Mohon tunggu...
Ngesti Setyo Moerni
Ngesti Setyo Moerni Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu Rumah Tangga

Berusaha mengurangi yang berakibat rusaknya lingkungan, dimulai dari diriku sendiri dan keluarga.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Strategi Three Ends Menggalang Wanita Kuat Indonesia untuk Akhiri Kekerasan

12 Juni 2016   02:17 Diperbarui: 12 Juni 2016   03:39 1468
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Acara penutupan Puspa 16. gambar koleksi pribadi

perwakilan dari Tangsel dan Papua.gambar koleksi pribadi
perwakilan dari Tangsel dan Papua.gambar koleksi pribadi
rombongan dari banten.gambar koleksi pribadi
rombongan dari banten.gambar koleksi pribadi
Para perempuan yang berkumpul di acara PUSPA 2016 hampir mencapai 400 orang, tetapi ada juga perwakilan Bapak-bapak, terdiri dari menjalani kariernya dibidang Hukum, Ekonom, Psikolog, Akademisi/riset, Lembaga Masyarakat, Organisasi Kegamaan, organisasi Profesi, dunia usaha dan Media. Dengan mengumpulkan wanita Indonesia seluas-luasnya yang terjadi adalah saling mengisi, saling bertukar informasi dan menggotong sesuatu secara bersama-sama, diharapkan kesejahteraan Perempuan dan anak akan segera terwujud ditahun 2016.
  • Stop Kekerasan padaPerempuan!
  • Stop Kekerasan pada anak-anak! 
  • Stop ketidak adilan untuk mereka!  

Acara Kunjungan Lapangan ke Tempat Yang menginspirasi

Sebagai tambahan bekal bagi tamu PUSPA 2016, para perempuan yang berasal dari Sabang hingga Merauke ini dipersilahkan untuk kunjungan ke tempat-tempat yang sudah dipilih sendiri pada saat registrasi kedatangan, untuk menentukan pada minat kunjungannya.

Sebetulnya para tamu perwakilan perempuan yang diundang semuanya adalah wanita hebat, masing-masing memiliki peran dan pengalaman berbuat dan berkegiatan untuk masyarakat, meski kapasitas dan bidang masing-masing berbeda.

Di Jogyakarta, tentunya juga dikota-kota lain sudah banyak Perempuan-perempuan hebat berkemauan keras mengulurkan tangannya dengan menyediakan tempat untuk berbuat dan bergiat bagi pemberdayaan perempuan dan melindungi anak-anak.

Biasanya naluri wanita lebih peka, lebih mudah tersentuh dengan adanya ketidak adilan bagi perempuan dan anak. Juga jika melihat situasi dan keadaan pada perempuan-perempuan lain yang kurang beruntung. Sehingga perempuan-perempuan hebat yang beruntung ini dengan kelebihan dana ilmu dan tenaga dan berbuat untuk menularkan ilmu yang dimilikinya dengan jalan semacam mengadakan pelatihan-pelatihan kecil ringan yang mudah dipahami oleh masyarakat yang sudah tidak mampu lagi untuk berfikir secara berat, atau dengan memberikan permodalan kecil, pelatihan kepada anak-anak, itulah  yang mereka lakukan dan masih banyak lagi kiprah mereka.

Dalam waktu tiga hari penuh menggodok ide-ide, berbagi ilmu menyerap masukan dari para Inspirator dari berbagai daerah, bersepakat bersungguh-sungguh mendalami keinginan Kementerian PU dan PA serta keinginan bersama bangsa Indonesia memantabkan Deklarasi menyelaraskan kata,

13315271-10201708505510315-5783687602100715680-n-575c752a959773131ac5dc34.jpg
13315271-10201708505510315-5783687602100715680-n-575c752a959773131ac5dc34.jpg
mendengar paparan di PSW. gambar koleksi pribadi
mendengar paparan di PSW. gambar koleksi pribadi
Begitu juga yang dikunjungi di Jogyakarta ini, ditempat-tempat yang sudah melakukan giat bagi masyarakat yang sangat membutuhkan uluran tangan dan sebuah pemberdayaan serta pendampingan hukum.

Beberapa tempat kunjungan yang sangat menginspirasi dari giat perempuan-perempuan hebat Antara lain :

  • Rifka Annisa, yang memiliki arti “Teman Perempuan” Adalah Organisasi non Pemerintah yang berkomitmen pada penghapusan kekerasan pada perempuan. Mulai bergerak pada tahun 1993, didirikan oleh beberapa aktivis perempuan antara lain, Suwarni Angesti Rahayu, Sri Kus Yuniati, Latifah Iskandar, Desti Murdijana, Sitoresmi Prabuningrat dan Musrini Daruslan. Program-programnya berdasar perspektif  keadilan gender lelaki dan perempuan bekerjasama untuk melaksanakan tatanan sosial tanpa kekerasan terhadap perempuan.
  • Rekso Dyah Utami,Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan dan Anak, korban kekerasan. Dengan memfasilitasi Pelayanan, pengaduan, rehabilitasi kesehatan, rehabilitasi sosial, bantuan hukum, pemulangan dan reintegrasi sosial. Rekso Dyah Utami juga memberikan konseling dan pelayanan telpon sahabat anak[Telsa]
  • Yayasan Sentra Anak Advokasi Perempuan Difabel dan Anak[SAPDA]Dengan tujuan menciptakan Inklusifitas Aspek kehidupan sosial yang menjadi hak dasar perempuan difabel dan anak. Berdiri pada tahun 2005.
  • Desa Wukirsari.Merupakan sebuah Yayasan sekretariat Anak Merdeka Indonesia[Samin] mengurusi tentang hak-hak anak. Mendukung pihak-pihak yang bermaksud mengembangkan program untuk anak. Berdiri sejak tahun 1987. Khusus menangani anak korban eksploitasi seksual[termasuk prostitusi anak] dan anak yang berurusan dengan hukum.
  • Pusat Studi Wanita Universitas Gajah Mada [PSW]. Disini Pusat studi Wanit, Multidisiplin Ilmu, Tujuan PSW adalah:  1) Meningkatkan Kesetaraan dan keadilan melalui pendidikan dan pelatihan.gender 2) Meningkatkan kualitas penelitian multidisiplin ilmu yang menjujung hak azasi manusia yang berperspektif gender. 3) Meningkatkan pengabdian Masyarakat khusus bagi masyarakat marjinal yang tidak berdaya. 4) Mendorong inovasi bagi masyarakat yang berprospektif gender.5) Meningkatkan jejaring kerja sama dengan stakeholder baik dalam maupun luar negeri. Yang sangat menarik di PSW, adalah penjelasan langsung dari koordinator dosen dari Fakultas Geografi Surani Hasanati, S.Si,M.Scyang dinobatkan sebagai Srikandi Sungai Indonesia. Aktif dengan masalah lingkungan sungai bersama masyarakat disekitar sungai. Menormalisasikan keadaan sungai secara mencegah kerusakan sungai oleh masyarakat sekitar sungai dengan cara pendekatan dari UGM dan penyuluhan dengan mengutamakan pemberdayaan perempuan disekitar sungai. Dengan menggaet roll model wanita di pinggir sungai, mengajak berbuat dengan gerakkan yang ringan misalnya puasa plastik pengolahan sampah plastik dan lainnya, bercocok tanam untuk menutupi kebutuhan dapur rumah tangganya.  
  • Desa Prima.Desa yang merupakan komplek yang berlatar belakang kemampuan ekonomi rendah, kondisi perekonomian berbanding lurus dengan kejadian tindak  kekerasanJika kondisi perekonomian meningkat maka tindak kekerasan menurun. Desa ini melakukan pemberdayaan ekonomi khususnya bagi perempuan, dengan cara menyediakan modal usaha dalam bentuk pinjaman. Usaha yang dijalankan antara lain seperti warung dan kerajinan seperti suvenir, tas blankon atau jual beli barang bekas.
  • Desa Sukunan. Desa Sukunan resmi menjadi kampung wisata lingkungan pada tahun 2009 atau ecoturism  pada tahun 2003 Begitu tinggi kesadaran masyarakatmnya akan lingkungannya sendiri dengan menggubah sampah memiliki nilai berartiPaket wisata yang mereka miliki adalah, pelatihan berbasis lingkungan, pelatihan kerajinan dari plastik, dari kain perca, pelatihan pembuatan kompos rumah tangPaket wisata menanam benih, angon bebek serta membajak sawah.
  • Rumah Sakit Panti Rapih. Merupakan  salah satu Rumah Sakit yang  memberikan pelayanan khusus kepada  korban kekerasan  dan deteksi dini terhadap korban kekerasan. Termasuk memberikan pelatihan pengenalan gender dan kekerasan terhadap perempuan, kepada managemen, dokter, perawat.
  • Komunitas sedekah Ilmu. Bertujuan menciptakan insan yang cerdas, trampil, berjiwa entrepreneur, iklas berbagi ilmu, kelak mampu menciptakan lapangan kerja, meningkatkan taraf hidup masyarakat dan mengurangi pengangguran.
  • Jogya Digital valley. Telkom Jogyakarta, salah sati BUMN yang bergerak dibidang komunikasi dan Informasi memiliki Inovasi melalui CSR nya, Juga menggagas kampung digital dengan sasaran pembangunan jaringan komunikasi hingga kepelosok-pelosok, semacam pendampingan wirausaha online beserta permodalan dan lainnya.

Dengan adanya Field trips Jogyakarta pada acara PUSPA 2016  gagasan  Kementerian PP dan PA maka terbukalah kiprah peran serta masyarakat Jogyakarta dan perusahaan yang sudah membantu mengangkat derajat masyarakat kurang mampu dan korban kekerasan. Pengalaman semacam ini meupakan oleh-oleh dari Temu Nasional yang akan di manfaatkan dengan sebaik-baiknya oleh peserta sebagai acuan dan tambahan masukan bagus dan nantinya akan  disebar luaskan dengan berbagi pengalaman entah dalam tulisan maupun dengan cara terjun langsung berbagi bertatap muka dengan masyarakat didaerahnya masing-masing, disamping para peserta PUSPA 2016  sudah memiliki program-program bagi pemberdayaan perempuan maupun perlindungan terhadap anak sudah dijalaninya didaerah masing-masing.

Jika kebutuhan ekonomi rumah tangga setiap keluarga tercukupi, sudah barang tentu pertengkaran keluarga dengan permasalahan minimnya keuangan keluarga tidak menjadikan alasan untuk tindak kekerasan rumah tangga yang biasa disebut KDRT. Anak-anakpun tidak dituntut untuk turut serta membanting tulang, dengan demikian anak-anak tersebut dapat belajar dengan tenang, mungkin tindak kekerasan seperti pencopet pun juga menjadi berkurang kecuali ada kelainan khusus menjadi pencopet atau predator yang menyakiti anak-anak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun