Mohon tunggu...
Majalah KINA
Majalah KINA Mohon Tunggu... Penulis - kompasiana.com/kina_

M E D I A E K U I T A S P R O D U K I N D O N E S I A

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Rapid Test Alergi Pangan

18 Juli 2020   13:54 Diperbarui: 18 Juli 2020   13:50 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penyakit alergi terhadap bahan pangan hingga kini masih dianggap penyakit yang biasa dan tidak berbahaya oleh masyarakat Indonesia.

Padahal, jika tidak ditangani dengan baik penyakit alergi bisa menimbulkan kematian bila reaksi alergi terjadi pada otot jantung dan otot pernafasan.

Hingga kini metode pencegahan penyakit alergi pangan adalah menghindari produk pangan sumber alergen, yani protein yang menyebabkan reaksi alergi di tubuh manusia.

Namun, cara itu bisa saja merugikan karena bisa membuat seseorang untuk menghindari mengkonsumsi sejumlah pangan yang disinyalir memicu serangan alergi. Kondisi itu bisa memicu terjadinya kekurangan gizi pada orang yang menghindari pangan berprotein.

Untunglah saat ini uji tes apakah eseorang alergi terhadap produk pangan bisa dilakukan secara singkat dengan cara menusukkan jarum ke kulit atau mencelupkan kertas tes ke dalam darah manusia.

Untuk melakukan tes cepat atau rapid test guna mengetahui alergi pangan, dibutuhkan sejumlah alat dan bahan yang sebagian besar masih diimpor dari sejumlah negara.

Tahun lalu, impor rapid test untuk kebutuhan deteksi dini penyakit, kontaminan pangan dan mutu pangan mencapai sekitar Rp 5.00 miliar. Hal ini
terjadi karena industri alat dan produk kesehatan di Indonesia belum mampu memproduksi alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan.

Guna mengurangi beban impor alat kesehatan, Balai Besar Industri Agro (BBIA) Kementerian Perindustrian melakukan riset dan penelitian mengenai alat rapid tes untuk deteksi alergi pangan yang selama ini dibutuhkan oleh klinik, puskesman dan rumah sakit.

"Kami telah melakukan riset dan penelitian selama lima lathun yakni sejak 2014," ujar Hendra Wijaya, peneliti BBIA yang memimpin sebuah tim beranggota 10 peneliti dan perekayasa yang meneliti pembuatan rapid tes itu.

Menurutnya, dari hasil riset dan penelitian tersebut, tim BBIA berhasil membuat reagen yang menjadi bahan utama dalam kegiatan deteksi alergi pangan terhadap manusia. 'Selama ini reagen diimpor dari mancanegara," tutur Hendra.

Reagen adalah bahan yang menyebabkan atau dikonsumsi dalam suatu reaksi kimia. 

Riset dan penelitian mengenai alat rapid test dengan menggunakan reagen buatan dalam itu tak terlepas dari disertasi Hendra Wijaya mengenai alergi pangan.

"Disertasi saya itu menjadi awal bagi dilakukannya riset dan penelitian mengenai alat tes cepat dengan reagen buatan lokal untuk mengetahui alergi pangan," jelasnya.

Alat tersebut telah sesuai dengan Standar European Pharmacopoeia 7 (allergen product) dan memiliki tingkat senstivitas dan spesifisitas di atas 90%. Artinya, hasilnya tidak kalah dengan produk impor.

Hendra menjelaskan kalau alat yang sudah lolos uji klinis terhadap manusia itu, hanya membutuhkan waktu sekitar 15 menit untuk mengetahui hasil apakah seseorang mengalami alergi atau tidak terhadap sebuah bahan pangan.

Saat ini pihak BBIA tengah melakukan pembahasan dengan pihak industri guna memproduksi alat tes cepat itu secara masal sehingga masyarakat bisa menikmati hasil riset dan penelitian BBIA itu.

"Sudah ada MOU dengan pihak industri di tahun 2019 ini. Semoga di tahun 2020 produksinya bisa dilakukan secara masal," harap Hendra.Jika itu terjadi, maka Indonesia bisa menekan biaya impor di sektor kesehatan dan masyarakat dapat menikmati dengan harga yang lebih murah.

Sumber: Majalah KINA

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun