Mohon tunggu...
fix on 🐺ྀིྀི
fix on 🐺ྀིྀི Mohon Tunggu... Freelancer - enfp 8w7

☆﹕26 ┊ 🎸 .she/her .ᐟ.ᐟ @fixon!!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Women are Powerfull: Dari Queen Woo hingga Emansipasi Kartini

14 September 2024   07:42 Diperbarui: 14 September 2024   07:50 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Drama Korea terbaru, Queen Woo, menghadirkan kisah tentang kekuatan dan ketangguhan seorang perempuan yang berjuang di dunia penuh intrik politik dan kekuasaan. Di tengah tantangan yang ada, Queen Woo menggambarkan bagaimana seorang perempuan mampu memimpin dan menunjukkan bahwa dirinya bisa menjadi siapa saja yang ia inginkan, termasuk sosok yang berkuasa di dunia yang didominasi laki-laki. Kisah ini mengingatkan kita pada perjuangan emansipasi perempuan di Indonesia yang dipelopori oleh R.A. Kartini.

Kartini, yang sejak lama memperjuangkan hak-hak perempuan di era kolonial, memperlihatkan bahwa perempuan memiliki kekuatan luar biasa untuk mengubah hidup mereka dan masyarakat. Sama seperti Queen Woo yang menembus batas-batas tradisional dalam perannya sebagai pemimpin, Kartini membuktikan bahwa perempuan berhak memperoleh pendidikan, berdaya, dan merdeka dalam menentukan jalan hidup mereka sendiri. Baik di layar kaca maupun dalam sejarah, perempuan menunjukkan bahwa mereka bisa menjadi apa saja seperti penguasa, pelopor, dan pahlawan dalam setiap aspek kehidupan.

Dalam masyarakat Indonesia, khususnya bagi perempuan, kehidupan seringkali dipenuhi dengan "template" atau cetakan sosial yang seolah menjadi patokan hidup yang benar. Setelah menyelesaikan pendidikan, banyak yang beranggapan bahwa tahapan selanjutnya adalah menikah, lalu memiliki anak, dan menjalani kehidupan rumah tangga yang dianggap sesuai dengan harapan budaya. Terlebih bagi perempuan yang berusia sekitar 25 tahun, seringkali muncul tekanan dari lingkungan sekitar untuk segera menikah, seolah-olah itulah jalan hidup yang benar. Namun, benarkah demikian? Apakah hidup kita harus mengikuti pola yang telah digariskan masyarakat?

Kebebasan dalam Menentukan Arah Hidup

Hidup adalah pilihan, dan pilihan itu tidak ada yang benar atau salah selama tidak merugikan orang lain. Setiap individu berhak menentukan jalan hidupnya sendiri, baik itu memilih untuk menikah, melanjutkan karier, ataupun mengejar impian yang berbeda dari norma umum. Kebebasan dalam menentukan arah hidup adalah hak asasi yang seharusnya dihormati oleh setiap orang, tanpa terkecuali.

Perempuan, secara khusus, memiliki kekuatan besar untuk mengambil keputusan ini. Perempuan itu kuat. Mereka memiliki ketangguhan mental dan emosional untuk menghadapi tekanan sosial yang seringkali membatasi ruang geraknya. Di tengah pandangan masyarakat yang cenderung konservatif, perempuan bisa membuktikan bahwa mereka mampu menjadi apapun yang mereka inginkan---baik sebagai profesional sukses, ibu yang berdedikasi, atau bahkan individu yang memilih hidup mandiri.

Melepas Tekanan Sosial

Penting untuk diingat bahwa hidup bukanlah lomba yang memiliki garis finish yang sama untuk semua orang. Setiap orang memiliki perjalanan hidup yang berbeda. Untuk sebagian orang, menikah mungkin menjadi salah satu langkah penting dalam hidupnya. Namun, bagi yang lain, mereka mungkin lebih memilih fokus pada karier, pendidikan, pengembangan diri, atau bahkan mengeksplorasi passion dan hobi mereka.

Perempuan memiliki kekuatan untuk menolak tekanan sosial dan menentukan jalan hidupnya sendiri. Banyak perempuan di dunia yang telah membuktikan bahwa mereka dapat mencapai hal-hal besar di luar ekspektasi tradisional, baik dalam bidang politik, seni, sains, maupun bisnis. Mereka berani melawan stigma dan menciptakan perubahan, baik untuk diri mereka sendiri maupun masyarakat luas.

Menjadi Apapun yang Anda Inginkan

Dalam hidup ini, Anda bisa menjadi apapun yang Anda inginkan. Kekuatan perempuan terletak pada keberanian untuk bermimpi besar dan mengejar mimpi tersebut. Jika Anda bermimpi untuk menjadi seorang pengusaha, seorang seniman, seorang pendidik, atau bahkan petualang yang menjelajahi dunia, jalani itu dengan sepenuh hati. Dunia ini penuh dengan peluang, dan setiap perempuan memiliki hak untuk mengejar kebahagiaannya sendiri.

Tidak ada aturan yang mengharuskan seorang perempuan harus menikah di usia tertentu atau menjalani kehidupan sesuai dengan pola yang sudah ada. Perempuan bisa mendefinisikan kesuksesan dan kebahagiaan mereka sendiri. Baik dengan menikah, menjalani karier, atau mengejar impian pribadi lainnya, semuanya adalah pilihan yang sah dan berharga.

Hidup tidak harus mengikuti template yang sudah ditentukan oleh masyarakat. Menikah di usia 25 tahun atau tidak menikah sama sekali, itu semua adalah pilihan yang valid. Perempuan adalah sosok yang kuat dan memiliki kemampuan untuk memilih jalan hidup mereka sendiri. Yang terpenting adalah menjalani hidup sesuai dengan keyakinan dan kebahagiaan Anda sendiri, tanpa merugikan orang lain. Jangan biarkan pandangan orang lain membatasi potensi Anda. Setiap perempuan berhak menentukan masa depannya menjadi apa yang ia inginkan, dan menjalani hidup dengan kekuatan, kebebasan, serta rasa percaya diri yang penuh.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun