Mohon tunggu...
Kinanta Adelia
Kinanta Adelia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ekonomi Manajemen Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama)

menyukai topik konten yang menyangkut kegiatan ekonomi

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Analisis Manajerial Terhadap Kebangkrutan BPR Bank Jepara Artha (Perseroda)

24 Desember 2024   10:45 Diperbarui: 24 Desember 2024   10:45 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

PT BPR Bank Jepara Artha (Perseroda), sebuah Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yang beroperasi di Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, telah menjadi sorotan publik setelah Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencabut izin usahanya pada 21 Mei 2024. Kejadian ini menambah daftar panjang BPR yang mengalami kebangkrutan di Indonesia. Artikel ini akan membahas secara mendalam faktor-faktor manajerial yang berkontribusi terhadap kebangkrutan BPR Bank Jepara Artha, dampaknya terhadap para pemangku kepentingan, dan pelajaran yang dapat diambil untuk mencegah kejadian serupa di masa depan.

BPR Bank Jepara Artha didirikan berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Jepara dan telah mengalami beberapa perubahan nama serta status hukum. Terakhir, berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2012, namanya berubah menjadi PD BPR Bank Jepara Artha. Bank ini berfokus pada layanan perbankan bagi masyarakat lokal, khususnya dalam penyaluran kredit usaha kecil dan menengah.

Pada 21 Mei 2024, OJK resmi mencabut izin usaha BPR Bank Jepara Artha. Pencabutan ini dilakukan setelah ditemukan berbagai pelanggaran dan masalah internal yang serius dalam operasional bank tersebut. Setelah pencabutan izin, Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) mengambil alih proses likuidasi dan memastikan pembayaran klaim simpanan nasabah yang layak dibayar.

Faktor-Faktor Penyebab Kebangkrutan

1.Manajemen Risiko yang Lemah

Salah satu indikasi utama penyebab kebangkrutan adalah manajemen risiko yang tidak efektif. Bank ini memberikan kredit dalam jumlah besar tanpa analisis risiko yang memadai. Sepanjang 2022-2023, BPR ini menyalurkan kredit sebesar Rp102 miliar kepada 27 debitur. Penyaluran kredit yang tidak selektif ini meningkatkan risiko kredit macet.

2.Praktik Korupsi dan Fraud

Terdapat dugaan praktik korupsi di internal bank yang menyebabkan kerugian signifikan. Pemkab Jepara dilaporkan kehilangan Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebesar Rp4 miliar akibat dugaan korupsi di BPR Bank Jepara Artha. Praktik semacam ini mencerminkan lemahnya pengawasan internal dan tata kelola perusahaan.

3.Kepatuhan Terhadap Regulasi yang Rendah

Temuan dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dan OJK menunjukkan bahwa BPR Bank Jepara Artha telah melakukan pelanggaran yang merugikan negara. Hal ini menunjukkan bahwa bank tidak mematuhi regulasi yang berlaku, yang seharusnya menjadi panduan dalam operasional perbankan.

4.Kualitas Aset yang Buruk

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun