Penderita gangguan ini, umumnya akan melakukan perilaku untuk mengonfirmasi kekurangan yang dirasakan secara berulang -- ulang seperti bercermin secara berulang, menghindari cermin, menutupi bagian tubuh yang tidak disukai, melakukan perawatan secara berlebihan bahkan hingga merubah bagian tubuh yang tidak disukai.Â
Kesulitan menerima kondisi diri tersebut mengakibatkan penderitanya memiliki self image dan citra tubuh yang negatif serta cenderung tidak mencintai dirinya sendiri.
Body dysmorphia ini sebenarnya merupakan fenomena gangguan mental yang sangat dekat dengan perilaku sehari -- hari masyarakat, utamanya remaja.Â
Kemajuan teknologi dan berkembangnya sosial media, membuat masyarakat saling berusaha mengungguli satu sama lain tak terkecuali dalam hal kecantikan. Untuk itu perlu kita ketahui gejala - gejala dari Body Dysmorphia Disorder, yaitu :
- Sering merasa cemas, tidak nyaman, dan tidak aman
- Tidak percaya diri dan kurang menghargai diri sendiri
- Secara berulang mengamati bentuk penampilan lebih dari 1 jam per hari
- Mengukur atau menyentuh kekurangan yang di rasakan berulang
- Membutuhkan pendapat orang lain untuk memperkuat penampilannya
- Menutupi kekurangan fisik yang dirasakan
- Berdiet secara ketat
- Berfikir atau melakukan perubahan bentuk tubuh (seperti operasi plastic)
Mengingat begitu dekatnya gejala -- gejala BDD dalam masyarakat, kita sebagai generasi muda haruslah lebih peka dan aware akan orang -- orang di sekitar kita. Sebab, dukungan dan pendampingan kita menjadi salah satu hal yang sangat dibutuhkan bagi para pejuang gangguan mental di luar sana.
Sumber :
Adlya, S. I., & Zola, N. (2020). Kecenderungan Body Dysmorphic Disorder pada Remaja. JRTI (Jurnal Riset Tindakan Indonesia), 4(2).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H