Mohon tunggu...
Izzuddin Muhammad
Izzuddin Muhammad Mohon Tunggu... Freelancer - hamba Allah

penulis pemula

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Semalam di Bawah Doktrin Ustad YM

8 Oktober 2016   15:23 Diperbarui: 8 Oktober 2016   17:10 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Menghadap ke Allah. Ini juga langkah yang bisa ditempuh untuk meningkatkan kompetensi. Menghadap ke Allah bisa bermakna berkonsultasi dengan-Nya, menyerahkan segala urusan kepada-Nya. Lagi sedih, putus asa, blank inspiration,silahkan berkeluh kesah dengan Allah. Intinya menyertakan Allah dalam segala ikhtiar.

Manusia memang makhluk terparipurna, ia juga makhluk yang teramat cerdas. Hanya saja di hadapan Allah kita tetaplah makhluk lemah tak berdaya. Maka jangan jadi makhluk yang sombong, ora dadi wong jumawa, tetap tawakkalkan dirimu kepada-Nya dimanapun dan kapanpun.

Alkisah, seorang mahasiswa tengah kebingungan mencari judul skripsi, padahal deadline kian mencekik saja. Maka ia pun memutuskan berwudu’, baru saja hendak berwudu’ ia mendapat inspirasi. Akhirnya dia nggak jadi wudu’, eh, inspirasi itu hilang, akhirnya dia wudu’ lagi, terus solat hajat. Habis sholat alhamdulillah... belum juga dapat inspirasi. Hehe, akhirnya dia berdo’a, memanjatkan hajat, memohon kemudahan, dan akhirnya... dapat inspirasi? Belum juga. Tapi insya Allah hatinya lebih tenang dan pikirannya lebih jernih. Insya Allah kalau hati adem pikiran anyem, inspirasi akan segera merapat.

Allah itu Maha Memiliki kompetensi. Dekatilah ia dan coba minta kompetensinya. Allah ndak pelit kok. Yakin saja.

Al-Baqarah 261

“Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Mahaluas, Maha Mengetahui”

Nah, ini inti yang disampaikan ustad YM. Sedekah. Dengan sedekah insya Allah kompetensi bisa bertambah. Banyak kisah yang beliau sampaikan tentang keajaiban sedekah. Menghipnotis jama’ah, menggugah hati, dan pastinya merogoh kocek. Hehe. Dan rasanya saya tidak perlu menjabarkan seperti apa keajaiban sedekah. Ente gugling aja sendiri atau saksikan yutubnya ustad YM. Bejibun kok yang membahas sedekah.

Saya pribadi pernah mengikuti sinau-nya Cak Nun. Pun kali ketiga ini menghadiri majelis ustad Yusuf Mansyur. Dua tokoh agama berbeda latar belakang. Yang satu budayawan, satunya lagi entreprenur. Jika mengkonfrontir antara dua tokoh ini, apalagi dalam masalah sedekah, dijamin ndak bakal ketemu. Wes, intinya mereka berdua ngajakin amar ma’ruf nahi munkar. Cak Nun bagus bukan berati YM ndak bagus. Ustad YM baik bukan berarti Cak Nun kafir. Inilah dinamika yang lahir dari keberagamaan ilmu yang dimiliki oleh cendekiawan-cendekiawan muslim Indonesia. Hal yang seharusnya kita syukuri, bukan malah kita bentur-benturkan. Kayak orang kurang kerjaan ae.

Satu lagi, ada sisi baik ustad YM yang baru saya sadari. Beliau berusaha membangun bargaining position of ummat.Beliau sadar saingan terbesar adalah kapitalisme dengan ekonomi sebagai komoditi utama, maka dengan strategi ekonomi pula beliau mencoba membangun nilai tawar ummat tanpa meninggalkan hal-hal fundamental, seperti al-Qur’an. Berdakwahlah dengan bahasa kaummu, maka ketika umat Islam hari ini terjebak dalam sistem ekonomi kapitalisme, berdakwah dengan bahasa ekonomi pun saya anggap sebagai strategi jitu. (Ini bukan fanatik lo ya)

FYI, November nanti, Ustad YM dan seluruh perusahaannya resmi memiliki 5 unit pesawat, 2 buah boeing 777 dan 3 buah Airbus A320. Pesawat ini akan melayani rute Indonesia-Jeddah, khusus jama’ah umrah. Dan Anda tahu bagaimana cara beliau mempersuasi jama’ah ? itu pesawat dibeli dari duit sedekah jama’ah sebesar 150 ribu per-bulan selama 12 bulan. Beliau menamakan langkah ini dengan label sedekah produktif. Masalah pahala, kita yakini saja akan mengalir kepada mereka yang ikut dalam sedekah produktif. Soalnya masalah pahala mah murni hak prerogatif Allah.

Nah bagi Anda yang berkenan ikut sedekah produktif, monggo, insya Allah dengan niat ikhlas, membangun kekuatan ummat melalui ekonomi, bukan tidak mungkin beberapa tahun lagi kita, umat Islam, orang Indonesia asli, bisa “membeli kembali” Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun