Kemampuan Kompetisi Beberapa Varietas Kedelai (Glycine max) Terhadap Gulma Alang-Alang (Imperata cylindrica) dan Teki (Cyperus rotundus)
Kinanta Uhail Rosyadi
Program Studi Agronomi, Fakultas Pertanian, Universitas Jember
PENDAHULUAN
Kedelai merupakan tanaman kacang kacangan dengan tingkat konsumsi paling tinggi pertama dan menghasilkan protein serta serat yang dapat memenuhi nutrisi tubuh manusia. Kedelai adalah salah satu komuditas palawija yang memiliki peranan penting dalam pangan nasional. Tingginya tingkat perkembangan industri pangan yang berbahan baku kedelai misalnya kedelai hitam menyebabkan tanaman ini lebih banyak ditanam dan dibudidayakan (Siregar & Rahmadina., 2023). Berdasarkan data BPS Indonesia (2020), produksi kedelai di Indonesia pada periode 2008-2020 meningkat rata-rata  sebesar 2,58%  tahun. Namun  peningkatan  produksi  kedelai  tersebut  tidakdapatmengimbangi  laju konsumsi  kedelai.  Menurut  FAO (2019), konsumsi  kedelai  perkapitadi  Indonesia meningkat  dari  8,97  kg  tahun pada tahun  2005  menjadi  10,06  kg  tahun pada  tahun  2020. Bila  diasumsikan  jumlah  penduduk Indonesia sebanyak  250  juta  orang  dan  rata-rata  konsumsi  per  kapita  kedelai  sebesar10  kg  tahun maka  diperlukan  kacang kedelai untuk kebutuhan pangan minimal 2,5 juta ton tahun. Penurunan produksi kedelai secara nasional disebabkan banyak faktor, petani menganggap bahwa kedelai merupakan komoditas sampingan setelah padi dan petani kurang semangat melakukan penanaman kedelai karena tidak adanya kepastian harga ditingkat petani, harga kedelai di pasaran rendah akibat adanya kedelai impor yang berharga murah dan penghapusan subsidi sarana produksi yang menyebabkan meningkatnya biaya produksi, sehingga sebagian petani tidak mampu menerapkan teknologi usahatani secara baik oleh karena itu petani hanya menggunakan teknologi seadanya seperti tidak menyiangi gulma sehingga akan terjadi persaingan terhadap cahaya, CO2, air, unsur hara dan ruang tumbuh. Besarnya tingkat kerugian akibat persaingan dengan gulma sangat bervariasi  bergantung  pada populasi  dan macam spesies gulma yang ada. Gulma  yang  sering dijumpai   di   pertanaman   kedelai   dan termasuk  kategori noxious  weed (gulma berbahaya  dan  sangat  merugikan)  serta sulit  dikendalikan  oleh  herbisida  maupun penyiangan, yaitu alang-alang dan teki. Gulma dapat menjadi kompetitor dan merupakan faktor pembatas penting bagi produktivitas kedelai. Besarnya tingkat kerugian tanaman akibat persaingan dengan gulma sangat bervariasi bergantung pada populasi dan macam spesies gulma serta varietas tanaman pokok
ISI
Alang-alang  dan  teki  merupakan  jenis gulma  yang  berbahaya  (noxious).   Kedua gulma  ini  sering  dijumpai  berasosiasi dengan  pertanaman  kedelai  dan  dapat menjadi  kompetitor  yang  kuat  terhadap faktor  tumbuh  yang  dibutuhkan  tanaman kedelai  khususnya  untuk  pembentukan dan  perkembangan  daun (Hariadi dkk., 2018). Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Budi & Hajoeningtijas (2019) bahwa Varietas Ijen dan Sinabung mempunyai respon pertumbuhan yang lebih  baik  dibandingkan  dengan  varietas Grobogan  pada  perlakuan gulma  alang-alang  dan  teki kerapatan  50  gulma/m.  Varietas  Sinabung  memberikan respon hasil paling  tinggi  untuk  jumlah  polong isi  per  tanaman  :  285.5  bh  polong  dan bobot biji per tanaman : 46.6667g (5.6 ton/ha).Varietas  Sinabung  mempunyai kemampuan   kompetisi   paling   tinggi dibandingkan  dengan  varietas  Grobogan dan   Ijen, hal   ini   terlihat   dari   nilai kompetisi yang tertinggi, varietas Sinabung  yang berkompetisi dengan  teki  menghasilkan  nilai  kompetisi sebesar  15.0075  dan  varietas  Sinabung yang  berkompetisi  dengan  alang-alang  menghasilkan  nilai  kompetisi sebesar  7.9913. Tindakan  pengendalian gulma   perlu   dilakukan   karena   dapat meningkatkan hasil kedelai secara nyata.
Kedelai memiliki beberapa kemampuan dalam menghambat pertumbuhan gulma seperti alang-alang dan teki, meskipun tidak sepenuhnya menyingkirkan mereka. Beberapa cara kedelai membantu mengendalikan gulma sebagai berikut. Konkurensi nutrisi yaitu Kedelai tumbuh dengan cepat dan menutupi permukaan tanah dengan daunnya yang lebat, mengurangi cahaya matahari yang mencapai gulma di bawahnya. Selain itu, kedelai juga menyerap sebagian besar nutrisi dari tanah, meninggalkan sedikit untuk gulma tumbuh. Alelopati yaitu kedelai menghasilkan senyawa kimia tertentu dalam akar dan daunnya yang dapat menghambat pertumbuhan gulma atau tanaman lain. Beberapa senyawa ini memiliki sifat alelopatik, yang berarti mereka dapat menghambat perkecambahan biji gulma atau pertumbuhan mereka. Pengolahan tanah ketika kedelai dipanen, sisa-sisa tanaman kedelai yang dibiarkan di lapangan dapat membantu menutupi tanah, mengurangi kemungkinan perkecambahan biji gulma dengan memblokir cahaya matahari dan memperbaiki kualitas tanah (Ngawit dkk., 2023). Meskipun demikian, terkadang kontrol gulma secara mekanis atau dengan menggunakan herbisida menjadi perlu untuk mengendalikan pertumbuhan gulma yang terlalu agresif. Selain itu, rotasi tanaman dengan tanaman non-leguminosa dan praktik manajemen tanah yang baik juga penting untuk meminimalkan populasi gulma.
KESIMPULAN
 Alang-alang  dan  teki  merupakan  jenis gulma  yang  berbahaya  (noxious).  Kedua gulma  ini  sering  dijumpai  berasosiasi dengan  pertanaman  kedelai  dan  dapat menjadi  kompetitor  yang  kuat  terhadap faktor  tumbuh  yang  dibutuhkan  tanaman kedelai. Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Budi & Hajoeningtijas (2019) bahwa Varietas Ijen dan Sinabung mempunyai respon pertumbuhan yang lebih  baik  dibandingkan  dengan  varietas Grobogan  pada  perlakuan gulma  alang-alang  dan  teki kerapatan  50  gulma/m. Beberapa cara kedelai membantu mengendalikan gulma yaitu konkurensi nutrisi, alelopati dan pengolahan tanah.
Siregar, W. T., & Rahmadina, R. (2023). Pengaruh Media Tanam terhadap Pertumbuhan Tanaman Kedelai Hitam (Glicine Max L) dengan Sistem Vertikultur. BIOEDUSAINS: Jurnal Pendidikan Biologi dan Sains, 6(1), 38-46.