spray gel dari ekoenzim kulit salak pondoh (Salacca edulis Reinw) untuk terapi luka bakar. Penelitian ini dilaksanakan dibawah bimbingan dosen Haris Setiawan, S.Pd., M.Sc., dalam Program Kreativitas Mahasiswa Bidang Riset Eksata 2024.
Tim mahasiswa Program Studi Biologi UAD yang beranggotakan 5 orang yang diketuai oleh Kinasti Dwi Lestari dan beranggotakan Aisyah Aulia Nugraha, Vibula Rosa Arumbina, Umu Kamilah dan Rara Asti Azizah telah melaksanakan penelitian terkait pengembangan inovasiPenelitian ini dilatar belakangi oleh tingginya angka kejadian luka bakar di Indonesia. Berdasarkan data dari Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pada rentang tahun 2018-2022 bahwa Indonesia memiliki prevelensi luka bakar mencapai 35 %. Diperkirakan sekitar 11 juta orang terkena luka bakar dan 180.000 meninggal dunia. Selain itu, sejauh ini buah salak hanya dimanfaatkan bagian daging buahnya untuk di konsumsi.
" Selama ini buah salak hanya dimanfaatkan bagian daging buahnya untuk dikonsumsi dan kulit  buah salak terbuang begitu saja. Oleh karena itu, tim kami tergerak ide untuk berinovasi, membuat ekoenzim dari kulit salak pondoh". Ujar Umu Kamilah, salah satu anggota tim.
Ekoenzim kulit salak pondoh sendiri memiliki kandungan senyawa flavonoid yang tinggi yaitu 0,295 0,00033 gQE/ l. Ekoenzim ini memiliki sifat antibakteri, antiinflamasi dan antioksidan yang berpotensi untuk mempercepat proses penyemuhan luka bakar. Ekoenzim dari kulit salak pondoh akan menjadi bahan utama dalam spray gel. Sediaan spray gel sendiri memiliki kelebihan yaitu rendahnya kontaminasi mikroba serta lebih praktis dalam penggunaan.
"Pengembangan spray gel ini merupakan inovasi yang potensial untuk mengatasi luka bakar. Spray gel ekoenzim kulit salak pondoh diharapkan dapat menjadi alrternatif terapi luka bakar yang lebih aman dan efektif". Jelas Kinasti Dwi Lestari, selaku ketua tim.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H