Mohon tunggu...
Kimy
Kimy Mohon Tunggu... Lainnya - Travellover

Seorang pecinta traveling yang sedang belajar menjalani gaya hidup frugal living. My blog : Jalan-jalan Kimy

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Ngetrip ke Malaysia (Day 2): Menjelajah Kota Tua Melaka yang Serba Merah

1 Desember 2022   11:46 Diperbarui: 1 Desember 2022   12:05 1589
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. pribadi
Dok. pribadi

Kuliner khas Malaka yang banyak dijajakan disini antara lain chicken rice ball, chinesse food, dumpling, teh tarik, dan es cendol durian. Karena masih agak kenyang akhirnya kami hanya mampir ke sebuah warung cendol Malaysia di pojokan jalan Hang Jebat. Lupa namanya, tapi letaknya persis di ujung jalan yang di temboknya tertempel nama jalan Hang Jebat seperti foto dibawah ini, dengan interior serba kayu.

Semangkok es cendol durian dibanderal dengan harga RM 5,9. Pengen nyobain aja kulineran khas Malaka, biar berasa explore the city like a local people. Demi konsistensi kami sebagai low budget traveler, untuk menu icip-icip ini kami cuma pesan 1 mangkok aja untuk bertiga. Dan mangkoknya itu kurang lebih sebesar mangkok ayam jago nya tukang mie ayam.

Dok. pribadi
Dok. pribadi

Semangkok es cendol isinya : cendol dari tepung beras berwarna hijau, kacang merah, serutan es, siram kuah gula merah, dan secuil duren.

Hmm... let me tell you how it taste... rasa es serutnya tuh berasa banget dinginnya... kacang merahnya berasa mirip kacang.. dan cendolnya kayak rasa-rasa cendol banget gitu.. lalu kuah gulanya, ukh manis... Nggak penting banget ya review nya ? Oke, abaikan...

Ya so far rasanya mirip es cendol abang-abang di pasar gitu deh... Cuma yang bikinaku dan travelmate penasaran ngorek-ngorek si cendol sampai ke dasar mangkoknya itu adalah "Duren nya dimana ya ?"
Dan itu membuat kami sadar bahwa dari tadi sepertinya lidah kami memang belum tersentuh rasa duren sama sekali. Kemudian setelah di selidiki dengan seksama, ternyata si duren dalam campuran cendol ini hanya berupa parutan-parutan ala kadarnya duren beku gitu. Rasanya pun nggak ngeduren banget. Hambar gitu. Hedeeeehhh... cukup tau aja deh...

Waktu sudah menunjukkan jam 11.30 siang (ingat yaa, waktu di Malaysia itu 1 jam lebih cepat dari Jakarta. Jadi walau jarum jam tanganku masih di angka 10.30, tapi versi Malaysia itu jadi jam 11.30). Saatnya kami beranjak dari Malaka untuk ke destinasi berikutnya.
Karena kami bingung dimana harus menunggu bis Panorama Melaka arah balik ke terminal Sentral Malaka, maka jadilah kami kembali ke Dutch Square tempat kami turun bis saat datang tadi. Jalanan sekitar Stadthyus Ducth Square sudah mulai ramai kendaraan, jadi agak lama juga kami menunggu bis Panorama Melaka merah nomor 17 sambil duduk di emperan gedung bercat merah.

Begitu bis datang, langsung naik, bayar RM 2 ke supir, duduk. Bis nya kosong. Selain kami bertiga, hanya ada 3 orang penumpang lain yang merupakan warga lokal, itu pun mereka pada turun di halte yang nggak begitu jauh dari Dutch Square. Bis ini membawa kami mengelilingi jalanan besar kota Malaka, Mahkota Medical Centre, dan muter dulu sampai tujuan akhir yaitu Ujong Pasir, baru kemudian kembali lagi ke arah Jonker street menuju terminal Sentral.

Jalanan kota Malaka tuh enak banget yaa.. Nggak ada macet.. nggak banyak ojek seliweran. Ups... Pak Cik drivernya agak ngebut. Horror juga siiih.. tapi so far aman-aman aja dan kami masih dilindungi oleh Tuhan YME sehingga selamat sampai tujuan. Alhamdulillah...

Dok. pribadi
Dok. pribadi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun