Warisan seni budaya dari para leluhur di Nuswantara ini berupa seni budaya Batik, kini mulai menggeliat dari tidur comanya. Sempat mati suri, lantaran pada waktu itu maraknya model baru dan corak pada bahan-bahan pakaian bukan batik dari luar yang menggiurkan konsumen karena adanya peradaban modern yang memukau dan serba semarak, dan batik pun banyak ditinggalkan mungkin dianggap kuno serta era lunturnya rasa bangga pada hasil karya leluhurnya . . . hmmm.
Teringat sekali ketika sering adanya adu argumenasi diantara remaja dan anak-anak muda waktu itu, bahwa batik membosankan dan sudah kuno.
Namun kini, sejak geger-geger bahwa batik warisan asli Nuswantara bakal diakui oleh negara lain maka semua masyarakat menjadi heboh nan panik. “Nahlo” Makanya peninggalan yang sangat tinggi nilai seninya ini di Uri-uri dijaga nan dilestarikanlah. Yang lucu lagi beredar corak tiruannya batik cap produk dari luar yang tak patut dicetakkan pada bahan jadinya malah gegombyoran terlihat tak asyik.
Karena situasi itulah kesadaran itu semakin kuat untuk mencintai seni budaya Batik asli Nuswantara. Yang pasti lebih tinggi nilai seninya dengan muatan filosofi yang mantab.
Nuswantara ini sendiri memiliki ribuan ciri khas batik dari setiap daerahnya yang merupakan batik cap bukan tulis aasli, sedangkan yang tulis asli memiliki kekuatan karya tersendiri yang tidak dapat diambil atau diadopsi oleh Negara manapun karena memiliki pakem, ciri dengan corak yang mengandung makna terkadang sejarah kuno itu sangat istimewa yang tidak akan ada di Negara lain, karena merupakan pengejawantahan dari suatu peristiwa maupun pitutur pada jamannya. Sementara batik tulis klasik sangat dikuasai di Wilayah Jogyyakarta, Solo dan sekitarnya, karena disana pusat kerajaan, kebutuhan akan batik sangat utama.
Kenapa? Sejak para pendahulu kita menemukan seni budaya melukis didalam kain yang adiluhung, pada waktu itu memang khusus digunakan hanya untuk dipakai sebagai kain(jarit sebutan Jawa) entah lelaki maupun perempuam, disana diselipkan suatu makna tertentu, bisa titipan pesan nasehat yang melibatkan isi gambarnya kebanyakan dari apa yang dialam semesta ini, entah itu bunga daun pohon, burung, kupu-kupu yang dijadikan motif mengandung makna yang tinggi filosofinya.
Misalnya nama batik sido mukti kain batik ini sudah diciptakan untuk kain jarit yang dipakai bagi mempelai dan itu memiliki makna yang sangat tinggi artinya nantinya mempelai tersebut akan mendapatkan kamukten atau keberuntungan didalam mengarungi runah tangga, hal ini menjadikan doa yang disertakan pada symbol-syimbol menjadi arti serta didalam gambar lukisan batik tersebut. Ada motif Batik Semar mesem. Batik Padang rembulan, Batik lereng, Batik Sido mukti, Batik Sekar Djagad, truntum dan ribuan lagi nama-nama klasik terutama dari batik tulis asli tersebut.
Beruntung pada waktu kecil, penulis merasakan nikmatnya membatik karena orang tua pada saat itu membatik disela-sela kesibukannya mengurus keluarga, jadi tau awal sejak nge mal gambar lalu membatik, celup, wedel, ngeblok dan akhirnya bagaimana cara membatik, sedangkan penulis hanya kebagian memberikan cecek(titik-titik) dan ngeblok, menutup batikan yang sudah diberi warna pada gambar batik setelah dicelup itupun sangat girang sekali.
Karena usil batik-batik yang akan dijual itu nantinya diberi huruf N kecil inisial nama penulis sebagai tanda bahwa ini batik buatan Ibu penulis, dan tidak diketahui oleh Ibu. Ihhh . . bandel ya.
Nah, pengusaha batik etnik tertentu memang harus berani membuat yang spesifik modern dengan warna yang kinclong namun tetap mempertahankan pakem batik serta kekhasan daerahnya.
Yang kentara sekali pada batik Tangsel ini adalah memasukkan Ikon Tangsel yaitu bunga anggrek Douglas warna ungu. Disetiap batik dengan motif apapun kebanyakan disisipinya dengan bunga anggrek. Seperti motif lereng kacang sanganpun juga diberi pendampingan anggrek, pendek kata hampir semuanya.
Sementara batik tulis klasik sangat dikuasai di Wilayah Jogyyakarta, Solo dan sekitarnya.
KETAPEL’S [Kompasianer Tangsel Plus] bekerjasama dengan Bank Danamon dan induk dari Kompasianer yaitu Kompasianamengangkat karya masyarakat Kota Tangerang Selatan apapun nantinya dan pada saat ini kebetulan mengangkat keberadaan Batik Tangsel yang dibesarkan oleh Dra Nelty Farizaa K. Pengusaha ini sudah mengarungi bukan hanya dalam Negeri sendiri tetapi merambah ke Manca Negara.
Kiprah anak bangsa yang seperti ini wajib digaungkan keberadaannya dan giatnya karena tidak hanya mengangkat Wilayah Tangerang Selatan saja tetapi mengangkat Indonesia ini sebagai Negeri yang memiliki berbagai-bagai seni kreatif nan etnik, kreatifitas-kreatifitas ini terangkat karena sebuah seni budaya Batik, saatnya Batik Tangsel pegang kendali dengan Bank Danamon.
Tinggal sekarang saatnya kita pun turut belanja batik Tangsel guna menyemarakkan pemasaran ibu Nelty dengan warna batiknya yang kinclong, silahkan Ketapels Belanja.
Salam Saatnya Batik Tangsel pegang kendali
-Ngesti Setyo Moerni
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H