjung dari tempat lain. Sumber daya yang melekat pada sebuah kota dapat dikemas menjadi daya tarik wisata yang menarik salah satunya yaitu industri kreatif batik di Pekalongan. Wisatawan perkotaan menggunakan fasilitas perkotaan yang juga digunakan oleh penduduk kota sebagai daya tarik wisatanya (Law, 1996: 4). Misalnya, pusat-pusat perbelanjaan di Kota Pekalongan tidak hanya digunakan oleh penduduk sebagai fasilitas belanja, tetapi juga menjadi daya tarik utama wisatawan untuk mengunjungi Pekalongan.

Creative city (Richard and Wilson, 2008), pada konsep kota kreatif mulai dikembangkan pada tahun 1990 di Inggris. Kota kreatif merupakan bentuk generasi baru dari pariwisata perkotaan. UNESCO telah menetapkan kota-kota kreatif di dunia pada tahun 2001. Kota kreatif ditetapkan berdasarkan kriteria tertentu untuk masing-masing industri kreatif.

Kota Pekalongan telah ditetapkan menjadi kota kreatif dunia (Iglesias, 2014). Kota Pekalongan memiliki industri kreatif yang sudah mampu mempromosikan citra kotanya, industri kreatif tersebut adalah industri batik. Berdasarkan hal tersebut maka Kota Pekalongan telah menggabungkan industri batik dengan aktivitas wisata perkotaan.

Kota Pekalongan telah berupaya untuk dapat mendatangkan wisatawan melalui pengembangan Kampung Batik Pesindon, Kampung Batik Kauman, dan Museum Batik yang selain menjual hasil karya dari industri batik juga sekaligus memberikan kesempatan belajar membatik bagi wisatawan. Pengadaan Kampung Batik Pesindon, Kampung Batik Kauman, dan Museum Batik dapat menjadi sebuah atraksi wisata yang memiliki keunikan dan nilai kebudayaan yang dapat menjadi sasaran atau tujuan wisata perkotaan dengan konsep creative city di Pekalongan.

Daya tarik wisata perkotaan dengan memanfaatkan potensi industri batik ini dapat memberikan pegalaman yang unik, berkesan, dan bermanfaat bagi wisatawan. Penawaran tur atau paket wisata pembuatan batik baik oleh Museum Batik maupun Kampung Batik ini memberikan kesempatan yang berbeda bagi wisatawan. Pada paradigma wisatawan di Kota Pekalongan hanya memiliki preferensi untuk melakukan wisata belanja (something to buy) terutama di pasar-pasar batik di Pekalongan, seperti di Setono. Namun dengan adanya aktivitas wisata perkotaan dengan creative city, wisatawan dapat melihat proses pembuatan batik (something to see) dan juga mencoba melakukan pembuatan batik (something to do). Proses ini akan lebih berkesan karena wisatawan dapat membawa pulang hasil karya mereka. Kemudian dapat dilanjutkan dengan kegiatan belanja (something to buy) pada gallery batik di museum maupun kampung batik. Sehingga dapat dikatakan bahwa daya tarik wisata perkotaan pada industri batik telah memberikan tawaran kegiatan yang lebih lengkap bagi wisatawan di Kota Pekalongan.

Salah satu daya tarik wisata perkotaan dengan konsep creative city yang memanfaatkan potensi industri batik  yaitu Museum Batik Kota terletak di Jalan Jetayu Nomor 3 Kota Pekalongan. Museum Batik Kota Pekalongan memiliki 1.700-an motif batik. Museum ini memiliki tiga ruang pamer, yang menampilkan koleksi batik dari beberapa daerah di pantura atau daerah pesisir, koleksi batik dari berbagai daerah di nusantara, dan koleksi batik tokoh nasional. Daya tarik selanjutnya yaitu Kampung Batik Kauman dan Kampung Wisata Batik Pesindon merupakan sentra kerajinan batik di Pekalongan yang diharapkan menjadi ikon Kota Pekalongan sebagai Kota Batik. Kampung Batik Kauman terdapat sekitar 30 usaha batik dan 14 usaha di Kampung Batik Pesindon yang teridiri dari jenis usaha pembuatan kain batik, pakaian batik, tas, sandal, dompet, sprei dan alat pendukung seperti canting dan alat cap kain. Usaha batik di kedua kampung batik ini juga menyediakan showroom yang memberikan ruang bagi wisatawan untuk dapat belajar dan mengekspresikan kreasinya dalam membatik. Di Kampung Batik Kauman dan Pesindon juga menyediakan paket belajar membatik. Wisata ini akan memperkenalkan peserta tentang sejarah singkat batik, pengenalan proses pembuatan batik, hingga praktek langsung membuat batik.

Pemerintah daerah maupun pelaku industri batik dan pelaku pariwisata kreatif di Kota Pekalongan telah menyusun dan melaksanakan strategi-strategi pengembangan batik dan wisata perkotaan dengan konsep creative city di Kota Pekalongan. Strategi ini telah tertuang dalam visi dan misi Kota Pekalongan dan telah didukung oleh para pelaku usaha pada saat pelaksanaan event-event di Kota Pekalongan, maupun melalui pengembangan internal di lingkungan museum, kampung batik, maupun di galeri batik. Dapat disimpulkan bahwa strategi-strategi ini bersifat fisik, seperti perbaikan lingkungan; maupun non-fisik seperti promosi dan pameran.

Dalam penataan lingkungan, Pemerintah daerah Kota Pekalongan telah membangun landmark berupa tulisan “BATIK” di depan Museum Batik Pekalongan. Landmark ini menarik perhatian warga Kota Pekalongan dan wisatawan yang berkunjung ke Kota Pekalongan.

Sedangkan penataan lingkungan internal industri batik, dapat dikenali dengan pembuatan workshop. Wisatawan dapat melakukan kegiatannya atau perluasan ruang workshop agar wisatawan dapat aktif mengamati dan mencoba melakukan proses membatik di lokasi-lokasi tersebut. Selain itu terdapat integrasi creative city dengan pariwisata budaya dan belanja. Strategi ini merupakan upaya dari pemerintah Kota Pekalongan untuk dapat mengembangkan pariwisata di Pekalongan secara keseluruhan. Wujud dari strategi ini adalah pembuatan rencana pembukaan jalur sungai yang nantinya akan menghubungkan wisata budaya, dengan wisata kreatif dan belanja.

Dalam strategi pengembangan wisata perkotaan dengan creative city masih ditemukan kendala. Salah satunya yaitu kurangnya wawasan keberlanjutan dalam penyusunan strategi pengembangan wisata perkotaan dengan creative city juga berdampak pada sinergi kerjasama antara pemerintah daerah dan pelaku usaha batik. Para pelaku usaha masih membutuhkan dukungan jangka panjang dari pemerintah daerah. Selain itu dibutuhkan juga kontribusi dalam desain integrase kawasan wisata perkotaan dengan creative city (Museum Batik, Kampung Batik Pesindon, dan Kampung Batik Kauman). Dapat disimpulkan bahwa, pembangunan wisata perkotaan dengan creative city akan dapat berkesinambungan jika dibangun dan dikembangkan pada prinsip-prinsip dasar pembangunan pariwisata yang berkelanjutan. Pengembangan industri batik sebagai daya tarik wisata perkotaan di Pekalongan sudah didukung dan dilaksanakan oleh pemerintah daerah maupun pelaku industri batik sehingga dapat berpotensi meningkatkan kunjungan wisatawan di Pekalongan.

Referensi :

Adam, T. (1934). The Art of Batik in Java. New York: Needle and Bobbin Club.

Amalia, R. U. (2010). Motif batik Pekalongan: studi dokumen koleksi Museum Batik Pekalongan Imajinasi, 6(2), 125-140.

Departemen Perdagangan Republik Indonesia. (2008). Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2025: Rencana Pengembangan Ekonomi Kreatif 2009‐2015. Retrieved from Jakarta:

Iglesias, L. (2014). 28 cities join the UNESCO Creative Cities Network. Retrieved from http://www.unesco.org/new/en/media-services/single-view/news/28_cities_join_the_unesco_creative_cities_network/#.VPx6g-EVT3t

Law, Christopher M. (1996): Tourism in Major Cities, International Thomson Business Press, London.

Nugroho, P. S., & Cahyadin, M. (2010). Analisis Perkembangan Industri Kretatif di Indonesia. Paper presented at the Simposium Ekonomi Indonesia Pasca Krisis Ekonomi Global, Surabaya.

UNESCO. (2009). Education and Training in Indonesian Batik Intangible Cultural Heritage in Pekalongan, Indonesia. Paris: UNESCO Intangible Cultural Heritage Section.

Utama, I. G. B. R., & Rai, G. B. (2013). Pengembangan wisata kota sebagai pariwisata masa depan indonesia. In Seminar Nasional UNHI. Denpasar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun