Menghadiri ajakan dari Kompasiana, atas undangan @America dalam rangka ikut paham tentang Orangutan yang sangat teraniaya di acara ‘world Orangutan Day” beberapa hari lalu, sungguh, merasa beruntung mendapat pencerahan begitu banyak dari para pakar dan pelaku peduli lingkungan tentang hutan serta isinya dengan segudang permasalahannya terutama yang sedang menjadi isue besar sekarang ini salah satunya tentang teraniayanya satwa yang dilindungi di Dunia. Bagaimana beratnya pelaku penyelamatan satwa langka terutama orangutan melawan keserakahan pengusaha nakal yang mencari keuntungan sebesar-besarnya tanpa peduli atas kerusakan alam yang ditimbulkannya.
Meski Primata yang sangat disayang termasuk diestimawakan ini digembar-gemborkan untuk dilindungi dilestarikan keberadaannya, namun tetap saja masih banyak manusia yang masih tega membunuh bahkan dengan cara membantai hanya untuk kepentingan pribadi maupun perusahaannya.
Masih banyak yang tega memperdagangkan bayi-bayi orangutan, entah mereka sadar ataupun tidak bahwa hal tesebut adalah termasuk melanggar hukum dengan aturan Undang-undang no, 7 Tahun 1999 tentang “Pengawetan Jenis Tanaman dan Satwa” dan Undang-undang no.5 Tahun 1990 tentang “ Konservasi Sumber Daya Hayati dan Ekosistemnya” dengan sanksi hukuman 5 tahun penjara serta denda sebesar 100 juta.
Para pemburu menjadikan satwa-satwa langka tersebut obyek perburuan dan obyek mencari harta karun dihutan karena tergiur harganya yang sangat menggapai langit.
Bagaimana Satwa-satwa ini tidak menjadi panik dan keluar dari lingkungannya dan habitatnya? Disebabkan tempat satwa-satwa langka ini sudah semakin menyempit diobrak-abrik dibakar maupun kebakaran oleh cuaca ekstreem, kemana lagi mereka mencari makanan dan tempat berlindung? Tentu saja mereka keluar dari area tempat tinggal dengan naluri yang mereka miliki mereka harus bertahan hidup dengan menjarah tanaman diperkebunan sawit misalnya perkampungan dipinggir hutan. Berawal dari satu Orangutan yang diusir, menyebabkan mereka panik dan berteriak-teriak menarik perhatian kelompoknya dan kelompok lain untuk mendekat pada suara teriakan, jeritan Orangutan yang sedang disiksa, keingin tahuan gerombolan melihat apa yang terjadi dimana suara jeritan berasal dan terjadilah masalah di hutan karena orangutan ini akan menyerbu kembali tempat lokasi-lokasi kejadian.
Banyak Cerdik pandai para Ilmuwan serta volunteer pecinta lingkungan diseluruh dunia yang terpanggil masuk hutan di Gunung-gunung guna menahan laju kerusakan Bumi yang semakin tak terbendung dengan menunjukkan kejadian-kejadian yang sudah terasa dan terjadi seperti pemanasan global , cuaca ekstrem serta hal lainnya yang sudah dirasakan di Bumi ini.
Tidak dapat disalahkan pengusaha-pengusaha yang mengeksplore isi hutan ini sudah menyumbang dana besar kepada Negara dan orang-orang serta masyarakat yang hidup disekitar hutan untuk mendapatkan pekerjaan guna kelangsungan hidup mereka tetapi sebaiknya dilakukan secara sadar lingkungan, meminimaliskan terjadinya kerusakan hutan. Pokok terpenting ekosystem dan keanekaragaman hayati tetap terjaga bagaimanapun caranya. Dimanapun berada pengusaha-pengusaha tersebut memiliki rumus mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya tetapi harus diingat mereka-pengusaha-pengusaha tersebut hidupnya masih di Planet Bumi yang harus tetap terjaga kelestariannya.
Negeri ini bersyukur diberi titipan Oleh Sang Pencipta suatu mahluk Orangutan langka berada di Sumatra dan Kalimantan. Bukannya disyukuri titipan ini tetapi dengan mudahnya mereka dienyahkan dari muka bumi ini tanpa berfikir bahwa Orangutan jenis (Pongo pygmaeus) adanya di Hutan Kalimantan, sedang jenis (Pongo abelii) berada di Hutan Sumatra bakal musnah jika diperlakukan secara terus menerus secara demikian.
Berbicara mengenai Orangutan yang dilindungi ini mengundang simpati Dunia, penyayang binatang yang sangat peduli lingkungan diseluruh Dunia membuat suatu organisasi non Pemerintah Internasional WWF[World Wide Fund for Nature] adalah organisasi konservasi independen terbesar di Dunia, menangani masalah-masalah tentang konservasi, restorasi lingkungan serta penelitian.
WWF mempunyai misi menghalangi penghancuran Lingkungan di Planet Bumi ini. Dengan tugas yang tidak ringan adalah konservasi tiga Bioma yang berisikan sebagaian besar keragaman hayati Dunia, seperti misalnya ekositem hutan, ekosistem air tawar dan ekosistem Samodra serta pantai. Selain itu WWF juga menangani masalah spesies yang terancam punah, polusi dan perubahan iklim.
Pembicara yang tampil diawal adalah Dr. Jamartin Sihite berbekal keilmuannya rela terjun langsung dalam pengelolaan lingkungan dengan mengembangkan kolaborasi dan kemitraan konservasi Orangutan secara Profesional. Ketertarikannya berkecimpung dalam mengelola habitat spesies langka di hutan, dikawasan lindung taman Nasional bahkan rela menekuni pekerjaannya sebagai peneliti paruh waktu di WWF dimulai sejak tahun 1994. Banyak sekali keilmuannya diperuntukkan bagi penyehatan Planet Bumi yang sedang sakit ini bersama relawan lainnya yang yang juga memiliki kesadaran tinggi bagi kelestarian bumi beserta isinya flora dan fauna. Salah satu motto nya adalah “Saya memiliki motto untuk tidak pernah berbicara konservasi untuk orang-orang lapar”.
Pembicara berikutnya adalah Dr.Cheryl Knott, ahli Biologi dan Antroplogi yang Focus berkutat pada penelitian perilaku orangutan termasuk pada keseluruhan kera besar. Sebagai pemahaman untuk melihat dari sejarah evolusi manusia. Dan kepunahan berbagai kera besar. Projek penelitian orangutan di Indonesia adalah Gunung Palung. Penelitiannya memfokuskan tentang fisiologi reproduksi orangutan jantan dan betina, ketersediaan pangan berpengaruh erat pada system sensifitas reproduksi pada orangutan dan terlibat aktif berusaha melindungi spesies yang terancam punah, melakukan berbagai langkah cara dengan mendata secara serius jumlah keberadaan orangutan yang menjadi wilayah penelitiannya. Sungguh mulia sekali niatnya dengan dikuatkan oleh keahliannya sehingga pada tingkat Profesor. Pada saat menyampaikan uraiannya Dr. Cheryl Knott ini menggunakan bahasa Indonesia yang fasih dengan logat yang lucu menjelaskan kepada undangan di acara World Orangutan Day di Pacific Place Mall.
Tak kalah giatnya Koordinator konservasi keanekaragaman hayati dari WWF-Indonesia ini, Chairul Saleh yang ahli spesies menyampaikan seringnya menerima orangutan dalam keadaan luka parah setelah dihajar masyarakat maupun pemburu, begitu sadisnya orang-orang memperlakukan orangutan yang semena-mena. Terkadang kakinya sudah hancur bahkan banyak diketemukan orangutan serta bayi-bayinya dalam keadaan mati hangus terbakar, jika saja tidak ada yang sangat peduli serta relawan yang terjun ke hutan di Gunung-gunung apa jadinya dengan satwa-satwa langka yang dilindungi ini antara lain orangutan. Padahal orangutan ini memiliki fungsi ekologi mereboisasi hutan-hutan kembali secara penyebaran kembali biji-bijian yang dimakan orangutan tersebut kemudian tumbuh secara hutan pun menjadi bertambah lebat. Tanpa disadari orangutan sudah memelihara hutan semacam biodiversity hutan tropis.
Sempat ditawarkan juga jika ada yang ingin terjun menjadi relawan dipersilahkan tetapi syaratnya sangat berat, hal semacam ini tidak berorientasi pada provit, harus sehat luar dalam, berani dan niat yang tinggi, sangat menyayangi binatang dan tidak memiliki penyakit menular, semisal penyakit Paru-paru, penyakit lever[kuning] serta HIV-AID. Karena jika relawan ada yang memiliki penyakit menular maka orangutan ini mudah sekali tertular, itu lebih berat lagi pengobatannya dan harus di isolasi pada suatu tempat.
Jika ingin berbuat tetapi tidak masuk dalam kategori hal tersebut diatas, bisa berbuat untuk orangutan dengan, :
- menggunakan produk minyak goreng yang bertanda RSPO atau minyak sawit yang bersetifikasi halal dari pembantaian orangutan, maksudnya halal disini kebun sawit yang dimilikinya ikut peduli terhadap orangutan, misalnya jika didalam perluasan kebunnya ketika ingin membabat hutan padahal didalamnya orangutan banyak menghuni hutan tersebut dengan populasi tinggi maka mereka harus membatalkan perluasan areal kebun dan bahlkan memberikan kehidupan satwa langka yang dilindungi tersebut dengan hal-hal yang dibutuhkannya menambah perseadiaan kebutuhan orangutan yang dapat bebas merdeka tinggal dihutan tanpa gangguan terutama pembukaan perkebunan.
- Mengurangi pemborosan penggunaan kertas dan tisue, karena bahannya tanaman kayu-kayu yang berada dihutan tempat berteduhnya satwa yang dilindungi termasuk ekosestem yang ada didalamnya. Dengan gundulnya pohon-pohon lalu akan kemana lagi mereka berteduh dan hidup. Dengan membaca melihat berita melalui mbah google, kita tidak membuang-buang kertas. Begitu pula dengan kertas tisue yang praktis, mengurangi penggunakannya dengan memakai saputangan, serbet atau lap yang dapat dicuci ulang tidak langsung dibuang. Seperti jaman dulu. Para leluhur kita ternyata memang lebih sadar lingkungan.
- Terbiasa dengan hidup gaya hijau, tidak menebang pohon dilingkungan tetapi menanam terus-menerus secara benar tidak lupa melestarikan air dilingkungannya sendiri.
- Apabila jika anda memiliki dana berlebih dapat mendonasikan dana tersebut kepada organisasi-organisasi yang bergerak untuk mengamankan satwa langka.
Semoga dengan banyaknya pelaku,relawan yang peduli terhadap lingkungan, maka semua satwa dan flora yang ada di Planet bumi tetap lestari
Salam peduli Orangutan
-Ngesti Setyo Moerni
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H