Kota Tangerang Selatan boleh dibilang sebagai Kota Niaga terbukti dengan langkanya lahan luas bagi keperluan pertanian, khususnya persawahan. Memang masih ada tetapi tidak mencapai dari hitungan puluhan hektar, misal di daerah Parigi Kecamatan Serpong Utara, itupun lahan milik Tentara Nasional Indonesia ada beberapa hektar.
Lainnya banyak lahan tidur milik pengembang, atau milik pribadi sebagai investasi yang didiamkan bobo tak bangun-bangun, uhhhh . . . balak banyak gulma akhirnya digunakan untuk pelemparan sampah bagi orang yang egois gagal paham lingkungan.
Seperti petani hidropik Roni, pemilik Kebun Sayur Hidroponik di Tangerang Selatan ini yang memang awalnya hobi menyayangi tanaman dengan berbagai-bagai koleksi tanaman yang tertata apik dirumahnya. Dari hobi inilah disertai adanya kemauan keras hingga dapat berkembang meraih suksesnya bertani, kata pak Iyeng pegawai kepercayaan pak Roni.
Berangkat dari hobi dan kemauan keras usaha kebun sayur hidroponik tersebut dapat menciptakan lapangan kerja, menghidupi sekitar beberapa orang yang direkrut untuk membantu pekerjaan di kebunnya. Artinya dengan lahan 5000 meter dapat didaya gunakan guna menolong anak-anak putus sekolah, memberikan peluang tukang las untuk mendapat order pengerjaan kebutuhan dikebun hidroponik.
Mencari kerja dengan skill yang minim sekarang ini sulit karena persaingan ketat untuk mendapatkan pekerjaan dengan penghasilan yang layak namun disini dikebun sayur hidroponik milik pak Roni ini para pekerja akan terus terdidik dan terbiasa dengan pekerjaan mengurus tanaman hidroponik.
Karena terbiasa mengurus kebun hidroponik, lama kelamaan mereka anak-anak muda pekerja tersebut dapat menguasai cara bertanam serta mengolah pertanian, tanpa sadar selain menerima gaji bulanan hasil kerja, mereka juga mendapatkan ilmu secara gratis sampai mahir. Suatu saat mereka akan mampu membuat sendiri ladang-ladang sayuran entah dengan sistem apa saja, dimana nantinya mereka akan tinggal.
Kunjungan sekilas ke lokasi Kebun Sayur Hidropomik milik pak Roni yang menggunakan lahan sekitar 5000 meter persegi, ternyata hasil sayurannya lumayan menggairahkan, menurut pak Iyeng lagi, bahwa usaha ini bisa mengantongi rupiah yang lumayan mencengangkan, karena hasil sayurnya yang kebanyakan berupa sayuran selada yang memang tidak bisa dijumpai dipasar, melayani permintaan Hotel-hotel berkelas yang menyajikan menu-menu istimewa.
Dengan catatan semuanya asal dikelola secara benar-benar dan serius, jangan yang hanya “anget-anget tai ayam”. Karena kebun sayur hidroponik ini membutuhkan penanganan yang serius serta perhatian yang begitu intensif, memasarkan hasil kebunnya pun harus secara giat dan ahli.
“jika menggunakan green house target satu tahun sudah balik modal” Kata Heru keponakan dari pemilik kebun sayur hidroponik ini. “Kami menanam sayuran selada ini atas dasar pemesanan dari Hotel berkelas, masih ada Paprika dan Buah Tomat Cheri, semua bibitnya dari luar” lanjut Heru.
Sungguh bertanam hidroponik sama sekali tidak menyia-nyiakan atau membuang-buang air sama sekali karena bertanam secara hidroponik ini tidak memerlukan penyiraman tanaman, air memberikan manfaat kepada tanaman dengan membawa nutrisi didalamnya secara otomatis, benar-benar ramah penggunakan air.
Bertanam hidroponik dengan media air ini lumayan praktis, tidak kotor belepatan tanah, apalagi bergulat dengan cacing-cacing tanah, menguntungkan dari segi kebersihan hasil sayurannya, bersih juga lingkungan disekitar tanaman. Penting adalah perhatian terhadap sirkulasi air jangan sampai ada yang tersumbat karena perakaran yang subur, serta perhatian terhadapan nutrisi yang dilarutkan kedalam sirkulasi air.
Dengan lahan 5000 ribu meter dalam waktu satu tahun sudah kembali modal, padahal jika melihat penunjang keperluan perkebunan sayur ini, saya berfikir berapa besar jumlah rupiah yang dibutuhkan untuk modal awalnya.
Ilmu hidroponik yang dipahami oleh Roni tidak disimpan sendiri tetapi disebar luaskan dengan cara mengajar keliling sesuai permintaan masyarakat yang ingin berkebun sayuran secara hidroponik berjalan hingga sekitar dua tahun Roni memberikan ilmu untuk mencerahkan masyarakat secara rutin berkeliling kemana-mana. Artinya Roni iklas berbagi ilmu tentang hidroponik dari pengalaman keberhasilannya bercocok tanam yang sedang di jalaninya.
Sekarang ini banyak masyarakat menyadari akan pentingnya kesehatan yang berasal dari asupan makanan, karena jika tidak diperhatikan sendiri, banyak timbul aneka penyakit, awalnya memang dari makanan yang terkontaminasi dengan segala macam zat kimia termasuk pembunuh hama didalamnya.
Guna menghindar dari hal tersebut banyak masyarakat beralih ke makanan sehat bebas bahan kimia, untuk itu tanaman organik hidroponik menjadi pilihan para pengkonsumsi makanan sehat untuk mulai berjaga-jaga membentengi tubuhnya dari pencemaran didalam usus yang akan berwisata melalui darah menuju lokasi strategis menjadi titik pusat tubuh manusia yang berimbas kepada berbagai organ tubuh.
Makanan sehat terutama sayuran yang bakal dikonsumsi, utamanya sayuran yang bebas dari racun kimia [pestisida], masih ada lagi bebas dari bacteri E coli terbawa oleh tinja manusia, tinja binatang yang membawa bacteri jelek. Biasanya dari sungai yang sudah tercemar oleh bacteri tersebut. Yang dirasakan penderita biasanya bagian perut, adanya tanda-tanda deare.
Dengan adanya sayuran hidroponik ini semoga manusia benar-benar terbebas dari ancaman keracunan makanan disebabkan oleh sayuran.
Sesuatu yang berawal dari hoby ditekuni secara tekad dan kemauan maka berbuah kesenangan, juga menjadikan pundi-pundi langsung menggelembung memuaskan.
-Ngesti Setyo Moerni
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H