Mohon tunggu...
Ngesti Setyo Moerni
Ngesti Setyo Moerni Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu Rumah Tangga

Berusaha mengurangi yang berakibat rusaknya lingkungan, dimulai dari diriku sendiri dan keluarga.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Puteri Kecil-ku Semakin Semangat Nguri-uri Seni Budaya Jawa

3 Oktober 2015   17:18 Diperbarui: 3 Oktober 2015   19:45 363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

 

Kesempatan yang baik tidak disia-siakan

Oleh puteri kecil-ku pada saat berencana

Menikah dengan calon suami berbeda suku

Tiga budaya bertemu pada satu muara

Antara budaya Jawa – Sunda – Aceh

Semua kami serahkan pada mereka berdua

sebagai orang tua hanya tut wuri Handayani

Dan Acara tersebut di angkah sesuai pembagian budaya yang pas

Berbagi suasana ketika acara resepsi baru menggunakan budaya Ala Sunda

 

Dikediaman, memasang janur kuning melengkung

serta tuwuhan yang terdiri dari kembar mayang

pisang masak dua tandan berikut pohonnya

tebu wulung, padi 2 ikat, bunga manggar(bunga kelapa)

kelapa cengkir 4 buah daun beringin dan lainnya

mengandung makna harapan bahwa manusia hidup itu

berdampingan dengan tuwuhan dan alam

untuk kebaikan pasangan calon pengantin agar selalu ingat

untuk tidak merusak pepohonan di lingkungan

yang sudah memberikan andil

dari hasil tanaman yang dinikmati

ooo

 

 

 Wuk cah Ayu . . .

Sekarang ini dirimu sudah melangkah lebih jauh

Adanya Ijin & Ridho Gusti Alloh Kang Murbeng Dumadi

Ketetapan hati untuk menunjuk pendampingmu

Sebagai Pemimpin keluargamu

Bagi bapak dari anak-anakmu kelak

Sebagai Imam dalam bahteramu

Sudah sesuai dengan keinginanmu

 

 Saat-saat melewati peristiwa sakral

Kau masih ingat asal-usulmu yang lekat dengan busana Jawa

Ibu bangga Wuk, tata cara adat jawa, dekorasi ala jawa

Termasuk hidangan ala Jawa, ketika suasana siraman

Ada jajan pasar, dawet, Soto kudus, nasi liwet, selat Solo, nasi Bali

Wedang Ronde dan masih ada lainnya dimalam midodareni . . .

Semua sangat Njawani, ditingkah Gending-gending sinom Parijoto

 

 Dengan diiringi gending Jawa kau melangkah . . .

Tentunya tidak ketinggalan pengajian, memohon Doa bersama

Terasa sakral sekali meski tidak mewah dan hura-hura

Sempat aku tawarkan keroncong untuk mengiringi makan sore

Tetapi gending-gending karawitan & gamelan dengan sinden

Lebih pas nyaman katamu untuk mengiringi suasana siraman

Oh . . . . Puteri kecil-ku yang tegas berwibawa dalam keputusan

 

 Gamelan Jawa, Duhhh . . . tepatlah pilihanmu, Wuk

Membawa rasa ini berbunga-bunga .. . .

Seperti di alam era tujuh puluhan saat Ibu remaja

Sering diajak kondangan alias njagong temanten

Gending-gending itu masih terngiang

hingga ketika saat pernikahan Ibumu

Dan . . . kau mengulanginya. Hemm . . .

 

Padahal kali ini sudah abad dua puluh Satu

Dan dirimu sendiri yang usul adanya musik gamelan itu

Untuk Upacara Siraman Midodareni dan Akad Nikah

Dengan diwiwiti Bowo Dandanggulo Padasih

Minggah Gambir Sawit Sembunggilang, lalu Ketawang Sinom Parijata

Masih diiring Ketawang ShangHyang, ayak-ayak,

Dhandanggulo, Ilir-ilir lalu Ayak-ayak Umbul Donga

Terus mengalun lembut tenang di bathin dan tenang di telinga

Dari pesinden Tantinah, sinden tomblok serta sinden Sunyahni

Aku bangga, Hari begini anak seusia dirimu

masih sangat menikmati seni karawitan

Terimakasih Wuk, cah Ayu . . .

teruskan nguri-uri budaya kesenian Jawa

Padahal usiamu masih muda

Seharusnya dirimu menikmati

musik genjrang-genjreng yang hingar bingar

Lalu siapa lagi yang akan melestarikan budaya ini?

kecuali generasimu dan generasi dibawahmu nantinya.

 

Ketika penentuan dirimu dan dirinya jadi pasangan Sah dan halal

dalam ketentuan Islam sebagai agama mu serta pasanganmu

Busana Jawa dan paes menghiasi rias wajahmu

pas sekali bagi wajah yang ditunjang tubuhmu yang ramping,

Kau terlihat ayu . . .

ozo

Matur Sembah Nuwun Gusti Alloh Ingkang Moho Kuaos

Ijin Serta Ridho sudah kami dapatkan Dari-Mu Ya Alloh

Semuanya berjalan lancar mulus, bersama Doa teman-teman

Dan Partisipasi apa saja hingga tidak ada sandungan apapun. Aamiin.

Terimakasih bagi semua yang sudah menyayangi kami . . . .

 

  xxoOoxx

 

*** Semoga banyak putera-puteri Negeri ini yang menyayangi serta mengagungkan seni budaya yang menjadi tanda dimana dia berasal, entah Sunda, Madura, Menado, Papua, Padang Aceh dan lainnya agar budaya-budaya tersebut tetap lestari tidak hilang dimakan arus Globalisasi serba modern.

Dan ternyata rasa kesakralannya menonjol sekali hingga membuat hati terasa mongkok[terharu & bangga tak tertara]

Sayang lagu-lagunya tidak dapat disertakan seperti Kompasiana model lama.

 

-Ngesti Setyo Moerni

               

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun