Bapak Yoce Ade Saputra, adalah seorang dalang yang kukenal saat harus melakukan revitalisasi sastra di wilayah kota Tangerang Selatan. Saya dan Kepala Kantor Bahasa Provinsi Banten saat itu mengunjungi Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Tangerang Selatan untuk menanyakan mengenai Wayang Betawi di Kota tersebut.Â
Bertemulah kami dengan bapak Yoce yang saat itu mengenakan baju safari warna hitam dengan kopiah berwarna merah. Tahun 2018, kami mengadakan revitalisasi sastra Wayang Betawi di SMA swasta di kota Tangerang Selatan. Kegiatan saat itu, sangat keren dan menarik karena anak anak SMA yang bahkan belum pernah melihat pertunjukan wayang. Mereka belajar memainkan musik dan dilatih oleh tim musik gamelan ajeng pak Yoce.Â
Pemain musik pak Yoce adalah sekumpulan para bapak bapak yang sehari hari menjadi kuli atau kerja kasar tetapi mereka bersetia memainkan musik untuk mengiringi penampilan pak Yoce.Â
Pak Yoce sangat pandai bercerita. Saya menggali  mengenai sejarah, asal usul Wayang, peralatan musik, dan banyak hal yang menarik mengenai Wayang Betawi untuk penelitian vitalitas pada tahun berikutnya.Â
Pak Yoce mendapatkan keterampilan berdalang melalui proses yang panjang. Kakeknya seorang pedagang juga tetapi dia mendapatkan itu bukan secara warisan tetapi melalui titisan. Pak Yoce dari kecil berguru kepada dalang senior yang masih saudara jauhnya. Setiap pulang sekolah, dalang itu menceritakan alur cerita Wayang kepada Yoce kecil. Yoce kecil sudah sering ikut pertunjukan dalang senior itu dan ikut menabuh musik.Â
Secara tidak langsung, pak Yoce telah menyerap ilmu mendalang dengan langsung praktik lapangan. Jika tidak, dia menjadi asisten dalang. Sebelum mulai resmi mendalang, pak Yoce melakukan tapa untuk peresmian menjadi dalang. Melalui mimpi, pak Yoce telah divalidasi untuk menjadi dalang secara profesional.Â
Rombongan pemusik yang mengikuti pak Yoce sekarang adalah pemusik dalang yang mengajari pak Yoce. Usia mereka jauh lebih tua tetapi mereka sangat respek dan menghormati pak Yoce sebagai dalang.Â
Menurut sejarah, pada abad ke-16, prajurit mataram bertolak ke Jayakarta Saat itu mereka bermukim di kediaman penduduk di Betawi. Setiap malam minggu, prajurit dari Jawa memainkan wayang dan menarik perhatian warga sekitar.Â
Warga sekitar terhibur dengan pertunjukan wayang dan ingin mempelajari hanya terkendalaÂ
bahasa. Oleh karena itu, bahasa Betawi digunakan sebagai bahasa pada Wayang ini.Â
Mengenai lagu yang dimainkan saat pertunjukan , pada awal  pertunjukan wayang, permainan pemain musik memainkan tetalu jiro( tabuhan sore-sore), lagu layu-layu, anak ayam, dan tukang masak pulang.Â
Setelah lagu selesai, pada pukul setengah sembilan, dalang naik dan lagu yang dimainkan adalah kidung rahayu dang wangsit siliwangi.Â
Dalang ketok grobog dengan tabuhan gending tak jemput memakai terompet melayu. Setelah itu gunungan dicabut, dalang getok krecek diiringi lagu renggong gancang.Â
Setelah itu dalang murwa( syair dalam bahasa Sunda)Â
Setelah murwa, dalang memainkan kecrek dengan diiringi lagu jiro panjang
Dalang mengucapkan murwa sambil memainkan gunungan  setelah itu dalang membuka cerita. Contoh lakon "di negeri ngamarta, batara kresna.... "
Dalam satu cerita seperti cerita "Gatotkaca Perwira" Dimainkan dalam satu pegelaran Wayang mulai pukul setengah sembilang hingga pukul 9 pagi.Â
Pada masa lalu, dalang senior mengisahkan cerita batavia, cerita pangeran jakarta, dan cerita babad banten. Namun, kakek buyut dalang Yoce yaitu kakek buyut Pentol melarang dalang selanjutnya memainkan cerita ini karena khawatir salah dalam menceritakannya. Jadi, sekarang hanya cerita Mahabharata saja yang diceritakan.Â
Perbedaan Wayang kulit Betawi dan Wayang golek Betawi adalah pada saat dalang memainkan adegan perang. Pada Wayang kulit Betawi, dalang memainkan peperangan di wayang dengan diringi musik atau disebut perang duaÂ
wilet. Pada wayang golek Betawi, peperangan tidak diringi musik yang disebut perang kering. Pada wayang golek Betawi ada cerita yang menceritakan cerita sehari hari seperti cerita cepot besan dan cerita udel sunat.Â
Ada amanat yang tersirat pada pertunjukan wayang biasanya tersirat dalam penggambaran tokohnya atau diselipkan dengan simpulan oleh dalang. Tokoh tokoh dalam wayang kulit dan golek Betawi adalah tokoh dalam kisah Mahabarata yaitu Pandawa, Kurawa, Semar, Astrajingga. judul lakon wayang Betawi yang sering dimainkan seperti sayembara drupadi, Ratu Kalibata Gugur, dan Gatotkaca Perwira.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H