Mohon tunggu...
Izzuddin Muhammad
Izzuddin Muhammad Mohon Tunggu... Freelancer - hamba Allah

penulis pemula

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Apakah Musik Itu Haram? Sebuah Pledoi Personil Tumband

28 Februari 2017   21:22 Diperbarui: 28 Februari 2017   21:34 490
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

وَمِنَ النَّاسِ مَن يَشْتَرِي لَهْوَ الْحَدِيثِ لِيُضِلَّ عَن سَبِيلِ اللَّهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ وَيَتَّخِذَهَا هُزُواً أُولَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ مُّهِينٌ

Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu olok-olokan. Mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan. (QS. Luqman : 6)1

Frase lahwal haditsdalam ayat tersebut ditafsirkan sebagai musik atau lagu oleh Mujahid, Ikrimah, termasuk Hasan al-Bashri. Akan tetapi Adh-Dahak menafsirkan frase lahwal hadits tersebut dengan sikap syirik, bukan nyanyian atau musik. Sedangkan Al-Hasan menafsirkannya sebagai syirik dan kufur.

Sudah kelihatan to perbedaan pendapat ini? Atau masih mumet? Kuy lah kita simak ilustrasi berikut. Saya terinspirasi dari Cak Nun.

Anda tahu “nasi”? oke. Apakah Anda pernah makan nasi? Sama kalau begitu. Nah, pertanyaan saya apakah nasi itu halal? Tunggu dulu! Tunggu!! Jangan tergesa ngejawabnya! Kalau Anda jawab halal ya alhamdulillah. Insya Allah nasi itu didapat dengan cara yang baik. Tapi kalau nasi itu adalah nasi curian bagaimana? Apakah nasi itu halal?

Segala sesuatu memiliki kondisi, posisi, konteks ruang dan waktu, serta esensi. Sebuah pisau tidak bisa kita katakan haram meski pun digunakan untuk (naudzubillahi min dzalik) membunuh orang lain, misalnya. Kenapa? Karena pisau itu Cuma alat. Yang haram itu ya pembunuhannya, yang dosa itu ya yang membunuh. Bukan pisau yang haram. Tidak juga pisau yang berdosa. Karena pisau hanyalah alat. Jadi bermanfaat atau berbahaya sebuah alat tergantung siapa yang memegangnya.

Musik pun begitu! Ia hanya alat. Benda mati. Nggak punya dosa apalagi pahala. Lah, apakah musik kemudian jadi bermanfaat atau membawa mudharat kan tergantung siapa yang memainkannya. Jangan salahkan musiknya! Salahkan orangnya! Mbok yajangan terlalu serius lah. Wong Tuhan saja menciptakan orang Madura ketika sedang tertawa kok.Sungguh saya ndak bisa bayangkan roma tanpa irama. *eh, dunia tanpa irama. Nggak ada nada, nggak ada kidung, nggak ada syair-syair romantis. Ndak ada musik regae, dangdut, nggak ada irama qasidah, shalawatan, dan lain-lain. Ah, betapa subjektifnya diri ini. Hehe maaf-maaf. Abaikan bagian yang ini.

Intinya, bagimu keyakinanmu, bagi kami keyakinan kami. Kami ndak akan menggunjing kalau tidak digunjing. Tak ada kebenaran mutlak, apalagi yang berangkat dari subjektifitas tafsir. Perbedaan yang ada harusnya menjadikanmu paham kenapa kami menghalalkan musik. Sebagaimana saya yang menghormati seorang kawan yang sangat bertalenta memainkan gitar, namun kini telah mengharamkan musik.

Jangan lupa ngopi!

IsyKarima!!! Hiduplah Dengan Mulia!!!

Jogja, 28 Februari 2017

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun