Mohon tunggu...
Kinda Tegar Mundira
Kinda Tegar Mundira Mohon Tunggu... Mahasiswa - Profil menulis

Mahasiswa Ilmu Komunikasi 2018, Universitas Muhammadiyah Surakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Korean Wave (Gelombang Korea) terhadap Drama Korea di Kalangan Remaja Indonesia

13 Januari 2022   22:51 Diperbarui: 13 Januari 2022   23:17 475
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di era globalisasi teknologi komunikasi maupun teknologi internet berkembang sangat pesat dan sangat memungkinkan untuk penghuni planet bumi dapat saling bertukar informasi dengan cepat, mudah dan praktis. 

Ini dikarenakan setiap manusia pasti mengalami perubahan sejarah sepanjang hidupnya dari perubahan luas maupun berubahan terbatas, perubahan tersebut tidak terlepas dari akulturasi kebudayaan yang berkembang di masyarakat. Budaya itu sendiri mengalami perubahan seiring berkembanganya perubahan zaman akan tetapi budaya juga memiliki sifat mutlak yang tidak bisa diubah oleh manusia.

Wicaksono et.al., dalam artikel yang berjudul "Pengaruh Fenomena Tren Korean Wave Dalam Perkembangan Fashion Style Di Indonesia" yang dimuat dalam jurnal sosial Politika Volume. 2 (2021) menjelaskan kebudayaan yang saat ini hangat dibincangkan warga net dan para remaja Indonesia yaitu kebudayaan korean wave yang menjelaskan gabungan antara Kebudayaan Korea dengan Indonesia, kebudayaan ini dibesarkan menggunakan produk canggih yang semakin kesini semakin praktis penggunaannya antara lain handphone, laptop, komputer dan alat canggih lainnya. 

Para remaja yang penggemar Korea khususnya remaja perempuan berusaha seidentik mungkin dengan sang idola mereka masing-masing, bahkan kebiasaan gaya hidup hampir mengikuti idola mereka.

Septadinusastra vina, dalam artikel yang berjudul "Bahasa Korea Sebagai Sarana Penyampaian Pesan Bagi Anggota Komunitas (Studi Kasus Pada Anggota Bandung Korea Community)" yang dimuat dalam jurnal Prolistik volume. 2 (2017) menjelaskan bahwa saat ini Korea menjadi bahasa nomor dua setelah Bahasa Inggris, sekarang sudah sangat banyak ditemukan diberbagai kota di Indonesia, termasuk kota Bandung. 

Di Bandung tempat untuk belajar bahasa Korea tidak hanya dilembaga-lembaga bahasa asing saja, saat ini di beberapa Universitas juga sudah dibuka jurusan bahasa Korea. Hal ini membuktikan bahwa bahasa Korea sudah diterima secara luas oleh masyarakat Indonesia dan memiliki banyak peminatnya. Di kota tersebut juga sudah ada (BKC) Bandung Korea Community yang menyatakan siapa saja yang suka Korea. Pada dasarnya, secara kasat mata BKC tidak jauh berbeda dengan sebuah fans club.

Prawiraputri et al., dalam artikel yang berjudul "Peranan Sm Entertainment Sebagai Media Diplomasi Publik Korea Selatan Di Indonesia" yang dimuat dalam jurnal Ilmu Hubungan Internasional Volume. 1 (2021) menjelaskan Korean Wave adalah salah satu istilah yang ditunjukkan budaya populer Korea Selatan yang penyebarannya di mulai dari asia timur kemudian berkembang luas melalui dunia hiburan antara lain K-pop, drama serial, musik dan tarian. Sebagai pelopor Korean Wave pada ajang promosi pariwisata Kota Seol tahun 2009 mereka memperkenalkan kreasi Korea Selatan dengan berbagai produk Korea ini juga ditandai dengan diberikannya penghargaan 2016 Youngsan Diplomat of the Year Award. 

Widana et al., dalam artikel yang berjudul "Faktor Menonton Drama Korea Melalui Media Online (Web) Pada Remaja Putri" yang dimuat dalam jurnal ilmu Sosial dan Humaniora Volume. 4 (2021) menjelaskan era postmodern mengantarkan seseorang pada pemikiran-pemikiran yang lebih "liar" dan cenderung tidak mau dibatasi pada aturan-aturan yang "mengekang" kebebasan dan kreativitas. 

Salah satu implikasi yang sangat terlihat pada era abad ke-20 ini adalah hibridisasi atau perkawinan dalam budaya. Postmodern tampak menghalalkan adanya gebrakan enkulturasi dan akulturasi terhadap gerakan adopsi budaya asing pada hibridisasi budaya ini. Oleh sebab itulah, hybrid culture tidak lain memiliki sebutan baru yaitu "spesies budaya" yang mengandunghasil racikan globalisasi sebagai ramuan mixed cultures.

Drama Korea terdapat banyak genre yang memberikan banyak dampak positif maupun negatif yang dimana dampak positif antara lain mendapat informasi baru, pengetahuan baru, cara mencari teman, pekerjaan yang melibatkan drama Korea. Sedangkan dampak negatif ialah terbentuknya gaya hidup barat di tengah gaya hidup lokal atau di negara sendiri.

Sintonowoko Wiwid dalam artikel yang berjudul "Hibridisasi Budaya: Studi Kasus Dua Drama Korea Tahun 2018-2020" yang dimuat dalam jurnal TVF Volume. 5 (2021) menjelaskan Korean Wave telah menjadi budaya populer yang dimana dampaknya telah dirasakan melalui berbagai jenis budaya. Hal ini muncul dari adanya anggapan dari massive Korean fandom bahwa budaya Korea yang digambarkan dalam drama Korea sangat youthfully dan romantis dengan plot yang tidak rumit.

Drama Korea sendiri dulu memiliki jumlah episode yang sangat sedikit yaitu 8 episode, dengan seiring berjalannya waktu dan berkembangnya budaya yang semakin cangkih dan banyak peminat dan juga penonton, maka dari itu drama Korea semakin di buat menjadi banyak episode.

Kinda Tegar Mundira, Mahasiswa Ilmu Komunikasi, Fakultas Komunikasi dan Informatika, Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun