Mohon tunggu...
Radityo Sindhu Nugroho
Radityo Sindhu Nugroho Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

saya adalah siswa sma kolese kanisius

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Keberagaman, Sejarah, dan Berpikir Kritis: Keindahan Teks Anekdot dalam Konteks Indonesia

19 Mei 2023   21:29 Diperbarui: 19 Mei 2023   21:37 413
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Humor telah menjadi alat bagi kita manusia untuk menyampaikan baik kritik maupun hiburan dalam wujud yang lebih mudah dicerna. Dalam teks tanggapan anekdot ini, sang penulis (Ari Indarto) membahas dan menanggapi sebuah anekdot yang juga tidak berbeda. Teks Anekdot yang dibahas berlatar waktu pada masa Orde Baru, saat pengintaian dari pemerintah sedang marak. Gus Dur menceritakan mengenai sebuah intelijen yang sedang mengikuti beliau, lalu agar perbincangan Gus Dur dengan kiai lainnya tidak terdengar. Mereka akhirnya berbincang menggunakan bahasa Arab. Peristiwa ini membuat intel pun merasa bingung dan mengira bahwa mereka sedang berdoa. 

Menurut saya, sang penulis menanggapi anekdot ini dengan sungguh brillian. Menunjukkan pengaruh serta kemampuan yang dimiliki teks anekdot terhadap masyarakat umum. Sang penulis juga menunjukkan, betapa beragam interpretasi yang dimiliki masing - masing individu terhadap sebuah teks anekdot. Di permukaan-nya mungkin teks ini terlihat sebagai hiburan semata, dan sebatas guyonan. Namun dibawah permukaan tersebut, kita bisa melihat pesan - pesan tersirat yang diberikan oleh penulis. Untuk sekelompok individu tertentu, mungkin terasa kontroversial, dan tabu. Tapi di dalam komunitas lain, pesan tersebut relevan dan menjadi afirmasi, dan sebuah bantuan moral bagi mereka yang sedang menghadapi masalah yang similar. Di dalam teks anekdot ini, kita bisa melihat pesan tersirat mengenai sebuah masalah, yang terbilang cukup kelam dan tragis. Sungguh menarik bagaimana sang penulis, mendeskripsikan serta menunjukkan betapa kontroversial, serta penting teks anekdot ini.

Menurut saya, nuansa serta tema yang menarik dari teks anekdot ini bersumber dari latar cerita. Masa Orde Baru merupakan salah satu masa yang sukar untuk dikenang masyarakat, karena banyaknya pelanggaran HAM dan ketidakadilan yang terjadi. Namun mau tidak mau inilah bagian dari sejarah dan identitas warga indonesia. Kita dihadapi oleh segala tantangan dan rintangan, namun kita sebagai bangsa melewatinya bersama. Oleh karena itu, menjadi penting dan krusial bagi kita untuk menurunkan rasa dan kebersamaan kita ke generasi selanjutnya. Sungguh menarik bagaimana sebuah penderitaan generasi dapat diturunkan dan dijadikan sebuah batu pijakan melalui humor dan sebuah teks anekdot.

Menurut Pardiyono, definisi dari teks anekdot adalah teks atau cerita yang membahas mengenai kejadian lucu atau konyol pada masa lalu dengan tujuan untuk mengajak pembaca berbagi emosi. Jika kita tinjau berdasarkan definisinya, Anekdot Gusdur ini sungguh mencerminkan nilai - nilai yang dinyatakan oleh Pardiyono. Melalui kisah ini, Gusdur dapat berbagi sebuah emosi dan perasaan senasib yang sedang dialami oleh masyarakat pada masa itu. Mengingat dan mengenang segala peristiwa duka, luka, dan ingatan tragis, maupun baik di masa lalu.

Melalui contoh teks anekdot berikut, kita bisa tinjau lebih dalam signifikan, serta relevansi teks anekdot.

KUHP

Suatu hari seorang dosen sedang memberi kuliah tentang hukum. Dosen bertanya kepada Dirga tentang KUHP.

Dosen: Dirga, apa yang kamu ketahui tentang KUHP?

Dirga: KUHP itu Kasih Uang Habis Perkara.

Dosen: Jangan ngawur. Tolong jawab yang benar.

Dirga: Kenyataannya kan seperti itu, Pak. Banyak praktik sogok-menyogok. Masuk penjara asal punya uang, bisa cepat bebas.

Teks anekdot ini menunjukkan, dan mengilustrasikan salah satu aspek teks anekdot yang menurut saya tampak dalam teks anekdot Gus Dur. Yaitu mengenai bagaimana sebuah teks anekdot dapat menerjemahkan sebuah peristiwa duka, buruk, dan kontroversial menjadi sebuah guyonan, atau bahan komedi. Kita lihat pesan menarik, yang dibawa secara humoris yaitu bagaimana penyogokan untuk pembebasan tahanan yang terjadi dan relevan saat penyusunan anekdot. Kata - kata tersebut tajam menusuk orang - orang yang terkait, namun lembut dan meneguhkan bagi orang orang yang terdampak.

Kita semua ketahui, bahwa teks anekdot memiliki tujuan yang sangat penting dalam masyarakat kita. Melalui media teks anekdot, sebuah pesan yang penting, dan sulit untuk diterima dapat disimak, dan dimaknai pembaca dengan pikiran terbuka. Pesan - pesan yang disampaikan melalui humor terkadang dapat menyisip, dan melewati segala prejudis, prasangka, dan faham - faham kita sebelumnya mengenai hal tersebut.

Tujuan ini menjadi amat sangat relevan, dan berpengaruh dalam masa digital ini. Dimana pikiran - pikiran masyarakat menjadi semakin terbuka terhadap perspektif baru, dan sudut pandang baru. Namun juga rentan, dan mudah untuk disusupi segala misinformasi, unsur kebencian, radikalisme, dan pemikiran - pemikiran sesat lainnya. Melalui teks anekdot ini kita mampu membangunkan generasi baru, dan pikiran - pikiran baru untuk ikut turut berfikir, menjadi lebih kritis, serta menjadi pribadi yang lebih bersemangat, antusias, serta perhatian terhadap negara, dan kondisi masyarakat. 

Untuk menyimpulkan, teks anekdot memiliki kekuatan untuk menghadirkan humor serta menyampaikan pesan - pesan penting, untuk mengajak pembaca berbagi emosi, dan mengatasi tantangan yang terjadi pada diri mereka masing - masing. Dalam konteks indonesia ini, teks anekdot menjadi alat yang efektif untuk mengingat sejarah, menghadapi masa lalu kita yang tragis, dan penuh duka. Namun juga mewariskan nilai - nilai dan pengalaman duka ini untuk dipelajari generasi kita selanjutnya

Saran yang dapat saya berikan adalah untuk mendorong pemikiran kritis bangsa melalui pembacaan teks anekdot, memperkaya warisan budaya dengan mempelajari, menghargai, dan mewariskan pengalaman kepada generasi selanjutnya sebagai bagian dari identitas dan nilai-nilai bangsa. Dalam era digital ini, di mana pikiran masyarakat semakin terbuka terhadap perspektif baru, teks anekdot menjadi relevan dan berpengaruh. Namun, juga penting untuk mempertimbangkan penggunaan humor dengan bijak, agar tidak menyinggung atau melukai pihak lain. Dengan mengambil saran-saran ini ke dalam pertimbangan, teks anekdot dapat terus menjadi alat yang efektif dalam menginspirasi, mengedukasi, dan menghibur masyarakat Indonesia, serta membangkitkan minat terhadap sejarah dan mengembangkan pemikiran yang lebih kritis dan reflektif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun