Mohon tunggu...
Izzuddin Muhammad
Izzuddin Muhammad Mohon Tunggu... Freelancer - hamba Allah

penulis pemula

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Jelang Pilpres 2024, Camkan 3 Hal Ini agar Tak Gampang Emosi!

18 Juni 2023   09:20 Diperbarui: 18 Juni 2023   09:26 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tak terasa sebentar lagi kita akan melangsungkan gawe besar 5 tahunan dalam bentuk pemilihan umum (pemilu) untuk memilih pasangan presiden-wakil presiden dan senator yang akan duduk di kursi parlemen nanti. Jika tak ada aral melintang, pemilu serentak tersebut akan berlangsung pada 14 Februari 2024 mendatang. Itu artinya sekitar 8 bulan lagi menuju puncak pesta rakyat.

8 bulan adalah waktu yang relatif singkat untuk para kontestan meningkatkan elektabilitas mereka. Namun, 8 bulan adalah waktu yang cukup lama bagi masyarakat awam yang mudah larut dalam tingginya tensi politik yang dilakoni oleh para elit. Setidaknya hal itulah yang mudah kita jumpai di sosial media. Setiap postingan yang diunggah oleh para tokoh politik tidak pernah absen dari komentar negatif. Terlepas apakah intensi komentar negatif tersebut muncul karena kebencian atau strategi menjatuhkan lawan, komentar negatif tetaplah negatif. Dan saya merasa akan sangat sia-sia jika 8 bulan ke depan ruang-ruang politik kita dipenuhi dengan hal-hal seperti ini.

Kontestasi pilpres yang merupakan pusat atensi publik menjadi ruang yang paling berpotensi dipenuhi komentar-komentar negatif. Pendukung Anies Baswedan begitu semangat menjatuhkan Ganjar Pranowo, pun juga dengan pendukung Ganjar yang tak pernah bosan menyerang Anies Baswedan. Saya yakin tak semua pendukung capres seperti itu, tapi kita tidak bisa menampik bahwa akan selalu ada oknum, di pihak manapun, yang getol melakukan hal tersebut. Kalaupun kita adalah pendukung salah satu capres, semoga kita bukan termasuk oknum yang menyebalkan tersebut.

Untuk itulah, sebagai sedikit usaha melawan arus mayoritas yang kurang baik itu, melalui tulisan ini saya ingin memaparkan 3 hal yang dapat dipertimbangkan agar tak gampang emosi dengan dinamika politik jelang pilpres 2024.

Yang Bersaing Elit, Kita Jangan Meng-elit-kan Diri

Apakah di antara Anda yang sedang membaca tulisan ini ada yang memilih Prabowo-Sandi pada pilpres 2019 yang lalu? Apa kabar Anda hari ini? Tetap bisa makan, minum, dan hidup seperti seharusnya bukan meskipun yang jadi presiden dan wakil presiden bukan pasangan calon yang Anda dukung? Itu artinya, siapapun nanti yang jadi presiden, percayalah, kehidupan kita tak akan berubah drastis! Karena sejatinya pilpres adalah persaingan elit. Kita yang jadi masyarakat awam ngga akan tiba-tiba dikasih jabatan komisaris BUMN karena mati-matian mendukung salah satu pasangan calon. Mereka yang berada di tataran elit lah yang akan kecipratan untung kalau menang dan bernasib bunting kalau kalah.

Politik Sebagai Pertunjukan

Dari sudut pandang orang awam, politik pun dapat dinikmati sebagai sebuah pertunjukkan. Akan ada pertunjukkan yang membuat penonton tertawa, kagum, kecewa, dan juga terkejut. Semuanya ada di panggung politik. Apakah keluarnya Sandiaga Uno dari Gerindra lalu hijrah ke PPP bukan sebuah pertunjukkan yang menarik untuk dinikmati? Menarik melihat nanti Sandi dan Prabowo akan berada di sisi yang berbeda padahal pada pilpres 2019 mereka adalah pasangan yang begitu kompak. Karena saat ini PPP secara resmi sudah mendukung Ganjar Pranowo yang notabene salah satu pesaing kuat Prabowo Subianto sebagai calon presiden.

Tidak kah politik main mata Partai Demokrat yang mulai dekat ke PDI-Perjuangan juga menarik disimak. Akan seperti apa endingnya? Bahagia kah untuk AHY dan Demokrat atau justru berakhir dengan tak mendapatkan apa-apa?

Tidak kah lucu kemunculan Aldi Taher sebagai caleg Perindo yang benar-benar anti mainstream? Menarik untuk melihat apakah nanti keisengan Aldi Taher nyaleg ini akan membawa Perindo berhasil masuk ke Senayan untuk pertama kalinya? Btw, Aldi Taher cocok di komisi berapa? Sepertinya dia siap di tempatkan di komisi manapun wkwk. Bila perlu kita usulkan beliau jadi wakil ketua DPR wkwk.

Melihat politik sebagai panggung pertunjukkan akan menghindarkan kita dari fanatisme buta. Para elit itu ngga kenal kita. Layaknya para artis yang kita saksikan di layar kaca pun tak mengenal kita. Maka tak perlu berlebihan membela yang satu dan membenci yang lain. Kita ini cuma penonton sekaligus “pasar” untuk mereka. Tidak lebih!

Ambil Jeda Ketika Terprovokasi

Poin ini saya nukil dari salah satu ajaran stoisisme. Ketika merasakan emosi negatif, seperti marah, kecewa, sedih, dan lain sebagainya, ambillah jeda sebelum memberikan respon. Dalam ruang politik kita saat ini hal tersebut dapat dilakukan dengan menahan jemari mengetik komentar Ketika menemukan pemberitaan politik yang menyulut emosi. Setidaknya dengan jeda tersebut kita bisa berfikir apakah komentar yang akan diberikan punya manfaat atau tidak. Tips ini mungkin tidak akan selalu berhasil kita terapkan, tapi, setidaknya kita sudah berusaha meminimalisir komentar negatif di ruang publik yang dimulai dari diri kita sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun