Menyusuri Dutch Square ini gampang banget. Cukup jalan kaki santai dari tempat turun bis aja kita udah langsung ketemu dengan Christ Church. Persis di depannya ada menara jam Tan Beng Swee, Queen Vioctoria's fountain, dan logo 'I Love Malaka' yang selalu rame dengan turis-turis yang berfoto.
Kalau mau merasakan sensasi muter-muter Dutch Square / Stadthyus dengan naik becak hias, ongkosnya sekitar RM 30 sampai RM 40. Tapi exploring dengan jalan kaki santai aja sebenernya juga udah cukup koq, karena area Stadthyus tuh letak antara satu spot dengan spot lainnya tuh deket-deket banget. Jadi benar-benar jalan kaki-able banget lah pokoknya.
Selain itu juga berkaitan dengan prinsip low budget traveler yang selalu kami pegang teguh, "Buat apa ngongkos kalau bisa gratis"... Hohohohoo.... *dijudesin sama tukang becak*
Di area bundaran pusat kota tua banyak kios pedagang souvenir dan becak hias. Souvenir yang dijual disini ada aneka ria magnet kulkas seharga RM 12 untuk 1 pack isi 6 pcs, kaos, topi, kartu pos RM 1/lembar, gantungan kunci RM 12 untuk 6 pcs, dan barang pecah belah lain.
Jalan sedikit ke arah kiri ada jejeran Stadthyus (bangunan merah) kuno yang beberapa pintu diantaranya sepertinya sudah dialihfungsikan menjadi toko-toko. Tapi waktu kami kesini untungnya toko belum pada buka, jadi kami bisa numpang foto-foto di depannya.
Nggak jauh dari area bangunan merah ada sebuah bukit kecil yang di puncaknya terdapat runtuhan bangunan gereja St. Paul's Hill bergaya arsitektur Portugis, didirikan tahun 1521 oleh seorang bangsawan Portugis bernama Duarte Coelho. Olahraga ngecilin betis banget untuk naik kesini. Karena walaupun bukitnya kecil, tapi jalannya nanjak banget. Selain menaiki beberapa anak tangga, juga harus melalui jalan setapak yang menanjak. Huff... huff... Ayo semangat...
Tapi sampai puncaknya nggak sia-sia, karena bisa melihat pemandangan separuh kota Malaka (yang ternyata berada di pesisir pantai) dari ketinggian. Patung Duarte Coelho yang berdiri kokoh tepat di depan gereja St. Paul's Hill juga menghadap langsung ke pemandangan kota itu.
Di belakangnya ada runtuhan bangunan tua bernama Forta de Santiago A Famosa. Kalau dilihat dari material batu-batu pembentuk temboknya sepertinya bangunan ini benar-benar kokoh dan gahar banget pada masanya. Aku jadi kebayang jaman perang beberapa ratus tahun silam.