Saat ini, kesehatan mental atau mental health menjadi salah satu bidang bahasan yang banyak di lirik oleh masyarakat. Hal tersebut sejalan dengan berkembangnya pola pikir masyarakat yang sudah lebih terbuka dan menyadari akan pentingnya kesehatan mental untuk menunjang kualitas hidup yang baik. Hal ini berbeda dengan jaman dahulu, dimana masyarakat menganggap orang dengan gangguan mental yang pergi ke psikolog dianggap tabu dan aib.
Berbicara mengenai gangguan mental, Megan Fox (35) yang merupakan seorang aktris dan model ternama berkebangsaan Amerika, dalam pernyataannya mengungkapkan bahwa dirinya ternyata mengalami salah satu jenis gangguan mental yaitu Body Dysmorphia Disorder (BDD) dan menjadi sangat tidak percaya diri terhadap bentuk tubuhnya.Â
Padahal, salah satu pemain film Transformers itu diketahui sebagai aktris yang memiliki bentuk tubuh indah yang dianggap body goals oleh banyak orang.
Dikutip dari majalah GQ british, Megan Fox mengatakan "Ketika melihat seseorang, kita mungkin berpikir, 'Orang itu sangat cantik. Mungkin hidupnya sangat mudah.'Â
Kemungkinan besar orang tersebut tak merasa demikian", selain itu dia juga secara terang -- terangan berkata "Ya, aku mengidap body dysmorphia. Masalah rasa tidak percaya diriku cukup berat," kata Megan Fox.
Lalu apakah sebenarnya Body Dysmorphia itu sendiri ?
Menurut Adlya dalam Jurnal Riset Tindakan Indonesia (2020), Body Dysmorphia Disorder (BDD) merupakan kecenderungan pikiran negatif terkait kekurangan fisik yang menyebabkan gangguan psikologis sehingga tidak dapat menjalankan kehidupan sehari-hari dengan baik.Â
Kondisi ini juga diartikan sebagai perasaan tidak puas yang berlebihan terhadap kondisi tubuh, pemikiran negatif dan irasional mengenai keadaan tubuh.
Penderita gangguan ini, umumnya akan melakukan perilaku untuk mengonfirmasi kekurangan yang dirasakan secara berulang -- ulang seperti bercermin secara berulang, menghindari cermin, menutupi bagian tubuh yang tidak disukai, melakukan perawatan secara berlebihan bahkan hingga merubah bagian tubuh yang tidak disukai.Â
Kesulitan menerima kondisi diri tersebut mengakibatkan penderitanya memiliki self image dan citra tubuh yang negatif serta cenderung tidak mencintai dirinya sendiri.
Body dysmorphia ini sebenarnya merupakan fenomena gangguan mental yang sangat dekat dengan perilaku sehari -- hari masyarakat, utamanya remaja.Â
Kemajuan teknologi dan berkembangnya sosial media, membuat masyarakat saling berusaha mengungguli satu sama lain tak terkecuali dalam hal kecantikan. Untuk itu perlu kita ketahui gejala - gejala dari Body Dysmorphia Disorder, yaitu :
- Sering merasa cemas, tidak nyaman, dan tidak aman
- Tidak percaya diri dan kurang menghargai diri sendiri
- Secara berulang mengamati bentuk penampilan lebih dari 1 jam per hari
- Mengukur atau menyentuh kekurangan yang di rasakan berulang
- Membutuhkan pendapat orang lain untuk memperkuat penampilannya
- Menutupi kekurangan fisik yang dirasakan
- Berdiet secara ketat
- Berfikir atau melakukan perubahan bentuk tubuh (seperti operasi plastic)
Mengingat begitu dekatnya gejala -- gejala BDD dalam masyarakat, kita sebagai generasi muda haruslah lebih peka dan aware akan orang -- orang di sekitar kita. Sebab, dukungan dan pendampingan kita menjadi salah satu hal yang sangat dibutuhkan bagi para pejuang gangguan mental di luar sana.
Sumber :
Adlya, S. I., & Zola, N. (2020). Kecenderungan Body Dysmorphic Disorder pada Remaja. JRTI (Jurnal Riset Tindakan Indonesia), 4(2).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H