"Mas Abi, ngapain di sini?" seru Andara terkejut. Cowok tampan itu hanya tersenyum simpul. Tanpa bersuara Abimanyu meminggirkan sepedanya, memasang standar, lalu menghampiri gadis yang sudah siap dengan perlengkapan bersepedanya.
Andara memakai celana training model under Armour berwarna biru muda berkilat, dengan kaos putih lengan panjang. Topi putih bertuliskan salah satu merek terkenal, yang sama dengan sepatunya, melindungi rambut hitamnya yang selalu diikat ekor kuda. Penampilannya sederhana, membuat Abimanyu berdecak kagum. Biasa, tetapi menawan. Itu penilaian cowok keren, dengan berpenampilan serupa.
   Abimanyu kok bisa sampai di sini? Ya bisalah! Sejak cintanya ditolak, Abimanyu gencar mencari tahu, hal apa yang disukai gadis itu. Dia tidak menyerah. Meski banyak suara mengganggu, Abimanyu tetap pada pilihannya. Dia menyukai Andara, seperti adanya gadis itu. Gadis tomboi, yang hatinya teramat lembut. Dari informan yang dapat dipercaya, Abimanyu tahu apa saja yang biasa dilakukan gadis yang diincarnya.
   Seperti Sabtu sore ini, tanpa permisi cowok enam belas tahun itu sudah ada di depan rumah Andara, yang berjarak 20 Km dari rumahnya. Tentu saja Andara terkejut, apalagi Abimanyu datang dengan sepeda lipat mahal berwarna kuning bergaris putih. Penampilannya, jangan ditanya. Tentu saja keren, dasarnya memang sudah keren. Sepatu khusus pesepeda berwarna putih (kok bisa sama ya?), celana parasut tiga perempat berwarna hitam, dengan kaos lengan panjang pas badan berwarna putih hitam. Â
    "Sudah mau jalan?" tanyanya ramah. Tangan laki-laki muda itu memegang setang sepeda Andara. Gadis itu masih diam, tatapan matanya menyelidik.
   "Kok bisa sampai sini? Tahu dari mana?" Andara kembali bertanya dengan nada tidak bersahabat. Â
   "Bisalah, kan ada jalan!" sahut Abimanyu enteng. Andara mendelik? Pemuda tampan itu tergelak. Andara suka tawa itu, tapi malu untuk mengakuinya.
    Tawa Abimanyu tidak hanya menarik perhatian Andara, Gunawan yang sedang membersihkan sangkar burung di halaman samping ikut terpancing mendekat. Melihat ada tamu yang tidak dikenal, laki-laki empat puluhan tahun itu menyapa ramah.
   "Ada tamu, to? Siapa ini, Sayang?" Abimanyu tersentak, lalu tersenyum sambil memperkenalkan diri dengan sopan. "Maaf Om, saya Abimanyu. Teman sekolah Dara." 'Teman? Kakak kelas mengaku teman, sok muda!' Andara ngedumel lirih. 'Iya, cari aman saja. Enggak mengaku muda kok,' jawab Abimanyu tanpa suara.
   "O begitu, rumahnya dekat sini? Kok baru sekarang main?" tanya sang tuan rumah lagi.
   "Mas Abi, jalan yuk! Keburu sore!" ajak Andara memotong campur tangan ayahnya lebih lanjut. Gadis itu tidak mau, sang ayah akan menginterogasi cowok yang dari tadi terus tersenyum.
   "Dara jalan dulu, Yah!" Andara langsung mengayuh sepedanya setelah berpamitan.
   "Mari Om," pamit Abimanyu sopan.