Pamor Jokowi akhir akhir ini sudah sangat anjlok di banyak kalangan pemilih yang dulunya sebagai pemilih Jokowi. Hal ini terjadi karena beban hidup rakyat akhir akhir ini sangat berat dan diderita oleh banyak kalangan para pendukung Jokowi sendiri. Banyak penyesalan yang dialami oleh banyak para pendukung Jokowi akhir akhir ini. Selanjutnya kegagalan Jokowi tidak mampu untuk bisa memenuhi janji janjinya. Dilain pihak prestasi produktifitas dan kemampuan ekspor Indonesia sangat rendah dan anjlok sebagaimana telah diakui sendiri oleh Jokowi. Lemahnya elektabilitas Jokowi disebabkan dengan Hutang Pemerintah Indonesia yang sangat besar Rp. 4000 Triliun terbesar hanya untuk pembiayaan infrastruktur dan hutang swasta Rp.3000 Triliun.
Politisasi yang dilancarkan oleh beberapa politisi karbitan beberapa partai tentang Prabowo Subianto agar mau menjadi Wapresnya Joko Widodo, dengan alasan agar kubu kubu yang bertentangan selama ini menjadi mencair dan ini adalah alasan yang sangat dangkal dan penuh tipu daya. Cara kotor ini disampaikan, karena posisi Joko Widodo sudah sangat anjlok, sehingga untuk mengangkat kembali agar elektabilitas Joko Widodo menaik dan terdongkrak, diusulkanlah Prabowo Subianto.
Wacana dan usulan bermuatan tertentu untuk duet Presiden Joko Widodo dan Prabowo Subianto dalam Pilpres 2019 mengemuka beberapa waktu belakangan ini. Pihak Gerindra dalam hal ini wajib menolak dan mengabaikan usulan dan wacana berbahaya ini bagi Partai Gerindra sendiri.
Usulan dan wacana menggabungkan Prabowo Subianto dengan Jokowi adalah untuk mendegradasi serendahnya Partai Gerindra selanjutnya merendahkan juga kewibawaan Prabowo Subianto. Anggap saja usulan dan wacana ini sebagai lucu lucuan yang tidak lucu, malah mengandung kebodohan.
Ungkapkan yang menilai pertarungan dan persaingan antara Joko Widodo dan Prabowo Subianto pada Pemilihan Presiden 2019 berpotensi untuk mengembalikan serta memicu konflik horizontal yang cukup tajam di kalangan masyarakat, jangan dianggap penting bagi Partai Gerindra dan semua para pendukung pemilih Prabowo Subianto.
Kita memahami elektabilitas Prabowo Subianto adalah masih besar pada kalangan pemilih. Selanjutnya Prabowo Subianto merupakan lawan sangat berat bagi Joko Widodo saat ini.
Jika Prabowo Subianto mau menerima tawaran ini, maka Prabowo Subianto posisi ketenaran dan elektabilitas Prabowo yang tinggi akan sangat terdegradasi sehingga para pemilih akan terpaksa memilih pasangan Jokowi-Prabowo masuk untuk menambah elektabilitas Joko Widodo. Pada posisi ini, akan sangat banyak para pemilih yang GOLPUT dari kedua belah pihak dan ini sangat membahayakan Indonesia.
Pemberitaan dari berbagai media, bahwa Wakil Ketua Umum Partai Gerindra saudara Fadli Zon telah menyampaikan serta menegaskan bahwa seluruh jajaran kader Partai Gerindra telah sepakat dalam satu suara untuk selalu mendukung Ketua Umum Prabowo Subianto maju sebagai calon Presiden pada Pilpres 2019. Dengan demikian, Fadli Zon membantah wacana dan usulan lucu lucuan untuk menyandingkan Prabowo Subianto sebagai calon wakil presiden Joko Widodo. Tidak lah yaa.....
Kita sangat berharap, koalisi permanen semakin solid antara Gerindra, PKS, PAN, dan PBB, selanjutnya PKS jangan lagi mengajukan Capres karena semua calon PKS tidak akan laku dan bergabunglah secara penuh dengan Gerindra untuk mendukung Prabowo Subianto.
Kita perlu mewaspadai sedang berprosesnya beberapa KTP-Aspal yang dimiliki oleh para pekerja China yang masuk ke Indonesia secara gelap dan bekerja di semua proyek investasi China dan ini bisa menjadi pemilih hantu yang sangat bermasalah sebagai mana yang diduga banyak kalangan.
Seterusnya kita juga wajib mewaspadai dari kemungkinan kuat permainan manipulasi suara di IT melalui bahasa mesin dan berbagai software program penyusupan yang bisa kebeberapa jaringan IT KPU.