Mohon tunggu...
Ratna Komala Sari
Ratna Komala Sari Mohon Tunggu... Lainnya - untaian wacana dikara

seseorang yang gemar membaca buku, menulis puisi dan cerpen, juga menghayal. menyukai dunia per-kpopan. sedang menyelesaikan studi s1-nya di instansi swasta dengan jurusan ekonomi syari'ah. ig: @katarana_15

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Serba-Serbi Alam

27 Agustus 2020   06:59 Diperbarui: 2 September 2020   00:49 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

https://www.deviantart.com/aarongriffinart/art/dawn-speedpainting-342473490

Daun-Daun Berguguran

Oleh: Kim Rana


Semilir angin mendayu-dayu

Mengusik dedaunan nan tengah bersenda gurau

Sejatinya beliau enggan mengganggu

Namun, apalah daya kini dirinya tak lagi mampu

Kerap menyatukan keluarga manis itu

Tanpa sengaja sang angin melerai mereka

Daun yang tak erat mencengram dahan

Mau tak mau harus mencurahkan sepatah kata perpisahan

Dengan berat hati ia meninggalkan sanak saudara

Lantas terhempas kesana kemari mengikuti alur takdirnya.


4:52pm, 20 11 2019

____________________

Pada Rumput Yang Bergoyang

Oleh: Kim Rana

Srak... Srak... srak...

Kanan kiri depan belakang

Tak pandang bulu biarpun ia anak semang

Menari beriringan mengikuti irama

Melodi asri nan disekarkan alam untuk disanjungi

Mereka bergoyang seraya berdendang riang

Sesekali terbahak sebab kelakar seorang kawan

Begitu sederhana bila kita memandangnya belaka

Melainkan jikalau engkau mengarifi makna dibalik secorak kesederhanaan

Dapatlah kita memetik selaras pelajaran

Kendatipun demikian hanyalah segerombolan rumput yang bergoyang.


05:13pm, 20 11 2019

___________________

Langit Sendu

Oleh: Kim Rana

Telah lama aku memperhatikan dirinya

Dia yang acap memerekahkan senyuman menawan

Kerap ia manyapaku seraya tertawa riang

Menjadikan pipi merah merona

Akan tetapi pemandangan yang nampak di pelupuk mata

Membuatku terbelalak menyaksikannya

Sedangkan dirinya bak langit cerah

Yang menebar sinar mentari dengan bahagia

Namun entah mengapa, kini sang langit selalu bermuram durja

Menampakan awan hitam di sekelilingnya

Tak pernah sekalipun lagi ia  menegur serupa semula

Dirinya pun laksana punuk yang mendambakan keheningan

Rupanya kini sang langit tengah membekam rona jingga elok miliknya.


4:09pm, 21 11 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun