Sebenarnya saya tidak berhak mengomentari musibah banjir yang tengah mengepung DKI Jakarta dan sekitarnya. Saya bukan orang Jakarta. Tidak juga sedang tinggal di Jakarta. Meskipun ketika berkunjung ke Jakarta saya pernah menemui banjir (dan kegirangan karena tumben melihat secara langsung yang namanya banjir), tapi itu tak cukup kuat untuk membuat saya berhak mengomentari, lebih-lebih menghakimi.
Akan tetapi, melihat kelakuan netizen-netizen negeri +62 ini saya jadi gatal sendiri. Peristiwa banjir Jakarta disikapi berbeda oleh netizen. Ada yang menyalahkan presiden. Ada yang menyalahkan gubernur. Syukurnya ada pula yang menyalahkan warga Jakarta sendiri.
Menurut saya banjir Jakarta bukanlah kesalahan yang mulia Pak Anies Baswedan. Apalagi kesalahan yang terhormat Pak Joko Widodo. Karena sebelum keduanya memimpin Jakarta banjir sudah jadi tamu rutin yang datang di kala musim penghujan. Tapi itulah nasib pemimpin, disalahkan dan dicaci-maki. Semoga mereka berdua bisa sabar.
Mencari solusi agar Jakarta tidak banjir tentu bukan perkara mudah. Setidaknya itulah yang saya simpulkan usai membaca artikel demi artikel yang mengulas permasalahan banjir di Jakarta. Pak Anies sejatinya punya konsep yang bagus, mengalirkan air ke dalam tanah, tapi harus kita akui sampai detik ini konsep itu belum memberi bukti nyata. Eh, apa jangan-jangan emang cuma retorika saja, ya?
Ah, kita doakan saja semoga Pak Anies dan penduduk Jakarta diberi kesabaran dan kekuatan menghadapi banjir ini. Mungkin mereka yang tinggal di Jakarta sudah terbiasa dengan tamu tahunan itu. Akan tetapi, tetap saja banjir Jakarta harus dicarikan solusi karena menimbulkan kerugian yang cukup besar. Mobilitas masyarakat terganggu hingga lumpuhnya fasilitas publik menjadi salah dua dari deretan kerugian yang ditimbulkan oleh banjir.
Saat ada bencana yang terjadi seyogyanya kita saling menguatkan. Lebih-lebih bisa saling membantu. Bukan malah sibuk mencari pembenaran dan membangun argumen untuk menyalah-nyalahkan orang lain. Tapi memang begitu tabiat orang Indonesia. Suka banget membesar-besarkan kesalahan dan kekurangan lawan politiknya.
Ketika Pilgub Jakarta 2017 silam, kesalahan Ahok saat membahas Al-Maidah: 51 seakan-akan sudah sangat dinanti oleh pihak lawan. Bahkan menjelang pilpres kemarin saya merasa gempa Lombok pun sangat dinantikan orang-orang yang benci terhadap TGB lantaran mendukung Jokowi. Dan saat ini giliran Anies yang kena. Saya yakin banjir Jakarta jadi berkah buat sebagian pihak untuk menyudutkan Pak Anies.
Jakarta memang tidak akan jadi ibukota lagi dalam beberapa tahun ke depan. Akan tetapi, sungguh berdosa jika pemerintah membiarkan Jakarta dengan permasalahannya lantaran nanti sudah tidak jadi ibukota. Dan sungguh keterlaluan kalau permasalahan di Jakarta ditularkan ke ibukota baru. Semoga ini hanya sebatas kekhawatiran saya.
Lekas pulih, Jakarta!
Salam hangat dari Lombok.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H