Mohon tunggu...
Ngesti Setyo Moerni
Ngesti Setyo Moerni Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu Rumah Tangga

Berusaha mengurangi yang berakibat rusaknya lingkungan, dimulai dari diriku sendiri dan keluarga.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Sumprit, Kali ini Aku Bisa Gagal Tanam Selada Keriting

8 Februari 2016   20:52 Diperbarui: 9 Februari 2016   01:31 925
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan halaman yang super sempit aku selalu berusaha menghibur diri sendiri, untuk memenuhi hasrat bertanamku yang sundul langit, Wuih. Apapun dicoba, hasilnya kepuasan dan membersihkan pikiran di kepala dari energi negatif.
Dengan bertanam meskipun hanya sak iprit[sedikit sekali] karena hanya masalah tidak adanya tempat, dengan selalu memutar otak ternyata tetap bisa kok terus melanjutkan keinginan dengan bertanam, hingga pikiran-pikiran yang ada dikepala ini rasanya hanya berisi senyum kepuasan. Coba deh lakukan itu, kuncinya apa? Kemauan. Kalau bohong tuntut saja aku dengan uang sepuluh ribu rupiah Hahahaha . . . [ketawa-ketawa begini aku sedang ada rasa kecewa karena gagal tanam]

Yuuu,  ah . . . ceritanya begini, : Ketika musim hujan tiba[Alhamdulillah], tanaman selada keriting yang ada di diperalon dan talang digantung, semua dimasukkan kedalam halaman atas yang bertutup plastik akrilik, diatas plastik ada paranetnya, berarti matahari sangat kurang untuk menembus tanaman-tanaman sayur yang jumlahnya super mini pula.

Sebab apabila kita biarkan diluar terkena hujan, tanaman-tanaman tersebut pasti akan hancur terkena hujan deras, karena tanaman sayuran ini sifatnya sangat ringkih, tidak mampu terkena jatuhan air hujan yang cukup berat. Belum lagi medianya akan kocar-kacir menyiprat kemana-mana tertimpa air hujan, sayangkan jadi amburadul, makanya dimasukkan.

Untuk bibitnya sendiri bagus dan sangat teruji hasilnya, karena banyak orang menggunakan bibit ini dan berhasil. Karena itu harganya cukup lumayan dan sudah percaya dengan bibit yang dibeli di tempat penjual tanaman langganan. Belum kadaluarsa, masih layak tanam.

Medianya pun sudah cukup nutrisi, pupuk pun demikian, aku beri pupuk cair organik dengan dosis yang cukup, ada aturan penggunaannya. Yang salah itu aku, cara meletakkan tanaman saja yang jadi permasalahannya.

Tanaman selada keriting ini seharusnya mendapatkan sinar matahari yang terik, agar pertumbuhan setiap helai daunnya tebal, rumpunnya padat tidak memanjang dan mekar seperti bunga, warna hijaunya segar bagus dan sangat menarik dipandangnya.

Padahal sudah terbayang nanti kalau panen akan dijadikan campuran masakan “Selad Solo” Atau racikan selad dengan daging has dalam tanpa lemak, kuahnya kimplah-kimplah berwarna coklat manis kecap, dicampur kentang bakar dengan rebusan sayuran buncis serta wortel ditambah telor pindang yang berwarna coklat plus mayonaise dan saos sambel . . . Wuih, ngebayangkannya saja jadi pingin menikmati.

Terasa menyenangkan karena tanaman selada keriting ini adalah tanaman sendiri dijamin bersih, apalagi ditanamnya dalam keadaan digantung, pasti tidak disaba tikus serta binatang lainnya, tanaman organik pula.

Ya sudah, dinikmati saja yang ada, meski selada keritingnya panjang-panjang seperti kangkung tetap saja aku akan membuat Selat Solo, yang penting kalau dikunyah terasa krenyes-krenyes, tidak lembek.

** Sumprit=sumpah

Salam mari Bertanam

-Ngesti Setyo Moerni

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun