Mohon tunggu...
kingkin kts
kingkin kts Mohon Tunggu... Akuntan - antropogenik

Seorang akuntan biasa yang tiap sore pulang ke Pamulang. Selain bergelut dengan transaksi, saya adalah penikmat seni, humaniora, dan pelahap Mie Ayam yang sedang merindukan kampung halaman Jogja Lantai Dua (Gunungkidul)

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Seramnya Kelas Ibu Dosen

11 Maret 2019   08:30 Diperbarui: 11 Maret 2019   08:32 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: feb.uns.ac.id

Ruang kelas terasa seram.

bangku besi disekitar diam tak berdecit.

tak banyak bisikan disela ceramah pemuka materi pagi.

mahasiswa seakan terbelenggu kecaman ibu dosen.

logika masih tumpul, bacaan kurang, hati bergejolak.

aku terpaksa duduk paling belakang.

aku bersembunyi, menunduk, menyepi bersama kawanan yang senasib.

aku berdoa supaya sinyal bodohku tak sampai mata ibu dosen.

Perlahan aku sisir buku materi akuntansi lanjutan dengan khusuk.

ia bak kitab suci yang harus dilafalkan hati-hati, sampai paham.

aku menunduk membaca, jangan sampai bertatap mata.

manusia lainpun sepertiku.

Sekelas sepakat aliran darahnya terbirit-birit, berharap buru-buru selesai.

karena kelelahan khawatir, kelopak mata semakin sayu.

aku tak mau tidur, situasi sedang bahaya!

kau kirimkan pertanyaan juga, aku takut!

hidup dan mati serasa berseberangan.

tak lupa aku terus berdoa, suasana kelewat kejam.

aku dijejali pertanyaan sulit, sukar, dan menjengkelkan.

dia berucap, coba hitung ini, itu, semuanya mas.

beberapa kali kata-kata satire melemahkanku.

aku bingung, bingung benar-benar bingung!

Aku jawab seadanya, penuh keyakinan dan keterpaksaan.

bermenit-menit aku didikte, ternyata aku tak mampu.

akhirnya aku diperintah mundur, diganti temanku yang mujur.

lega nafas ini, aliran darah kembali normal, lalu aku duduk.

wajah ibu dosenku memang seindah purnama.

tampak tenang, lembut namun terkadang menakutkan.

aku gugup bak belum siap memulai sidang paripurna.

jam kelas mengulur waktu tak lekas purna.

hampir saja aku jatuh merana.

Kelas derita namun mencerdaskan selesai juga.

kita harus pulang tanpa maksud melepas rindu.

kecuali mereka yang punya kekasih.

kunyalakan honda bebek kesayanganku ini.

bangjo tak berwibawa belakang kampus aku terobos.

sambil menaikan rotasi gigi aku tak berhenti berpikir.

Ah.. tiada guna aku pergi ke kampus, tapi tak tau.

ah.. seharusnya aku lebih matang belajar malam harinya.

ah.. mungkin aku kurang berpikir saat dikelas.

ah.. aku tak juga sadar, esensi kuliah adalah kematangan berfikir.

Kepala masih terasa dicabik-cabik penyesalan.

tapi perlahan air tuhan mulai turun.

sejenak mendinginkan perasaan kalutku akan hari esok.

aku harus belajar lagi, aku harus membaca.

agar sebelum uji nyali dikelas itu, otakku sudah terisi dan tak berdebu.

Perlahan setiap semester harus kulalui.

ilmu ini kuharap berguna untuk masa depan.

aku ingin segera lulus, seperti nama ibu dosenku ini.

terimakasih, aku ucapkan dengan sederhana.

Kingkin Kurnia Trio Satria

untuk Kompasiana

Surakarta, 11 Maret 2019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun