Gelas di meja itu masih terasa membekas kulumannya
Bangku dipojok yang ada juga masih tersisa gandanya
Termasuk aroma asap rokok yang terjebak dibiliknya
Dari jejak Sidik jemari Tukiran pada temu terakhirnya
Juga masih samar terngiang jelas kata-kata termanisnya
Dengan penuh kepasatian menyeruak harkat khayalnya
***
Ketika itu senja temaram
Mbakyu Sriti yang sangsi menatap tajam
Dan berburu kepastian akankah layar ini kan tenggelam?
Dibawa ombak Riuh badai berpusar kedalam yang terkelam
”Bukankan ini hanya khayalan kisah cinta semusim?”
Celoteh mbakyu Sritie yang meragu akan cinta Tukiran
“Bukan mbakyu, ini bukanlah kisah semusim bagimu”
“Aku ingin mbakyu, aku ingin wanita sepertimu”
“Ku ingin mbakyu yang menata rumahku”
“Ku ingin mbakyu menata taman hatiku”
“ Dan mbakyu slalu dilembaran cintaku”
Ukiran terindah itu masih terngiang
Dari Tukiran yang tak pernah bimbang
<=>
Senja berkabut ungu
Tiba-tiba Tukiran berujar sendu
“Aku pergi mbakyu, hanya seminggu”
Pungkas Tukiran pamitan kala mereka berpadu
Saat Sritie rebah didada bidang Tukiran yang berbulu
Dan, berdesir mbakyu Sritie layaknya tersengat sembilu
Napa keputusan itu tiba-tiba datang tanpa batas waktu
Hanya sak wasangka, resah dan gundah Sritie pun kelu
Ku tau ... ku tahu ...
Bahwa kisah perih begini pasti akan kembali bertalu
Ceruk hati terdalam dari mbakyu Sritie berbunyi :
Ah...kau ini pasti ndobol kaya dodol, aku sangsi
Mana mungkinlah kisah ini terkait erat disini
Hanya kan teronggok mojok pada ilusi
Hanyalah sekedar cocolan cerita mati
<=>
Dan Tukiran yang jatuh hati
Setemgah mati pada mbakyu Sritie
Hanyalah budak mimpi disiang hari
Sebenernya kisah Sritie sendiri
pun tak pernah sepi dari rayu lelaki
Pernah digandrungi disana-sini
Datang dan pergi mengalir silih berganti
Juga tidak luput pernah jarang ditinggal pergi
Namun rasa itu oleh mbakyu Sritie sering kebiri sendiri
Tapi entah dengan kisah cinta yang satu ini
Si Tukiran yang menjeruak hati Sritie
Ternyata,
Hanyalah bubulan iseng sejati
Dari lelaki yang kurang pinter introspeksi
Akhirnya yang ditakuti kini terjadi
Si Sritie selalu melenggang sendiri
dan
Menyanyi sunyi dalam sepi
Curah hati “Sritie Semproe”
oleh:
-Ngesti Setyo Moerni
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H