Mohon tunggu...
Izzuddin Muhammad
Izzuddin Muhammad Mohon Tunggu... Freelancer - hamba Allah

penulis pemula

Selanjutnya

Tutup

Politik

Beberapa Alasan AHY Tidak Datang Debat

17 Desember 2016   09:46 Diperbarui: 17 Desember 2016   10:03 1758
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Atau bisa juga lantaran stasiun TV yang mengadakan debat itu adalah stasiun yang bikin sensi beberapa orang Islam. Sudah jadi rahasia umum Habib Rizieq dan csnya ingin memboikot KOMPAS dan Metro TV yang dituduh sebagai stasiun TV liberal dan penebar fitnah. Mungkin untuk menunjukkan bahwa dirinya ada di pihak IslamAHY pun memutuskan tidak adatang.

Tidak siap berdebat

Ini alasan yang paling banyak mengisi pikiran orang-orang. Jika menilik pengalaman Agus memang tidak ada apa-apanya dibanding Ahok dan Anies. Sebagai petahana Ahok tentu Pede dalam berdebat. Beliau menguasai data yang ada dan program yang dijalankan. Sedangkan Anies adalah sosok birokrat, intelektual, dan public speaker handal. Apalagi dibantu mas Sandi yang notabene juga pengusaha yang tak jarang memberi motivasi bisnis sejak dahulu. Tentu mereka adalah pasangan enerjik dan kaya inovasi. Sedangkan apa yang ditawarkan AHY? Sosok muda? Pasangan wanita? Atau anak seorang mantan presiden? Hehe.

AHY belum tahu sensasi berdebat

Selama ini AHY sibuk di dunia militer. Dunia yang menjunjung tinggi kedisiplinan, semangat juang tinggi, dan etos kerja. Adalah wajar saat AHY memutuskan move on ke dunia politik ia harus melalui tahapan adaptasi yang tak singkat. Maka, wellcomedi dunia politik mas Agus.

Di dunia militer–saya tidak tahu pasti–mungkin saja debat itu tidak diajarkan. Dunia militer identik dengan loyalitas tanpa batas. Taat pada pimpinan. Patuh pada seluruh komando yang diberikan. Hanya saja, mas Agus, debat itu adalah pertarungan pemikiran, ajang untuk mengadu pendapat mana yang lebih baik. Wadah untuk mencari tahu kelemahan kita di mana. Dan yang terpenting sarana bagi masyarakat untuk bisa menilai calon mana yang memang pantas untuk mereka pilih.

Lah, ketika mas Agus ndak muncul-muncul di acara debat bukan tidak mungkin masyarakat akan berasumsi, “sepertinya mas Agus nggak mau dipilih, makanya nggak nongol di debat cagub-cawagub itu”.

Mas, Agus, saya ini mahasiswa Sastra Arab di salah satu kampus negeri. Alhamdulillah, solidaritas antar mahasiswa Sastra Arab lintas universitas di tanah air terjalin begitu erat. Masing-masing kampus sering mengadakan festival dan perlombaan sebagai ajang pertemuan. FKA UGM, FTT UI, Pekan Arabi UM, IUADC UII, GAM UNJ, dan lain-lain. Dari berbagai lomba yang kami selenggarakan, percayalah, lomba debat adalah lomba yang paling seru dan menarik bagi mahasiswa Sastra Arab, tentu tanpa bermaksud mendiskreditkan cabang lomba lain.

Kenapa bisa begitu? Karena kami sadar, lomba debat banyak memberi manfaat. Pengetahuan kami bertambah, tingkat berpikir kritis kami meningkat, dan tentunya bisa sharingpendapat dengan lawan debat serta sebagai wahana untuk mengukur sejauh mana sih kemampuan kami. Dan semua debat pasti begitu mas Agus, tak terkecuali debat calon pemimpin daerah. Ayolah mas Agus, jangan gengsi tukar gagasan dengan dua kompetitormu. Jangan merasa programmu adalah program paling sempurna dan paripurna. Siapa tahu bisa menang to, hehe.

Jogjakarta, 17 Desember 2016

09:21 WIB

Muhammad Izzuddin

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun