Masakan Rumah/sumber foto koleksi pribadi
Penulis bukan ahli pada bidang kimia yang dapat mengadakan penelitian, tetapi perlu tau bahwa tubuh pun dapat mengindentifikasi tentang makanan yang mengandung SMG dan langsung menolak dengan cara masing-masing kemampuan kepekaan tubuh
Mengenai pro-kontra MSG pada makanan sudah sering sekali diulas dibicarakan dan diteliti sehingga suatu saat disarankan oleh ahli di bidang pakar penelitian agar tidak mengkonsumsi MSG yang ada pada makanan, tetapi pada suatu saat para ahli yang mengerti hal itu mengatakan tidak masalah mengkonsumsi MSG pada makanan asal masih dalam ambang toleransi, artinya jangan terlalu banyak. Tetapi hal yang demikian itu tidak dibarengi oleh ketegasan dari pemerintah untuk melarang pabrik yang memproduksi bahan adiktif tersebut, dan memberikan penjelasan secara gamblang, jadinya terasa ngambang dan kabur, bagaimana ini?
Masyarakat yang tau dan paham bisa menghindar, tetapi generasi muda yang selalu dicekoki dengan penganan yang diberisi zat adiktif penyedap rasa merasa nikmat dan ketagihan. Diperparah lagi oleh tukang penjual makanan yang sekelas warung (tanpa mengurangi rasa hormat, bukannya menjlomprongkan pedagang kecil) ini kenyataan. Mereka itu tanpa berpikir panjang dengan pengetahuan yang sangat minim karena kurangnya baca, mereka menambahkan MSG ke dalam produk makanannya tidak tanggung-tanggung sebanyak yang dia mau asal makanannya terasa gurih dan lezat bagi lidahnya dan lidah pelanggannya.
Kenapa ini bisa saya sampaikan dan saya menuduh mereka tidak mengerti tentang kerugian-kerugiannya menggunakan MSG secara liar tanpa takaran? Karena saya merasakannya sendiri jika saja ketika saya tidak ikut campur dalam mengolah makanan pesanan saya dimanapun saya jajan, dengan melarang memasukkan MSG di dalam makanan yang saya pesan niscaya tubuh saya langsung menolak, dengan ciri-ciri demikian:
- Sisa-sisa rasa MSG masih terasa menyangkut di lidah, setelah mengonsumsi makanan yang diberi penyedap MSG
- Tenggorokan terasa kering, sehingga selalu merasa kehausan
- Terasa agak eneg, mengakibatkan kepala rasa tidak nyaman
- Apalagi jika cara memasukkan MSG ke dalam makanan sesuka-suka yang masak
Nah sudah jelas, pada masing-masing manusia dapat menyaring segala sesuatu yang masuk ke dalam tubuhnya melalui indera perasa yaitu lidah di dalam mulut kita, disikapi oleh masing-masing tubuh lainnya, dengan adanya sinyal-sinyal tersebut janganlah anda abaikan. Kalau menyadari jelas ada perbedaan rasa bumbu asli/alami dan bumbu penyedap, sangat terasa sekali.
Segala sesuatu dapat dihindari jika membeli makanan olahan silahkan titip pesan kepada peracik makanan dengan mengatakan, "Tidak pakai fitsin”.
Makanan apa saja, seperti martabak, bakso, mie ayam, makanan di restoran dan lainnya yang sekiranya menggunakan tambahan pada racikannya. Ini yang saya lakukan untuk melindungi diri dan keluarga.
Pada awalnya memang ada protes dari suami, karena makanannya tak terasa nyess.... Tetapi berbeda dengan ana-anak, karena dari dini sudah dicekoki makanan yang tak ber-MSG jadi lidahnya tidak menuntut sesuatu yang NYESS tadi.... Bahkan bisa protes jika merasakan makanan terlalu gurih.
Gula dan Jamur Sebagai Pengganti Penyedap Rasa
Memasak memang harus memiliki jurus jitu agar makanan selalu terasa nyess, biasanya tidak pelit dengan bumbu alami, seperti bawang merah dan bawang putih, jika perlu dibantu dengan kemiri. Sudah tidak menjadi rahasia tukang masak jika selalu menambahkan gula pada masakan.
Yang lebih menakjubkan lagi, jamur memiliki rasa gurih, terutama jamur shitake. Rebus dan ambil sarinya sampai mengental dapat membantu meyedapkan rasa masakan anda.
Titip Pesan Kepada Wanita Hamil
Meski saya bukan ahli, hanya berdasarkan pada pengalaman dengan senior di usia, sebaiknya wanita hamil menghindarkan diri dari makanan ber-MSG, kenapa? Secara kasat mata pengalaman yang ada sudah terjelaskan dalam kejadian yang terjadi di masa kini, itu tidak satu dua saja.
Dapat dibuka satu-persatu kejadian yang ada sekarang, wanita-wanita yang masih muda banyak yang sudah memiliki mium dalam kandungannya, terkadang sulit untuk segera hamil setelah menikah. Jika pun hamil, mium dan janin sama-sama tumbuh di dalam kandungan dengan berebut sari makanan, namun biasanya janin lebih diuntungkan dan mium mengecil.
Yang parah lagi gadis kecil ketika masih berusia 7-8 tahun, payudaranya sudah membesar, bahkan sudah menjalani datang bulan. Kasihan kan masih kecil harus menjaga sesuatu yang mereka sendiri belum waktunya paham.
Sebenarnya faktor pencetusnya masih banyak lagi seperti makanan hewani yang tumbuhnya dirangsang dan dipercepat dengan hormon pertumbuhan untuk mendapatkan keuntungan yang besar. Hmmm....
Faktor penyebab lainnya masih banyak, penelitian ke arah sana giliran anda para ahli, silahkan untuk menelitinya.
Salam Sehat
Ngesti Setyo Moerni
*) Menjlomprongkan=menjatuhkan/menjerumuskan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H