Mohon tunggu...
Kimy
Kimy Mohon Tunggu... Lainnya - Travellover

Seorang pecinta traveling yang sedang belajar menjalani gaya hidup frugal living. My blog : Jalan-jalan Kimy

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Ngetrip ke Malaysia (Day 2): Menjelajah Kota Tua Melaka yang Serba Merah

1 Desember 2022   11:46 Diperbarui: 1 Desember 2022   12:05 1589
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Konon sejarahnya. A Famosa dibangun pada tahun 1511 dibawah perintah Alfonsode Albuquerque, untuk memusatkan kekuatan di Malaka setelah mengalahkan pasukan kesultanan Malaka. Pada waktu itu, bangsa Portugis percaya bahwa Malaka nantinya akan menjadi pelabuhan utama yang menghubungkan antara Prtugal dengan pedagang rempah-rempah dari China. Benteng tersebut kemudian beralih tangan ketika Belanda berhasil membuat Portugis angkat kaki dari Malaka, yang kemudian diserahkan oleh pemerintah Belanda kepada Inggris pada wal abad 19. Waah, panjang banget yaa lika-liku sejarah The A Famosa ini.

Menariknya, meskipun bangunan-bangunan ini usianya sudah ratusan tahun dan terkesan kuno, namun kondisinya terlihat masih sangat terawat dan terjaga dengan baik. Sama sekali nggak ada kesan kumuh, angker, apalagi berantakan. Semua sangat rapi dan teratur. Rupanya pemerintah setempat benar-benar memberikan perhatian khusus untuk menjaga warisan masa lalu ini sehingga bisa menjadi daya tarik tersendiri kota tua Malaka.

Dok. pribadi
Dok. pribadi

Puas berkeliling St. Paul's Hill, kami turun melalui anak tangga. Hati-hati yaaaa... karena tangganya curam dan agak licin. Sampai bawah ketemu gedung kantor Ibu Pejabat Polis Daerah Malaka Tengah. Mungkin kalau di Indonesia ini tuh Markas Polda gitu kali yeee kamsudnya...

Depan kantor 'Polda' ada Muzium Seni Bina Malaysia. Tapi kami nggak masuk, cuma numpang nyelonjorin betis aja dan jeprat-jepret foto sebentar. Teteuuup....

Dari bunderan pusat kota tua noleh kanan.. jreeeng.. ada Malaka river yang termahsyur dengan jejeran riverside guest house cantiknya. Sebelumnya sempet booking guest house disini sih, tapi di cancel karena kami berubah itinerary. Jadi kali ini iseng liat-liat aja.

So far sebenernya river nya biasa aja, nggak jauh beda dengan kali Ciliwung di Jakarta, cuma lebih tertata rapi dan dipercantik dengan wall street art di tepiannya. Airnya juga coklat koq, agak bau, dan banyak kotoran burung gagak yang nempel di besi pegangan jembatan. So sorry....

Tapi emang sih sisi two thumbs up nya, nggak ada sampah yang nyangkut-nyangkut di river atau berceceran di jalanannya. Kayaknya baik warga lokal maupun turis disini sudah benar-benar sadar kebersihan lingkungan.
Oh warga Jakarta ku, ayo dong kita sadar kebersihan juga.. jangan buang sampah sembarangan... supaya Jakarta tercinta kita juga bisa bersih, indah, sehat, dan nyaman.

Dok. pribadi
Dok. pribadi

Lurus dari jembatan sudah terlihat jalan Hang Jebat, atau yang lebih terkenal sebagai kawasan Jonker street, yang kalau malam wiken bakal berubah jadi pasar malam yang banyak dikunjungi turis. Tapi berhubung ini masih siang, jadi penampakannya hanya berupa jalanan kecil dengan jejeran toko-toko gitu aja. Ada toko pernak-pernik, warung-warung makan, toko baju, dan guest house.

Dok. pribadi
Dok. pribadi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun