Mohon tunggu...
Ngesti Setyo Moerni
Ngesti Setyo Moerni Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu Rumah Tangga

Berusaha mengurangi yang berakibat rusaknya lingkungan, dimulai dari diriku sendiri dan keluarga.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Semoga Presiden Jokowi Tetap Menjadi Jokowi Dambaan Rakyat

26 Desember 2015   11:38 Diperbarui: 26 Desember 2015   20:19 1463
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tidak salah perkiraan penulis, tidak lama ajudan beliau[di Solo] mas David menelepon, menanyakan maksud dan tujuan penulis bertemu dan sesaat kemudian sudah terjjadwal waktu dan tempat pertemuan. Nah beginilah seharusnya kekuatan seorang Pemimpin, asalkan tujuan pertemuan jelas.

Pertemuanm dengan Bapak dan Ibu Joko Widodo sebagai Walikota Solo, di Loji Gandrung Slamet Riadi Solo. Sangat berkesan bagi penulis, saking semangatnya sampai lupa berfoto bersama[wes rapopo], yang penting penulis bisa melihat dan mengalami sendiri ternyata benar kata orang beliau tidak sombong, sangat merakyat dan selalu menghargai wong cilik, dengan catatan wong cilik yang bener-bener wong cilik yang memiliki prinsip. Sebab banyak wong cilik gadungan, ngaku wong cilik tetapi tujuannya lain, begitu kira-kira. Pemimpin seperti inilah yang dibutuhkan oleh bangsa Negeri yang kaya Raya dengan harta terpendam di dalam Bumi Nuswantara ini. Dan ditahun 2011 penulis sudah menebak dan mengharap, memang pantas jadi RI I.

Dan yang menjadi catatan penulis, ketika bertanya mengenai permasalahan sampah di Solo, Jokowi berujar, “Menyelesaikan sampah itu tidak mudah, Selama manusia hidup, limbah dan sampah akan selalu menjadi masalah, tidak mudah ngurus sampah, masyarakat harus ikut andil didalamnya, tapi kami/Pemerintah Kota wajib berusaha untuk terus menyelesaikan, dengan cara apa saja”.

Padahal pada waktu Jokowi menjadi Walikota Solo, Kota Solo terlihat sangat bersih dari sampah, mengapa Jokowi tidak mengakui saja bahwa kota Solo sudah bersih dari sampah, itu tidak dikatakan, bahkan jawabanya membuat penulis minder, “Tidak mudah menyelesaikan sampah” Memang benar sulit mengajak masyarakat mengolah sampahnya sendiri, itu sudah penulis lakukan dengan mensosialisasikannya.

Kenapa penulis katakan Sedetik bersama Jokowi? Benar, sedetik karena hanya bersalaman sambil mengucapkan “Semoga selalu sehat ya Pak” selainnya mendengarkan penyampaiannya, tidak ada kesempatan untuk berdialog karena semua diatur secara protokoler dan dari Kompasiana, berbeda pada waktu menghadap di Loji Gandrung [2011] datang sendiri dapat berdialog dengan leluasa sekitar hampir satu jam an lah, sebab banyak tamu yang menunggu. Sayang karena tersihir dengan obrolan Bapak Walikota, sampai lupa berfoto bersama duhhh . . . nyesel? tak apalah yang penting sudah dapat ilmu dan paham siapa dan bagaimana Jokowi dalam menyampaikan rencana dan visi serta trik-trik merangkul masyarakat.

Sebenarnya pada kunjungan ini penulis ingin menyampaikan sdikit banyak tentang penanganan sampah zero waste dengan metode Waster pembakaran ramah lingkungan yang di lakukan oleh Pak H. Chaerudin Jawara Kali Pesanggrahan yang sudah menguasai kali-kali besar lainnya hampir di Indonesia. Yang lucu dua hari sebelum bertemu Presiden penulis bertemu dengan pak Haji Chaerudin, beliau bercerita banyak tentang pak Jokowi karena pertemanan beliau yang deket. Sayang sekali Penulis tidak berkesempatan menyampaikan hal tersebut.

<=>

Begitu 100 Kompasianer meninggalkan Istana, masing-masing membawa kenangan mahal dengan bermacam pengalaman yang tidak mudah didapat, hanya karena kami semua ngekos gratis di Blog keroyokan Kompasiana lah maka pengalaman berharga dan dadakan ini dialami. Di dalam Bus masing-masing masih terngiang dalam benaknya betapa indahnya pertemuan dengan Jokowi, Presiden RI yang sangat sederhana ramah, tidak meletub-letub ketika menyampaikan sesuatu kepada kami dengan andap asor dapat menempatkan diri ketika harus bicara dengan siapa, dengan sense of humor nya yang tinggi segar, meminimalisir kekerasan di medsos berarti ini sudah menyisipkan revolusi mental kebaikan kepada Kompasianer termasuk mencegah gontok-gontokan di dunia maya dengan perang kata-kata. Penulis jadi malu sendiri, apakah selama ini penulis sudah melakukan hal yang dipesankannya, sebagai revolosi mental pada diri penulis sendiri? pesan yang sangat halus namun mengena.

Didalam bus penulis pun ngegerundel didalam bus menuju Gandaria City dengan senyum-senyum, “Akhirnya aku bertemu juga dengan beliau walau hanya sedetik, cukuplah bagiku karena termasuk Doa ku ditahun 2011, agar Indonesia mendapatkan Presiden yang mau bekerja keras dengan niat kejujuran, rela mewakafkan tenaga dan pikirannya untuk Negeri ini, di era dimana maraknya Papa minta Pulsa dengan ten persen”. Pintaku semoga Jokowi tidak berubah, tetaplah menjadi Jokowi dambaan rakyat.

Akhirnya penulis hanya bisa mengucap Syukur, Matur Sermbah Nuwun Kehadirat Gusti Ingkang Murbeng Dumadi.

-Ngesti Setyo Moerni

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun