Mohon tunggu...
kingkin kts
kingkin kts Mohon Tunggu... Akuntan - antropogenik

Seorang akuntan biasa yang tiap sore pulang ke Pamulang. Selain bergelut dengan transaksi, saya adalah penikmat seni, humaniora, dan pelahap Mie Ayam yang sedang merindukan kampung halaman Jogja Lantai Dua (Gunungkidul)

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Pergi Berwisata untuk Mencintai Alam? Tidak Juga Benar!

1 Oktober 2019   14:51 Diperbarui: 1 Oktober 2019   15:11 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dari penikmat wisata atau konsumen. Semisal ada wisatawan dari Jakarta ingin liburan ke Tawangmangu, setelah mendapat informasi harga tiket dan rute menuju lokasi tujuan, ia bergegas berangkat. Dari segi kendaraan yang dipakai, misal kereta api, bus, dan ojek, semuanya membutuhkan bahan bakar fosil, yang cara mendapatkan dan pendistribusian hingga sampai di tangki bensin mengeluarkan energi dan emisi yang besar. 

Setelah dipakai berkeliling, tentu moda transportasi seperti kereta, bus, dan kendaraan bermotor mengeluarkan emisi asap karbon monoksida yang dapat melukai ozon. Penyusutan-penyusutan seperti ban karet, aki, dan oli juga mengeluarkan emisi yang cukup berbahaya apabila berlebihan.

Sebelum sampai lokasi, ada baiknya mengambil uang di ATM dahulu. ATM didirikan karena ada kebutuhan atas transaksi dan pengambilan uang tunai. Kita tau, ruangan ATM membutuhkan listrik untuk mesin dan AC yang juga mengeluarkan freon, padahal listrik menggunakan energi kotor seperti batubara yang akhir-akhir ini menjadi perbincangan panas melalui film dokumenter Sexy Killers. 

Selanjutnya, pasti pengunjung sampai lokasi akan membeli banyak aksesoris khas dan makanan untuk kebutuhan hidupnya. Kebanyakan makanan dan minuman yang dijual sebagai pengganjal rasa lapar, biasanya mengandung banyak plastik, apalagi jika membeli di mini market. 

Plastik mengandung banyak bahan kimia yang susah diurai dan mengotori lingkungan. Sebenarnya plastik bisa didaur ulang, tetapi emisi yang dibutuhkan untuk mendaur ulang plastik cukup tinggi dan hanya sebagian dari total plastik yang dapat dan mampu didaur ulang.

Dari sisi pengusaha. Pengusaha dapat ikut andil dalam pengrusakan lingkungan karena ada dua faktor. Faktor yang pertama karena banyaknya minat pengunjung yang ingin kesana, pengusaha menangkap peluang itu dan membangun beragam villa, rumah makan, toilet, dan akses yang mempermudah pengunjung menikmati wisata. 

Faktor yang kedua adalah, karena pengusaha lain sukses dalam bisnis pariwisata di lereng Lawu, pengusaha lain ikut-ikutan membangun sarana pariwisata agar mendapatkan keuntungan yang sama. Vila yang dahulu kebanyakan hanya dibawah, kini semakin lama semakin keatas sehingga apabila dilihat dari kejauhan, tawangmangu semakin didominasi bangunan semen untuk tempat tinggal.

Kedua faktor di atas apabila kita melihat supply chain dari bisnisnya, hampir semua merusak lingkungan. Semisal ingin membangun vila, yang dibutuhkan pertama adalah pembebasan lahan, lahan yang seharusnya ada banyak pohon, kini dibersihkan demi pembangunan. Kedua, dibutuhkan material-material untuk mendirikan bangunan vila, yang utama adalah semen. 

Kita tau, semen dalam proses produksinya membutuhkan banyak sekali air dan tak jarang menimbulkan konflik agraria seperti yang menimpa penduduk Samin di daerah Rembang. Tambang semen menggunakan lahan produktif dan hutan yang tidak sedikit, bahkan di beberapa kasus, air untuk penduduk menjadi tidak bersih lagi karena semen. Material lain seperti bebatuan, semen, plastik, dan besi juga mengeluarkan banyak emisi, mulai dari produksi, distribusi, dan pengerjaannya.

Usaha yang bertumbuh karena semakin ramainya tempat wisata tidak hanya bisnis wahana wisata dan tempat tinggal. Restoran, warung makan, warung jajanan, dan travelpun ikut tumbuh. Bisnis restoran dan warung makan melibatkan industri agrobisnis dan supplier pangan. 

Agar biaya dapat ditekan dan persediaan makanan terjaga, para petani banyak yang memakai bahan an-organik seperti pupuk kimia, pestisida, hebrisida, dan insektisida yang dapat menimbulkan degradasi tanah serta menimbulkan limbah bahan kimia yang berbahaya bagi kehidupan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun