Mohon tunggu...
Kingkin BPrasetijo
Kingkin BPrasetijo Mohon Tunggu... Guru - Guru yang suka menulis

Suka ngebolang atau bersepeda menikmati keindahan alam karya ciptaan Tuhan. Pencinta semburat jingga di langit pagi dan senja hari. Suka nonton film dan membaca dalam rangka menikmati kesendirian.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pembelajaran Ekskursi (Jejak Proklamasi Kemerdekaan Indonesia)

30 Oktober 2024   20:51 Diperbarui: 30 Oktober 2024   20:53 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

      "Ada yang tahu di mana Museum Proklamasi?" Pertanyaan iseng itu berbuah gelengan kepala. Ironis, Museum yang terletak di Jl Imam Bonjol no 1 Menteng itu hanya berjarak sekitar 4 kilometer, ternyata tidak terjangkau oleh anak-anak.

     "Mau jalan-jalan ke sana?" Anak-anak langsung menjawab,"Mauuuu!" Antusiasme anak-anak memunculkan ide untuk melakukan pembelajaran ekskursi buat siswa kelas V SD Kwitang 3 PSKD yaitu menjelajah situs bersejarah yang berhubungan dengan peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

       Kunjungan darurat itu kami laksanakan pada hari Kamis, 16 Mei 2024, setelah jam pulang sekolah. Kami berangkat jam 10 dari sekolah, diantar salah satu orang tua murid dan satu gocar. Tujuan pertama adalah Museum Joeng 45 yang ada di jalan Menteng Raya no 31, Menteng.

       Museum berbentuk rumah itu, awalnya adalah sebuah hotel bernama Schomper Hotel yang dikelola seorang keturunan Belanda itu memamerkan banyak foto, arsip, dokumen sejarah perjuangan meraih dan mempertahankan kemerdekaan.  Peristiwa demi peristiwa dapat dipelajari oleh anak-anak, sekaligus mengenal tokoh-tokoh muda yang terlibat di dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.

   

      Keluar dari ruang pamer museum, anak-anak terpesona melihat tiga mobil presiden dan wakil presiden pertama Indonesia yang dipajang di halaman belakang, tepatnya di dalam ruangan kaca khusus. Selesai mengagumi mobil-mobil keluaran Amerika yang keren itu, kami bergegas keluar untuk berpindah lokasi ke Museum Proklamasi (Museum Perumusan Naskah Proklamasi).

     Berbeda dengan museum sebelumnya, di sini kami disambut baik oleh pengelola. Setelah membayar tiket yang dilakukan secara non tunai (menggunakan barcode),  resepsionis yang merupakan anak-anak magang dari SMK mengantar kami ke dalam ruang teater. Di dalam ruangan dengan beberapa sofa panjang itu, kami dapat melihat film sejarah proklamasi. Dimulai dari pengeboman Hiroshima Nagasaki, penculikan Soekarno Hatta oleh kaum muda, perumusan teks proklamasi sampai dengan pembacaannya.

     Gedung berlantai dua itu, pernah dihuni oleh Laksamana Muda Tadashi Maeda, yang mengizinkan rumahnya dijadikan tempat berkumpul tokoh bangsa mempersiapkan kemerdekaan. Dari ruang teater kami diajak Mas Fajar, pengelola gedung itu ke ruang tamu, ruang di mana Maeda menerima tamu-tamunya. Penjelasan Mas Fajar diselingi tanya jawab yang direspon cukup baik oleh anak-anak membuat suasana belajar menjadi sangat nyaman.

     

     Dari ruang tamu, kami beralih ke ruang rapat, tempat di mana Soekarno,  Moh Hatta dan Ahmad Soebardjo merumuskan teks proklamasi. Sementara para pemuda menunggu di ruang tamu. Mas Fajar juga menjelaskan beberapa perubahan kata selama proses perumusan dan pengetikan yang dilakukan oleh Sayuti Melik. Ruang pengetikan ada si sebelah ruang rapat.

     Dari lantai satu, kami diajak pindah ke lantai dua yang dulunya merupakan ruang istirahat keluarga Maeda. Di lantai dua yang berupa kamar-kamar kecil dipamerkan perlengkapan perang, foto-foto dan kisah-kisah pertempuran mempertahankan kemerdekaan.

    

     Puas di lantai dua, kami diajak turun melalui tangga darurat menuju halaman belakang dan ruang bawah tanah. Anak-anak sangat antusias masuk ke dalam ruang bawah tanah yang konon katanya menyambung ke salah satu rumah yang dibuat oleh arsitek yang sama yaitu J.F.L Blankenberg.

     Dari Museum Proklamasi kami berpindah ke Tugu Proklamasi yang terletak di Jl Proklamasi no 1, dulu jl Pengangsaan Timur no 56, tempat kediaman Soekarno sekaligus tempat dibacakannya Naskah Proklamasi pada tanggal 17 Agustus 1945. Museum yang dikelilingi banyak pepohonan cukup ramah untuk anak-anak mau pun orang tua. Bersyukur, cuaca cukup bersahabat sehingga anak-anak berlarian dengan bahagia. Setelah berfoto di depan Monumen Sang Proklamator, kami bergegas pulang kembali ke sekolah.

     Memperkenalkan sejarah adalah kewajiban setiap orang dewasa agar anak-anak kita tidak melupakan perjuangan para pahlawan yang sudah mengusahakan kemerdekaan Indonesia. NKRI HARGA MATI!   

Note:

Pengalaman membawa anak-anak mengenal sejarah di sekitar lingkungan mereka tumbuh. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun