Mohon tunggu...
Ngesti Setyo Moerni
Ngesti Setyo Moerni Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu Rumah Tangga

Berusaha mengurangi yang berakibat rusaknya lingkungan, dimulai dari diriku sendiri dan keluarga.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

"Nyanyi Sunyi Mbakyu Sritie"

28 Agustus 2016   15:48 Diperbarui: 28 Agustus 2016   16:20 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gelas di meja itu masih terasa membekas kulumannya

Bangku dipojok yang ada juga masih tersisa gandanya

Termasuk aroma asap rokok yang terjebak dibiliknya

Dari jejak Sidik jemari Tukiran pada temu terakhirnya

Juga masih samar terngiang jelas kata-kata termanisnya

Dengan penuh kepasatian menyeruak harkat khayalnya

***

Ketika itu senja temaram

Mbakyu Sriti yang sangsi menatap tajam

Dan berburu kepastian akankah layar ini kan tenggelam?

Dibawa ombak Riuh badai berpusar kedalam yang terkelam

 ”Bukankan ini hanya khayalan kisah cinta semusim?”  

Celoteh mbakyu Sritie yang meragu akan cinta Tukiran

“Bukan mbakyu, ini bukanlah kisah semusim bagimu”

 “Aku ingin mbakyu, aku ingin wanita sepertimu”

“Ku ingin mbakyu yang menata rumahku”

“Ku ingin mbakyu menata taman hatiku”

“ Dan mbakyu slalu dilembaran cintaku”

Ukiran terindah itu masih  terngiang

Dari Tukiran yang tak pernah bimbang

<=>

Senja berkabut ungu

Tiba-tiba Tukiran berujar sendu

“Aku pergi mbakyu, hanya seminggu”

Pungkas Tukiran pamitan kala mereka berpadu

Saat Sritie rebah didada bidang Tukiran yang berbulu

Dan, berdesir mbakyu Sritie layaknya tersengat sembilu

Napa keputusan itu tiba-tiba datang tanpa batas waktu

Hanya sak wasangka, resah dan gundah Sritie pun kelu

Ku tau ... ku tahu ...

Bahwa kisah perih begini pasti akan kembali bertalu

Ceruk hati terdalam dari mbakyu Sritie berbunyi :

Ah...kau ini pasti ndobol kaya dodol, aku sangsi

Mana mungkinlah kisah ini terkait erat disini

Hanya kan teronggok mojok pada ilusi

Hanyalah sekedar cocolan cerita mati

<=>

Dan Tukiran yang jatuh hati

Setemgah mati pada mbakyu Sritie

Hanyalah budak  mimpi disiang hari

Sebenernya kisah Sritie sendiri

pun tak pernah sepi dari rayu lelaki

Pernah digandrungi disana-sini

Datang dan pergi mengalir silih berganti

Juga tidak luput pernah jarang ditinggal pergi

Namun rasa itu oleh mbakyu Sritie sering kebiri sendiri

Tapi entah dengan kisah cinta yang satu ini

Si Tukiran yang menjeruak hati Sritie

Ternyata,

Hanyalah bubulan iseng sejati

Dari lelaki yang kurang pinter introspeksi

Akhirnya yang ditakuti kini terjadi

Si Sritie selalu melenggang sendiri

dan

Menyanyi sunyi dalam sepi

Curah hati “Sritie Semproe”

              oleh:

-Ngesti Setyo Moerni

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun