Jika saja aku punya tanah luas, pastinya tidak akan aku biarkan mangkrak jadi lahan tidur, kotor, balak ditumbuhi tanaman liar akhirnya dijadikan tempat pembuangan sampah oleh orang-orang yang malas tidak bertanggung jawab. Bahkan terkadang untuk tempat membuang mayat korban pembunuhan. Hiiiih. Parah.
Bisa beli tanah tetapi tidak bisa memanfaatkan, padahal jika mau mengolah sambil menunggu modal besar lainnya, untuk rencana proyek lanjutan, ada keuntungannya sangat besar, yaitu,
- Dapat menolong sesama manusia(bekal Akherat) memberi masukan keuangan yang sangat dibutuhkan bagi pekerja untuk dapat mendapatkan tambahan dana kebutuhan rumah tangga sehingga dapur mereka bisa ngebul. Entah adanya seduhan kopi, atau aroma oseng jengkol dan ikan asin, karena  upah yang didapat dari mengerjakan tanah kosong milik orang-orang kaya yang  dibiarkan bobo tak bangun-bangun.
- Mendapatkan hasil yang lumayan dengan mengisi lahan luas kosong tadi dengan tanaman yang cepat panen. Bisa jadi diisi tanaman sayuran yang panen dalam jangka dua mingguan, ada yang sebulan dan selanjutnya, asalkan tidak ada halangan gagal panen yang disebabkan oleh hama maupun perusak tanaman lainnya serta maling. Hmmm.
Meski aku hanya memiliki lahan seilat [bahasa jawa] alias hanya itungan meter saja, tetapi tetap terus bertanam dengan menjadikan hutan di pekarangan yang sempit, memberikan kesempatan tanaman hidup bebas di pekarangan dengan kasih sayang yang kuberikan pada mereka, maksudnya kasih yang bagaimana itu?
Tidak Tuan-tuan dan Nyonya-nyonya, kasih sayang yang didapatkan itu akan menghasilkan yang sekarang anda nikmati berupa sayur mayur, buah-buahan ranum dengan harga selangit jika kita membelinya.
Kasih sayang itu hanya berbentuk menyiram, memangkas dan memberi nutrisi sekali-kali, kalau tidak malu sapalah tanaman-tanaman itu. Mereka pasti memberi aura positif berbentuk O2 yang segar sangat diperlukan oleh semua mahluk hidup, terutama anda yang sedang berada disekitar tanaman-tanaman tersebut. Sedangkan polutan di sekitar tanaman diserap oleh tanaman dan daun-daunnya kembali mengeluarkan oksigen segar. Maha Besar Alloh Atas segala ciptaan-Nya.
Aku senang mengadopsi tanaman-tanaman meski tidak punya lahan, caranya bagaimana?
Tanaman-tanaman itu ditanam secara bertumpuk atau vertikulture, jangan khawatir tanaman-tanaman buah tersebut tetap akan  berbuah, asal kita rajin memberi nutrisi tepat waktu serta tepat kebutuhan.Â
Ketika demam betanam secara hidroponik aku juga ingin mencoba, tadinya sempat bingung karena pekaranganku sangatlah sempit. Saat melihat dak atas ruang tempat cuci dan jemuran baju lalu berpikir untuk menyulapnya menjadi gubug hidroponik, bukan rumah hidroponik karena saking kecilnya ruangan yang ada. Maka dari itu aku sebut "Gubuk Hidroponik Sederhana"
Tersebab anak-anak sudah berumah tangga dan tidak tinggal lagi serumah dengan Ibu Bapaknya dengan sendirinya tidak membutuhkan tempat cucian yang luas. Ada halaman lagi di teras kamar atas bisa dijadikan tempat cucian pakaian, makanya tempat cuci pakaian dipindah ketempat itu, tetaaaaap berbagi tempat dengan tanaman-tanaman, hmmmm. . . dimana-mana ada tanaman, dasar sudah mendarah daging menanam alias maniak bertanaman.
Meski demikian aku bangga dan mensyukuri nikmat Karunia dari Alloh berkat ijin-Nya, aku membangun gubug Hhidroponik dengan modal
- Kemauan keras,
- Keuletan berbuat,
- Keinginan kuat,
- Dasar Cinta akan bertanam.
Jadi bagi anda pembaca yang suka bertanam, tempat kecil jangan dijadikan alasan tidak ada lahan. Halangan paling berat adalah melawan kemalasan, dari pada nongkrong bermalas-malasan, lebih asyik lagi bertanam.
- Ongkos tukang untuk membongkar tempat cuci pakaian untuk membangun kerangka gunakan baja ringan, itu lumayan murah
- Plastik UV sebagai penutup/atap
- Rak-rak dari paralon ukuran 3 inchi untuk wadah tanaman
- Bibit
- Media Rock wool
- Nutrisi
- Serta kebutuhan dadakan yang tidak diperkirakan
Untung aku sanggup merakit sendiri dengan cara dan ide mendesain sendiri. Jika merakit bisa dikerjakan sendiri sangat mengurangi dan  mengendalikan membludaknya dana dan untuk segi keindahan justru aku tidak membuat meja besi sebagai tatakannya, karena besi menimbulkan karat aku kurang suka, paralon-paralon itu digantung dengan kawat, instalasi air maupun paralon aku kerjakan sendiri, murah loh tak berbayar tukang(tukangnya diri sendiri)
Gubug hidroponik yang ada merupakan percobaan bagiku untuk melakukan penanaman secara hidroponik yang benar. Aku memang tidak belajar khusus dengan mengeluarkan dana besar, tetapi belajar secara otodidak serta suka anjangsana kerumah hidroponik skala usaha yang baik hati mau menjawab pertanyaanku yang sangat mendetail, disamping itu aku juga suka kontak melalui online ketika aku butuh informasi kepada orang yang berpengalaman dengan hidroponik.
Terima kasih Pak Iyeng dari Rumah Hidroponik, Pak Roni, Pak Dede dari hidroponik Parung sebagian lagi bertanya kepada paklik Google. Terimakasih Google kamu sudah membantu. Â
Keuntungan yang aku dapatkan adalah kebahagiaan, kepuasan batin, tidak dapat dibeli, hasil dari tanaman itu sendiri yang kapan saja aku membutuhklan selalu tersedia, sayuran bersih tanpa racun pestisida kimia serta debu polutan.
Mari bertanam tanaman yang bersih dan sehat.
-Ngesti Setyo Moern