Sate bebek di Kecamatan Tambak Kota Banyummas, bukan main lezatnya ditambah dengan gulai bebek dengan harga hanya limaribu rupiah semangkok rasanya enak, cara membuatnya bagaimana ya? Bumbunya saja sekarang sudah sangat mahal, bahan bakar pun tidak murah, bagaimana bisa menjual seharga itu, tapi memang hanya berisi tulangan saja, tetapi rasanya enak, bukan enak karena bumbu penyedap, gurihnya itu dari bumbu rempah. Harga satenya pun murah, hanya Rp 18.000,-(delapan belas ribu rupiah) dengan potongan sate yang besar-besar tidak ada rasa amis. Empuk dan lembut dagingnya.
Tentu saja penjualnya juga bersih bahkan Ayu pula, ini kecantikannya bukan karena dandanan, tetapi kesederhanaannya lah yang membuat aura cantiknya keluar. Jujur sesama wanita saya melihatnya angkat jempol Doe-a. Pada saat melayani , penjual sate ini melayani dengan sabar dan telaten meski penulis cerewet, minta nasi separuh, minta minuman, minta cabe diiris bolak-balik tetapi mbak penjualnya tetap tersenyum sabar. Sedangkan suaminya yang membakar satenya. Padahal masih pingin minta bawang merah iris, jujur tidak tega, dengan harga segitu masih minta tambahan ini itu.
Pingin tahu rahasia makan sate jadi tambah sedab? Diatas sate taburi cabe dan bawang mentah irisan, kalau yang suka pedas cabenya lebih banyak lagi, dijamin akan tambah lagi dan lagi . . . Catatan, untuk yang suka makan bawang merah, ada kasiat obatnya loh di getah bawang merah mentah.
Perjalanan kami tim 3 dalam rangka Kompasiana Blog Trip menelusuri perjalanan Selatan saat itu meninggalkan Jogyakarta menuju Tasikmalaya sesuai route yang sudah ditentukan Panitya dalam rangka Njajal kekuatan Datsun GO+Panca masih trip keliling Jawa. Atas referensi Babe Helmy leader Tim 3 bahwa didaerah Kecamatan Tambak Banyumas terkenal dengan sate bebeknya yang sangat mak nyus. Sebenarnya penulis tidak begitu suka dengan makanan bebek, karena khawatir ada aroma amis. Pikir-pikir ya dicoba dulu barangkali tidak seperti yang dibayangkan. Penjual sate bebek berderet dipinggir jalan ada mesjid besar nah lokasi ini tepat disebelah kiri mesjid. Tanda-tandanya penjualnya Ayu sederhana kalem dan berjilbab.
Begitu makanan sudah tersaji wow . . . . potongan satenya besar-besar, empuk dan ternyata tidak amis “Mantabbbb” kata pak Masykur tim 3 rasanya lebih legit dari ayam gurihnya itu lho, bumbu saos kacangnya juga pas banget, lembut medok. Ditingkah lagi nasinya pulen, clegug . . . cleguk . . . nulis begini jadi kangen satenya mbak cantik yang enak.
Sate bebek bisa terasa empuk disebabkan bebeknya sangat muda, baru berumur 45 hari yang untuk di goreng , tetapi kalau untuk sate agar terasa daging gempal bisa-bisa sekitar 60 hari.
Selesai makan sate bebek jadi teringat Dawet ireng [cendol hitam] yang enak, coba disandingkan di waroeng sate bebek ini, tambah nikmat sekali. Selesai makan sate bebek, minuman cuci mulutnya yang manis-manis harusnya dawet ireng, tadinya penulis ingin memasukkan dawet ireng kedalam thermos, bekas kopi, tapi pikir-pikir jalan-jalan ini bukan perjalanan pribadi nggak usah neko-neko.
Ketika melewati Purworejo sempat juga mampir mencicipi minuman dawet ireng. Dawet ireng disini langganan dari tim leader kami Babe Helmy, tapi benar ya rasanya beda dengan yang di Kota Klaten cabang dari Purworejo yang khas. Sepeti penulis sampaikkan seandainya Sate bebek berdampingan dengan dawet ireng tambah Nyamleng lagi, jadi males berangkat ngulon/ Tasikmalaya. Perut kenyang efeknya ngantuk.
Benar-benar sebuah perjalanan yang sangat menyenangkan, semuanya dilakukan secara gratis, akomodasi, transportsi menggunakan mobil Datsun Go+Panca, makan minum ditanggung, masih mendapat uang saku untuk belanja-belanja, enaknya menulis di Kompasiana, Banyak mendapat pengalaman dan ilmu serta banyak Silahturachmi dengan teman-teman. Bukan main ya . . .
Menurut Penulis perjalanan panjang yang mencapai 1260 km menelusuri pantai dan Gunung bersama Datsun Go+Panca, merupakan pengalaman perjalanan yang mengasyikkan, dan ini perjalan panjang yang kedua sejak Penulis aktif menulis di Kompasiana. Sebelumnya penulis mengikuti perjalanan sampai delapan hari menelusuri empat propinsi diluar Pulau Jawa. Yang seperti ini penulis kentarai hal-hal semacam begini adalah Hadiah dari Alloh melalui Kompasiana dan para sponsor, yang saat ini adalah Datsun Go+Panca dan Hapro Indonesia.
Akhirnya Penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
- Kompasiana
- Datsun Go+Panca–Nissan Indonesia
- Kompas Otomotif
- Hapro Indonesia
- Mas Kevin A Legion, mas Dieki Setiawan, mas Radja Mohammad syeisarrahman Panitya yang mendampingi, dan Panitya di Jakarta, Mas Nurulloh
- Semua teman-teman 8 Riser Kompasiana Blog Trip
Masih menunggu ajakan jalan-jalan berikutnya keluar Pulau Jawa, Siap!
Tulisan jilid [IX] ada disini.
-Ngesti Setyo Moerni
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H