Mohon tunggu...
Ngesti Setyo Moerni
Ngesti Setyo Moerni Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu Rumah Tangga

Berusaha mengurangi yang berakibat rusaknya lingkungan, dimulai dari diriku sendiri dan keluarga.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Semoga Presiden Jokowi Tetap Menjadi Jokowi Dambaan Rakyat

26 Desember 2015   11:38 Diperbarui: 26 Desember 2015   20:19 1463
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Catatan kecil, Sedetik Bersama Presiden Joko Widodo di Istana Negara,

Masih tersisa cerita tentang undangan bagi 100 Kompasianer ke Istana negara pada tanggal 12 Desember 2015. Sekilas masukan yang tertangkap oleh penulis dari Presisden RI yang ke tujuh ini begitu terlihat kemampuannya yang piawi melayani keinginan serta membaur bersama masyarakat yang diundang ke Istana, dengan cara beliau mendekati masyarakat, semua lini dirangkul dan diundang untuk jamuan makan. Tidak sekedar nilai jamuannya, sebenarnya Presiden memiliki taktik jitu dan ini sudah dijalaninya ketika masih menjadi Walikota Solo yaitu merangkul masyarakat kecil dengan mengajak makan sambil ngobrol. Disana Presiden akan dapat menangkap apa keinginan masyarakat yang selama ini tidak sempat terungkap, dengan halus dan piawainya beliau memaparkan tujuannya hingga dapat ditemukan kata sepakat, itu jika berbeda pendapat.

Jika bertatap muka dengan masyarakat golongan apa saja Presiden dapat mendengarkan secara langsung keinginan, usul serta masukan serta kejadian-kejadiannya. Karena sudah diundang dan bertatap muka mereka tidak akan berani membuat masukan yang nganeh-anehi, pasti keinginan nurani itulah yang akan keluar untuk disampaikannya.

Contohnya usulan dari Kompasianer Thamrin Dahlan yang mengakui secara terus terang tidak mendukung Jokowi pada saat Pilpres, kemudian mengusulkan jika Presiden blusukan dengan pesawat terbang kedaerah-daerah agar mengajak serta Kompasianer untuk ikut, mewakili masyarakat luas dengan laporan perjalanan blusukan ala blogger.

Tidak ada sedikitpun kata kecewa bagi beliau justru pengakuan jujur dan sportif semacam ini lah yang membuat Presiden tersenyum. Penulis tidak dapat menebak didalam pikiran beliau kenapa usulan tersebut diterima hingga direncanakan untuk diagendakan. Penulis dan 99 Kompasianer mendapat “pendidikan Revolosi Mental” Untuk selalu berfikir positif, tidak membudidayakan dendam.

Coba bayangkan jikalau Presidennya otoriter apa berani memberi masukan seperti tersebut diatas?

  • Presiden malah menyetujui usulan Kompasianer Thamrin Dahlan untuk menentukan dua Kompasianer nantinya ikut serta dalam blusukannya ke daerah-daerah. Hal semacam Ini dapat kita jabarkan sebagai contoh pendidikan yang baik bagi Kompasianer,
  • Menghargai semua warga Negara berhak untuk di sayang, didekati bahkan didengar pendapatnya yang akan menjadi acuan untuk membangun Negeri.
  • Kita tidak sadar Jokowi sudah mencanangkan semboyannya sewaktu kampanye yaitu “Revolosi mental” yang dicanangkan bagi masyarakat, maksudnya selalu berfikir positif, hilangkan dendam, teruslah berbuat baik, agar generasi mendatang lahir sebagai generasi yang baik, jujur, jauh dari intrik permusuhan, intrik yang saling menjelekkan satu sama lain, begitu maksudnya.

 

Itulah untungnya jika 100 Kompasianer yang hadir memiliki nurani yang kuat, ayo pegang teguh pesan-pesan dari Jokowi, beruntung mendengarkan langsung pesan-pesan beliau akan lebih makjleb kedalam pikiran kita dan dapat ditrabkan untuk kehidupan kita sehari-hari, apalagi jika kita duduk pada posisi menyebar luaskan tulisan-tulisan yang akan di baca oleh orang banyak. Tidak lupa dengan bahasa yang santun agar buah pikiran kita dihormati oleh pembaca, karena disana akan terbias dari tulisannya, menjadi cermin bagi baik buruknya untaian kata yang disuguhkan.

Penulis tidak akan membahas banyak tentang pertemuan jamuan makan siang di Istana Negara tersebut, karena 99 Kompasianer sudah menyampaikannya dengan sangat rinci.

 

Bagi Ngesti Setyo Moerni penulis di Blog kroyokan dan sedang membangun blog sendiri terutama untuk Lingkungan ini, pertemuan dengan bapak Jokowi adalah merupakan pertemuan yang kedua kalinya, Pertemuan pertama tahun 2011 ketika Jokowi masih menjabat sebagai Walikota Solo, Ngesti Setyo Moerni, berani mengajukan diri untuk bertemu dengan beliau sambil agak ngetes[nuwun sewu nggih pak Joko] apa bener ya Jokowi ini pro rakyat,  Artikelnya ada disini

Tidak salah perkiraan penulis, tidak lama ajudan beliau[di Solo] mas David menelepon, menanyakan maksud dan tujuan penulis bertemu dan sesaat kemudian sudah terjjadwal waktu dan tempat pertemuan. Nah beginilah seharusnya kekuatan seorang Pemimpin, asalkan tujuan pertemuan jelas.

Pertemuanm dengan Bapak dan Ibu Joko Widodo sebagai Walikota Solo, di Loji Gandrung Slamet Riadi Solo. Sangat berkesan bagi penulis, saking semangatnya sampai lupa berfoto bersama[wes rapopo], yang penting penulis bisa melihat dan mengalami sendiri ternyata benar kata orang beliau tidak sombong, sangat merakyat dan selalu menghargai wong cilik, dengan catatan wong cilik yang bener-bener wong cilik yang memiliki prinsip. Sebab banyak wong cilik gadungan, ngaku wong cilik tetapi tujuannya lain, begitu kira-kira. Pemimpin seperti inilah yang dibutuhkan oleh bangsa Negeri yang kaya Raya dengan harta terpendam di dalam Bumi Nuswantara ini. Dan ditahun 2011 penulis sudah menebak dan mengharap, memang pantas jadi RI I.

Dan yang menjadi catatan penulis, ketika bertanya mengenai permasalahan sampah di Solo, Jokowi berujar, “Menyelesaikan sampah itu tidak mudah, Selama manusia hidup, limbah dan sampah akan selalu menjadi masalah, tidak mudah ngurus sampah, masyarakat harus ikut andil didalamnya, tapi kami/Pemerintah Kota wajib berusaha untuk terus menyelesaikan, dengan cara apa saja”.

Padahal pada waktu Jokowi menjadi Walikota Solo, Kota Solo terlihat sangat bersih dari sampah, mengapa Jokowi tidak mengakui saja bahwa kota Solo sudah bersih dari sampah, itu tidak dikatakan, bahkan jawabanya membuat penulis minder, “Tidak mudah menyelesaikan sampah” Memang benar sulit mengajak masyarakat mengolah sampahnya sendiri, itu sudah penulis lakukan dengan mensosialisasikannya.

Kenapa penulis katakan Sedetik bersama Jokowi? Benar, sedetik karena hanya bersalaman sambil mengucapkan “Semoga selalu sehat ya Pak” selainnya mendengarkan penyampaiannya, tidak ada kesempatan untuk berdialog karena semua diatur secara protokoler dan dari Kompasiana, berbeda pada waktu menghadap di Loji Gandrung [2011] datang sendiri dapat berdialog dengan leluasa sekitar hampir satu jam an lah, sebab banyak tamu yang menunggu. Sayang karena tersihir dengan obrolan Bapak Walikota, sampai lupa berfoto bersama duhhh . . . nyesel? tak apalah yang penting sudah dapat ilmu dan paham siapa dan bagaimana Jokowi dalam menyampaikan rencana dan visi serta trik-trik merangkul masyarakat.

Sebenarnya pada kunjungan ini penulis ingin menyampaikan sdikit banyak tentang penanganan sampah zero waste dengan metode Waster pembakaran ramah lingkungan yang di lakukan oleh Pak H. Chaerudin Jawara Kali Pesanggrahan yang sudah menguasai kali-kali besar lainnya hampir di Indonesia. Yang lucu dua hari sebelum bertemu Presiden penulis bertemu dengan pak Haji Chaerudin, beliau bercerita banyak tentang pak Jokowi karena pertemanan beliau yang deket. Sayang sekali Penulis tidak berkesempatan menyampaikan hal tersebut.

<=>

Begitu 100 Kompasianer meninggalkan Istana, masing-masing membawa kenangan mahal dengan bermacam pengalaman yang tidak mudah didapat, hanya karena kami semua ngekos gratis di Blog keroyokan Kompasiana lah maka pengalaman berharga dan dadakan ini dialami. Di dalam Bus masing-masing masih terngiang dalam benaknya betapa indahnya pertemuan dengan Jokowi, Presiden RI yang sangat sederhana ramah, tidak meletub-letub ketika menyampaikan sesuatu kepada kami dengan andap asor dapat menempatkan diri ketika harus bicara dengan siapa, dengan sense of humor nya yang tinggi segar, meminimalisir kekerasan di medsos berarti ini sudah menyisipkan revolusi mental kebaikan kepada Kompasianer termasuk mencegah gontok-gontokan di dunia maya dengan perang kata-kata. Penulis jadi malu sendiri, apakah selama ini penulis sudah melakukan hal yang dipesankannya, sebagai revolosi mental pada diri penulis sendiri? pesan yang sangat halus namun mengena.

Didalam bus penulis pun ngegerundel didalam bus menuju Gandaria City dengan senyum-senyum, “Akhirnya aku bertemu juga dengan beliau walau hanya sedetik, cukuplah bagiku karena termasuk Doa ku ditahun 2011, agar Indonesia mendapatkan Presiden yang mau bekerja keras dengan niat kejujuran, rela mewakafkan tenaga dan pikirannya untuk Negeri ini, di era dimana maraknya Papa minta Pulsa dengan ten persen”. Pintaku semoga Jokowi tidak berubah, tetaplah menjadi Jokowi dambaan rakyat.

Akhirnya penulis hanya bisa mengucap Syukur, Matur Sermbah Nuwun Kehadirat Gusti Ingkang Murbeng Dumadi.

-Ngesti Setyo Moerni

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun