PERSEKONGKOLAN PARA BANGKAI
Mereka selalu terlihat didalam kelompoknya sendiri
Kelompok yang mendukung kezaliman, ketidak adilan, laku pemiskinan
Mereka saling bantu vote dan komentar
Agar tulisan kelompok mereka SELALU berada pada posisi Terpopuler, Terutama
Akibatnya, banyak konten tulisan yang berada pada kualifikasi SAMPAH
Tapi diposisikan sebagai Terpopuler, Terutama, Terhebat
Nyatanya kualifikasi tulisan mereka rerata kualitas SAMPAH
Yaaa Sampah yang di sanjung sanjung sebagai bukan sampah dan mungkin ilmiah
Bahkan ada manusia yang mereka sudah jadikan setara Nabi
Penabian baru ini adalah sebagai sosok yang tidak pernah berbuat tercela dan salah
Selalu benar dan kalau sang Nabi ini salah, LALU BANYAK YANG LAKUKAN PEMBENARAN
Pembenaran terjadi karena kedunguan mereka dan kebodohan mereka menjadi bahan tertawaan.
Ternyata mereka terdiri dari manusia yang mengagamakan ideologi
Lalu ideologi diagamakan, makanya banyak manusia dunia meninggalkan ideologi ini
Mereka stress selalu setiap saat, karena ideologi yang diagamakan itu sudah tidak laku bagi dunia
Banyak ilmuwan mencela dan mencibir ideologi itu sekarang.
Mereka berharap di Asia masih ada harapan, tapi ternyata masyarakat Asia juga pintar
Tidak sedungu mereka yang suka mengganggu agama lain yang disukai dan diminati dunia
Sungguh sangat tragis pola kehidupan mereka saat ini, para tokohnya resah dan gelisah apalagi bawahannya
Mereka selalu menangis bahkan sampai mencium kaki busuk tokoh pimpinan ideologinya.
Saat ini mereka tersungkur didalam angan angan mereka dan menuduh nuduh pihak lain
Dengan tuduhan sebagai pelaku teroris dengan membuat berita media yang mereka kuasaiÂ
Seolah olah mereka sebagai ideologi yang tidak laku adalah kelompok paling tidak mencipta terorisme
Mereka mau memposisikan kelompok mereka sebagai yang terbaik dan paling santun sejagad.
Sangat memalukan sebenarnya mereka sebagai manusia
Semua selalu direkayasa layaknya promosi yang didalamnya penuh dengan kebusukan
Kebusukan yang membangkai
Yaaa..... rupanya mereka bangkai yang merasa hidup.
Oleh : Kinan Lambong.