Tindakan atau kasus kejahatan sudah menjadi hal yang umum terjadi. Buktinya, World Prison Brief mencatat jumlah narapidana di Indonesia sudah mencapai 249 ribu di tahun 2020. Beberapa contohnya adalah pembunuhan, penggunaan narkoba, korupsi, dan lain-lain. Dalam sosiologi, kita mengenal tindakan menyimpang seperti tadi dengan penyimpangan sosial.
Penyimpangan sosial adalah perilaku yang tidak sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat. Robert K. Merton mengidentifikasikan lima cara adaptasi terhadap sebuah situasi. Uniknya, empat dari lima cara tersebut adalah perilaku menyimpang.
Yang pertama adalah konformitas. Di sini, seseorang akan mengikuti cara dan tujuan yang ditetapkan dalam masyarakat. Kemudian masuklah empat cara yang menyimpang lainnya. Â Empat cara tersebut mencakup inovasi, ritualisme, retretisme, dan pemberontakan.
Inovasi adalah ketika seseorang mengikuti tujuan yang sudah ditetapkan dengan cara yang salah. Sedangkan, ritualisme adalah situasi di mana seseorang hanya mengikuti cara yang dilakukan masyarakat tanpa melihat tujuannya. Retretisme menjadi adaptasi yang mencakup invoasi dan ritualisme. Dalam retretisme, cara dan tujuan sama-sama ditinggalkan.
Terakhir, pemberontakan adalah ketika seseorang berupaya menciptakan struktur sosial yang baru. Ini bisa terjadi karena struktur sosial yang sudah ada tidak disetujui individu tersebut. Hal ini bisa dilihat pada peristiwa demonstrasi mahasiswa tahun 1998.
Untuk mencegah penyimpangan sosial, sosialisasi dapat dilakukan. Sosialisasi merupakan proses pengenalan seseorang akan budaya yang ada di masyarakat. Umumnya, sosialisasi dilakukan oleh agen-agen sosialisasi. Agen sosialisasi adalah; keluarga, teman sebaya, sekolah, dan media massa.
Keluarga menjadi agen sosialisasi primer karena sudah ada sejak masa awal kehidupan seseorang. Pola perilaku dan sifat seseorang bisa tercipta melalui interaksi dengan keluarga. Perlu diingat bahwa keluarga luas seperti; kakek, nenek, paman, dan bibi, juga termasuk dalam agen sosialisasi keluarga.
Ketika seorang anak sudah mampu berinteraksi dengan teman sebayanya, Ia akan memasukki game stage. Saat inilah anak tersebut akan mempelajari peran serta kesetaraan setiap orang, nilai-nilai keadilan, toleransi, dan solidaritas.
Selanjutnya, pendidikan seorang anak juga sangat berpengaruh pada kepribadiannya. Selain ilmu pengetahuan, perkembangan intelektual seorang anak juga dikembangkan. Seorang anak akan diajarkan tentang tata tertib, kedisiplinan, dan tanggung jawab. Bahkan, Robert Dreeben menyatakan bahwa anak sebaiknya mengerjakan tugas sekolahnya sendiri, agar kemudian bisa tumbuh mandiri.
Media massa adalah agen terakhir dalam sosialisasi. Media massa adalah sarana komunikasi dan rekreasi yang audiensnya banyak. Contohnya ada radio, majalah, film, dan lain-lain. Apa yang dikonsumsi dari media oleh seorang anak bisa berkembang menjadi nilai yang baik maupun penyimpangan sosial.
Penyimpangan sosial bisa disebabkan karena beberapa hal. Yang pertama adalah ketidaksempurnaan sosialisasi. Ketidaksempurnaan sosialisasi bisa terjadi karena ketidaksepadanan. Artinya, pesan yang diterima seseorang dari para agen sosialisasinya tidak sepadan.
Contoh kasus ketidaksempurnaan sosialisasi adalah saat seorang anak dilarang untuk merokok oleh orang tuanya namun mengkonsumsi iklan yang membuat rokok terlihat baik. Selanjutnya ketikakcocokan seperti ini akan memunculkan ketidaksempurnaan sosialisasi.
Penyebab lainnya diakibatkan karena meniru perilaku yang salah. Kita tidak bisa memastikan semua orang tumbuh di lingkungan yang baik. Terkadang, ada saja yang mendapatkan pengaruh buruk dari orang-orang di sekitarnya. Dari sini, lahirlah pelaku perilaku menyimpang baru.
Penyebab berikutnya datang dari pemikiran David Berry. Menurutnya, penyimpangan bisa terjadi karena seseorang memegang standar nilai yang berbeda dengan standar masyarakat pada umumnya. Ketika standar nilai tersebut menyimpang, terjadilah penyimpangan sosial.
Dengan demikian, kita dapat menarik kesimpulan bahwa sosialisasi sangat penting bagi setiap orang. Sosialisasi bisa mengajari seseorang cara hidup bermasyarakat. Selanjutnya, masyarakat bisa beradaptasi dengan lingkungannya. Melalui sosialisasi, seseorang juga bisa memahami posisinya dalam masyarakat.
Selain sosialisasi, nilai dan norma sosial juga tidak kalah penting. Bertolak belakang dengan penyimpangan sosial, nilai atau norma sosial adalah perilaku yang dipandang baik oleh publik. Baik nilai maupun norma menjadi penting karena sangat mempengaruhi kepribadian seseorang dalam bermasyarakat.
Nilai atau norma sosial dapat menjadi pengingat bagi masyarakat untuk berperilaku baik. Dengan adanya kebaikan dalam masyarakat, tentulah akan tercipta kerukunan dan solidaritas. Hal ini juga dapat berdampak baik bagi negara. Ketika rakyat mau bekerjasama, maka cita-cita bersama bisa terwujud.
Nah, tadi kita sudah belajar tentang penyimpangan sosial yang sangat rawan terjadi. Kini, saatnya kita lebih berwaspada dan berjuang bersama. Mari kita lawan penyimpangan dengan menerima nilai dan norma sosial. Tolak kejahatan, junjung kebaikan!
Sumber Referensi:
Kun Maryati dan Juju Suryawati. 2016. Sosiologi; Kelompok Peminatan Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Esis
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H