Mohon tunggu...
Ngesti Setyo Moerni
Ngesti Setyo Moerni Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu Rumah Tangga

Berusaha mengurangi yang berakibat rusaknya lingkungan, dimulai dari diriku sendiri dan keluarga.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Menikmati Kuliner di Puncak Gunung Galunggung-Garut [VIII]

27 Januari 2015   13:26 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:18 728
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kota Garut sebenarnya kota incaran untuk kami group Kompasianer jalan-jalan, rencana ini sudah ada sejak tahun dua ribu empat belas lalu dan bepergiannya tepat dibulan Desember, padahal rencana tersebut  sudah hampir matang, yang ingin berangkat ke Garut, antara lain Bung Thamrin SonataAndo Ajo, Maria Margaretha, Dwi Klarasari, Indah Noing, Afriska D Ambaritha masih ada lagi para cowoker yang siap ikut dan tentu saja rencana yang menjadi sopirnya teuteup Ngesti Setyo Moerni. Rencana ini sudah taraf pendaftaran oleh Maria Margaretha, tapi berhubung satu dan lain hal perjalanan ini ditunda, tetapi rencana dan semangat tetap tinggi dan akan tetap berlanjut.

142225859641241027
142225859641241027



Kenyataannya Malah aku yang meluncur kesana duluan gratis atas kesempatan Kompasiana Blog Trip, puaaaaas, Duhhhh terimakasih #kompasianablogtrip dan #datsunindonesia.

Kesempatan yang tidak disangka-sangka berpihak padaku, serius ! Aku tidak bermimpi dapat kesempatan emas begini, mengapa kusebut kesempatan emas, karena aku juga tidak tahu route perjalanan Jejak Para Riser itu ke Garut, aslinya memang check point di Tasikmalaya, tiba-tiba Babe Helmy ngajak sepakatan kita ke Garut Gunung Galunggung dan makan malamnya di kota Garut di Rumah Makan Niko Sea Food, di Jalan Cimanuk Jaya Raga Garut. Hal semacam ini tidak direncanakan jauh-jauh hari dan tidak mengimpi, mengalir saja.

1422259926161690383
1422259926161690383

Malah Kompasiana dan Datsun Indonesia yang memenuhi keinginanku, meski masih belum puas sekali karena waktu keberadaan kami sangat singkat nyatroni Garut, tetapi paling tidak sampai ke Kota Garut saja sudah mengobati rasa inginku yang sangat tentang jelajah kota garut.

Ceritanya lagi, keinginanku ke Garut itu sebenarnya sudah lama sekali setiap mudik lebaran ketika lewat selatan aku selalu menawarkan pada keluargaku :

“Nginap di Garut semalam Yuuu . . .” tetapi apa jawab keluargaku

“Garut jauh Buk, kapan-kapan aja yah ....” selalu begitu saja jawaban keluargaku, padahal waktu itu pas di Nagrek, tetapi aku terus saja bermimpi untuk pergi ke Garut, nah sekarang keinginan itu terlaksana dan aku sangat bahagya. apalagi bisa sampai di samping kawah Gunung Galunggung dan Kampoeng Naga. “Subhahalloh  . . .  Alhamdulillah, Engkau memang Maha Agung mengabulkan keinginan yang tertunda”

Perjalanan ke Gunung Galunggung sangat menantang, jalan berkelak-kelok menanjak, meski agak sempit cukup dua mobil papasan tak mempengaruhi keadaan mobil lancar dan langsam saja larinya, Datsun Go + Panca bisa dibawa  kemana saja termasuk kejalan yang menanjak ternyata sangat lincah.

14222684491955249254
14222684491955249254



Akhirnya sampai lah pada tempat parkirnya puncak Gunung Galunggung sedang kawah yang akan kami kunjungi masih harus melalui ujian berat menghadang didepan mata yaitu menaiki anak tangga yang menjulang tinggi,  Wow . . . . sempet terpikir kok tinggi sekali ya tangganya, tapi ya sudahlah siapa takut. Kami satu tim mendaki dari satu tangga seterusnya berusaha menuju puncaknya meski setiap saat kami berhenti tuk mengatur napas. Ternyata di tangga Galunggung olah pernafasan tidak pengaruh, sudah memanfaatkan pernafasan yang biasa dilakukan ketika menjalani segala senam misalnya Joging dan lainnya, tapi yang ini benar -benar tidak berlaku, harus berhenti tuk mengatur nafas sejenak. Atau mungkin kurang persiapan entahlah yang jelas pengaturan pernafasan percuma saja atau mungkin faktor usia, tapi kalau faktor usia bukan aku saja yang kuwalahan menaiki tangga ini. lainnya juga berhenti-berhenti sepertinya menyiasati pernafasan dulu, mengistirahatkan lutut terlebih dahulu.

1422270346260322341
1422270346260322341


Begitu sampai dipuncak, rasa haus lapar menyerang, beruntung ada  "cafe-cafean" yang menjual minuman panas, minuman dingin, teh, kopi, kopi mix, semua tinggal seduh, mie instant yang direbus maupun disedu, lengkap pula camilan keringan aneka kacang dan aneka keripik yang sudah di packing. Yang jelas dan aneh lagi ada cabe rawitnya jadi makan sambil lalap cabe rawit, ceplas-ceplus sedap, dingin-dingin makannya mie seduh panas dan pedas, tak lupa minum kopi seduh, Nikmat juga menikmati kuliner dipuncak Galunggung. Sementara hujan mulai turun lama-lama deras, petir bersaut-sautan.

Sambil menikmati kuliner puncak Gunung kami ngobrol dengan Mamang penjualnya bagaimana caranya bisa membawa barang-barang sebegini banyak terutama air dan minuman, ternyata mereka menyuruh orang untuk memikul barang-barang tersebut dengan upah Rp 30.000,- kebayang, bawa badan saja sudah lempoh, apalagi ditambah bawa beban yang berat.

Dengan berjualan dipuncak Galunggung sehari Mamang penjual bisa mengantongi uang Rp 300.000,-  kotor, kadang lebih, tapi ketika hari libur dan weekend pendapatannya bisa naik sampai satu juta rupiah lebih.

Selesai menikmati kuliner, kami hanya mengeluarkan uang Rp 55.000,- untuk kami berempat, lumayan murah makan di cafe-cafean di Kawah Galunggung, cukup untuk memuasi keinginan mengganyang keisengan mulut melawan rasa dingin yang menggigit.

14223138971064688447
14223138971064688447


Begitu hujan mulai gerimis kami nekad segera menuruni anak tangga yang curam sekali, sementara diiringi dengan rintik hujan kadang deras dan yang mengerikan adalah petir dan kilat yang menyambar-nyambar, setiap terlihat kilat kami berjongkok ngeri. Lega rasanya saat sudah sampai dibawah, kami bergegas menuruni Gunung galunggung dengan Datsun Go+Panca. Untung kami nekad segera turun kalau tidak akan lama lagi di puncak Galunggung, karena tiba-tiba hujan sangat deras setelah kami sampai dibawah.   Ketika menuruni Gunung Galunggung, jalan menjadi licin tetapi mobil ini santai saja tidak membuat kami repot.



1422419198711345884
1422419198711345884

Akhirnya perjalanan dilanjutkan ke pemandian dan kolam renang air panas, namun sayang tidak dapat masuk kesana karena hujan sangat deras,

Akhirnya kami langsung meninggalkan Gunung Galunggung mengejar tempat wisata lain ke Kampoeng Naga.

Tulisan Blog trip [VII] ada disini.

-Ngesti Setyo Moerni





Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun