Tulisan ini dibuat tengah malam, saat keadaan sekitar sudah sunyi, lampu rumah dimatikan dan saat seharusnya tubuh ini beristirahat.
Namun seperti banyak orang bilang, malam hari adalah waktu terbaik untuk merefleksikan diri, untuk merenung mengenai hidup. Jadilah saya di sini memberanikan diri untuk menulis artikel pertama saya sebagai salah satu cara untuk merefleksikan diri dan bercerita.
Sebagai mahasiswa, tentunya saat selesai sidang skripsi adalah saat yang menyenangkan. Hidup terasa bebas, seperti tidak ada hambatan lagi.Â
Ucapan selamat dari teman dan keluarga berdatangan menyambut gelar baru yang akhirnya diterima setelah 4 tahun kuliah. Namun setelah euforia perayaan kelulusan itu selesai, diri ini berpikir: "what's next?"
Apa yang selanjutnya terjadi adalah pikiran "ok gue mesti cari kerja" di mana awalnya diri ini sangat bersemangat untuk lamar kesana kesini. Seminggu, dua minggu notifikasi e-mail masuk dengan update status lamaran. Belum cocok. Begitulah kira-kira isi e-mailnya.
Diri ini sadar bahwa banyak orang diluar sana yang tentunya juga mencari pekerjaan, terlebih di situasi pandemi ini dimana di media sosial banyak yang menceritakan bahwa mereka kehilangan pekerjaan karena pandemi ini. Artinya, bukan saja bersaing dengan para lulusan baru, namun juga harus bersaing dengan orang-orang yang telah memiliki pengalaman kerja lebih lama dari saya.
Lama kelamaan penat juga melihat portal lowongan pekerjaan. Biasanya jika sedang bosan atau hanya sekadar refreshing saya memutuskan untuk pergi jalan meskipun hanya jalan sendiri ke mall, atau main bersama teman-teman.
Namun lagi-lagi pandemi menghalangi segalanya. Tidak bisa berkumpul dengan teman, tidak bisa bebas pergi keluar rumah. Semua menjadi serba salah.Â
Media sosial akhirnya menjadi tempat untuk mengusir kebosanan. Namun ternyata tidak mudah untuk selalu aktif di media sosial, khususnya ketika melihat update hidup teman-teman lewat akun media sosialnya.
Seakan-akan ketika melihatnya, kehidupan mereka lebih menyenangkan dari kehidupan kita sendiri. Mulailah kita membanding-bandingkan, dan ketika mulai membanding-bandingkan disitulah rasanya kita menjadi kecil hati.Â
"Kok dia gini ya?" "Duh dia udah dapat kerja, kok gue belom ya?" "Duh lagi PSBB masih bisa jalan-jalan, gue juga mau jujur" "Dia produktif banget, kok gue gini-gini doang ya?"
Seperti itu kira-kira pikiran yang muncul ketika diri ini mulai membanding-bandingkan dengan orang lain.
Ada saatnya sedih, namun jika dibiarkan mau jadi apa diri ini jika tidak ada niat untuk berkembang? Memang hidup di saat pandemi ini tidak mudah, namun tetap kita harus bertahan.
Akan ada saatnya semua hasil kerja keras kita berbuah. Mungkin bukan sekarang, bukan besok, ataupun bukan bulan depan. Tidak perlu terus berlarut dalam rasa sedih, kecewa pada diri sendiri.
Untuk teman-teman fresh graduate jalur Covid-19, mungkin banyak dari kalian yang juga mempunyai masalah seperti yang telah ditulis diatas. Tidak perlu cemas berlebihan, jangan larut dalam perasaan kecewa dan sedih.
Gunakan waktu luang untuk hal-hal lain, seperti ikut kursus online, belajar masak, ikut webinar, atau sekadar untuk berkumpul dan menghabiskan waktu dengan keluarga. Tidak perlu memaksakan diri, diri kalian juga berharga. Love yourself.Â
Kalian hebat bisa sampai pada tahap ini, dan yakin pasti semua ada jalan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H