"Lihai bener kamu ya, udah gue babat di Petral, lhu nongol lagi di Freeport. Nggak, gak bisa, lhu gak boleh ada di wilayah gue. Selama gue megang ESDM, gak  ada tempat buat lhu. Gue habisin lhu". begitu kira-kira yang ada di kepala Sudirman Said (SS) begitu mendapat info dari Ma'ruf Syamsudin (MS) kalau Muh. Riza Chalid MR), lewat Setya Novanto (SN) dan Luhut B. Panjaitan (LP), mau ikut cawe-cawe di Freeport.
"Mereka mau ketemuan lagi" tanya SS ke MS
"Mmmh, rencananya minggu depan, Pak"
"Dimana?"
"Belum tau, Pak. Tapi Pak Ketua (Ketua DPR RI tentunya) pasti telpon saya"
"Ok, ditemuin aja, Pak. Tapi saya mau direkam ya, biar kita tau mau dia itu apa sih" kata SS lagi ke MS.
"Siap pak" MS mengiyakan sambil mengangguk.
(Dialog ini tentu khayalan saya belaka)
Benar saja. Beberapa hari kemudian MS dapat SMS dr SN. MS tahu diri sedang  berhadapan dengan ketua DPR, MS insiatif menelpon. Janjian. Waktu dan tempat ok. Pertemuan segitiga pun siap dilaksanakan. SN masih dengan sobat karibnya, Reza Chalid.  Pesanan SS utk record pun dipersiapkan matang oleh MS. Kapasitas memori yang cukup  plus hp full charging. MS datang belakangan. Tentu saja strateginya harus begitu. Sebagai mantan orang BIN, tahulah dia bahwa dia harus datang belakangan. Tak perlu menunggu dan merekam suara angin. Dan yang paling penting, SN dan MR tak perlu curiga karena MS harus menyetel tombol record pada saat sudah berhadapan.
--- klik – Recording ON--- MS melangkah memasuki ruangan
"Assalamualaikum". MS menyapa dua orang yang sedang menanti kedatangannya,- SN dan MR sedang mengobrol santai di sebuah meja cukup besar; meja rapat.