Mohon tunggu...
kingkin kts
kingkin kts Mohon Tunggu... Akuntan - antropogenik

Seorang akuntan biasa yang tiap sore pulang ke Pamulang. Selain bergelut dengan transaksi, saya adalah penikmat seni, humaniora, dan pelahap Mie Ayam yang sedang merindukan kampung halaman Jogja Lantai Dua (Gunungkidul)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Alasan Mengapa Menolak Hari Valentine Sudah Tidak Relevan Lagi!

14 Februari 2020   14:55 Diperbarui: 14 Februari 2020   15:02 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source: weddedwonderland.com

Melakukan syiar agama memang dapat meningkatkan keimanan umat muslim, asalkan tidak memaksakan kehendak dengan tuduhan hari Valentine sebagai pembawa petaka dan dipenuhi keburukan. Pun, konstruksi sosial masyarakat Indonesia sangat kompleks dan dipenuhi umat yang beragam.

Jadi menolak Valentine hadir di Indonesia dengan alasan agama sah-sah aja, asalkan ranahnya kepada individu masing-masing, bukan untuk masyarakat yang plural dan menghargai keberagaman. Lagian, jika agama itu urusan privat dan harus masuk dihati, tak ada salahnya kan menolak pemaksaan untuk menghindari hari Valentine.

Terakhir, masalah Valentine yang bukan budaya asli Indonesia. Ya memang, dan budaya endemik kita memang banyak walaupun banyak juga budaya asli karena akulturasi dengan budaya lain diluar. Tetapi ingat, dalam setiap peradaban selalu ada pengaruh dari luar. Semisal Grebeg Sudiro di Surakarta, hasil akulturasi masyarakat Tionghoa dan Jawa.

Era disrupsi teknologi dan globalisasi abad ini memang menghajar batas-batas antar negara, ekonomi, pendidikan, bahkan budaya kita. Kita tentu sadar dengan mudahnya peringkat tangga lagu Billboard dapat memengaruhi frekuensi pemutaran lagu di radio Indonesia, drama-drama Korea yang secepat kilat dapat kita nikmati, dan sebaliknya, seni dari Indonesia yang cepat tersebar ke penjuru dunia.

Kalimat diatas menandakan, bahwa sebenarnya kita berada di dunia yang sama, tanpa batas, dan boleh tukar tambah pemikiran dan kebudayaan. Jadi sangat wajar budaya hasil peradaban internet saling berpengaruh dan bercampur di semua lini kehidupan. Sehingga sangatlah sulit menghindari masuknya budaya asing (seperti Valentine) ke Indonesia ditengah krisisnya budaya asli kita sendiri.

Terakhir banget nih. Jika ingin menolak hasil budaya Asing dengan tagar #valentinebukanbudayakita, kenapa tidak sekalian menolak teknologi informasi, musik Barat, musik Arab, Maulid Nabi, Anime, dan drama Korea? Kenapa yang menjadi kambing hitam adalah Hari Valentine? Jadi, menurut hemat dari tulisan ini, menolak hari Valentine dengan dalih penolakan budaya asing, sangat tidak masuk akal dan tidak relevan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun