Mohon tunggu...
Ngesti Setyo Moerni
Ngesti Setyo Moerni Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu Rumah Tangga

Berusaha mengurangi yang berakibat rusaknya lingkungan, dimulai dari diriku sendiri dan keluarga.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Apa yang Kita Pikirkan ketika Kemarau Panjang Tiba?

17 Agustus 2015   13:15 Diperbarui: 17 Agustus 2015   16:43 363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

***Saya tidak bosan mengajak serta mengampanyekan pelestarian air di sekitar halaman rumah masing-masing dengan Pembuatan Sumur Resapan atau Lubang Resapan Biopori. Ketika musim penghujan tiba saatnya mengembalikan air hujan yang melimpah ruah ke dalam tanah***

oOo

 

Mari semuanya penghuni Bumi di mana pun berada, atas dasar kesadaran sendiri melakukan hal tersebut. Dengan memasukkan air kembali ke dalam tanah di setiap rumah akan menolong diri sendiri untuk tetap dapat mendapatkan air di musim kemarau, meski debitnya berkurang, tetapi masih memiliki cadangan air di permukaan air tanah.

Udara yang sangat panas menyengat terasakan akhir-akhir ini, apalagi hujan sudah lama tidak turun, membuat cuaca terik tak tertahankan. Berita di mana-mana terjadi kekeringan hingga air susah didapat, air kubangan dan sungai yang butek menjadi tujuan warga untuk diangsu [diambil airnya]. Prihatin. Kalau air sudah mulai sulit didapat, kita semua merenung, panik dan mencari air untuk tujuan multiguna bagi kehidupan makhluk hidup siapa pun itu. Apalagi terasa akhir-akhir ini di luar cuaca sangat amat panas.

Bersyukur bagi yang tinggal di tempat yang kedalaman di bawah tanah terdapat cadangan sumber air yang melimpah, sehingga tidak kekurangan air, tetap saja permukaan airnya menurun, apalagi cara-cara penyedotannya yang serampangan dengan mesin penyedot berkekuatan besar dilakukan secara terus-menerus. Sementara di luar sana saudara-saudara kita berteriak air sulit didapat, bahkan air kubangan yang masih tersisa pun tak luput menjadi tujuan mereka untuk tetap dapat digunakan. Termasuk air sungai yang keruh pun diserbu. Lalu apa yang kita lakukan? 

 

Mengambil sikap pada musim Hujan

Harus kita renungkan ketika musim penghujan, apa yang sudah kita perbuat dan kerjakan untuk air yang melimpah setiap hari dikucurkan dari langit, entah siang entah malam kapan saja ketika air ingin jatuh dari langit tak kenal waktu dan sangat melimpah ruah. Ternyata air yang melimpah ruah pun kita diamkan berlalu sehingga mengakibatkan banjir sampai menghantam apa saja yang dilalui air.

Bahkan ada Tandon air di Bumi seperti danau/situ, sungai, rawa-rawa dan resapan ada yang diuruk dijadikan tempat tinggal, ruko demi keuntungan segelintir pribadi.

Padahal air yang biasa mengendap pada tandon-tandon yang ada secara alami maupun buatan dari pemangku kepentingan di jaman penjajahan [yang sekarang adalah danau buatan] sangat dibutuhkan bagi resapan air di kala hujan. Kita akui pada masa itu meskipun Penjajah Belanda kejam, tetapi masih berpikir jauh ke depan dalam hal penyimpanan air dan bagaimana melestarikan air dengan membuat danau buatan, sekarang masih tersisa beserta penanaman pohon keras di pinggir jalan yang ternyata daya serapnya bagi polusi udara sangat tinggi. 

Sayang sekali tempat tandon air raksasa berupa danau dan situ tersebut menjadi rayahan untuk mempertebal kekayaan pribadi. Terlihat luas area danau-danau atau situ-situ semakin menyempit bahkan sudah berubah fungsi menjadi perumahan bergengsi. Prihatin sekali.

Sekarang apa yang harus dilakukan untuk mengembalikan air ketika melimpah?

  • Jika kita memiliki dana besar dengan luasan halaman memadai mari, buatlah sumur resapan di halaman kita. Jangan biarkan air keluar melewati got-got menuju drainase yang akan terbuang percuma. Jika meluber menggenang di jalan-jalan manusia juga yang akan rugi dengan bencana yang ditimbukannya. Sumur resapan dengan kedalaman sekitar empat meter, diameter 120 cm cukup untuk menyimpan air hujan dan air yang sudah kita gunakan di halaman rumah yang melimpah. Dapat dibayangkan air yang sebegitu banyak kita simpan di halaman rumah, selalu masuk kembali ke dalam tanah ketika hujan besar, artinya kita sudah memiliki simpanan air. Apalagi jika setiap warga masyarakat sadar sesadarnya akan hal itu, maka persediaan air tanah tidak akan menurun debitnya. Kecuali jika ada kekuatan alam yang mengubah suatu keadaan, semua itu sudah di luar nalar dan kemampuan manusia sebagai makhluk kecil yang tidak memiliki daya apa pun terhadap kekuatan Alam. Yang terpenting manusia sudah berbuat dan tidak membuang-buang air secara percuma.
  • Jika halaman rumah kita sempit, masih dapat berbuat untuk air, yaitu dengan cara membuat Lubang Resapan Biopori yang diketemukan oleh Bapak Kamir Raziudin Brata yang ahli pertanahan dan dosen pada IPB. Cara ini sangat murah dan mudah yang penting ada kemauan, namun manfaatnya sangat luar biasa. Jika Anda tertarik dan ingin melestarikan air dengan mengerjakan hal tersebut, [cara-caranya ada di tulisan ini.]

Nah, hanya sedikit saja kita berbuat tetapi kita sudah menyelamatkan kekeringan dan menyelamatkan diri sendiri agar tidak kekurangan air. Jika hal ini bisa dilakukan oleh semua orang, rumah, kantor, gedung dan halaman kosong yang belum sempat dibangun, maka manfaatnya akan berbalik kepada manusia itu sendiri. Hal yang demikian jika dilakukan oleh semua masyarakat seluruh penghuni Bumi ini secara serempak. 

***

Bagi Anda yang sudah melakukan hal ini dengan mengembalikan air ke dalam tanah di halaman rumah memiliki sumur resapan atau lubang resapan biopori atau apalagi yang dapat digunakan untuk memasukkan air ke halaman rumah masing-masing, saya bangga kepada Anda!

“Mari terus Lestarikan air kita dimulai dari diri sendiri”

 

 

Semoga bermanfaat dan tidak ada yang mengklaim bahwa postingan ini menyesatkan Pembaca.

 

-Salam menyikapi musim Kemarau dan Dirgahayu RI yang ke 70

 

-Ngesti Setyo Moerni

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun