Mohon tunggu...
Adek Dwi Oktaviantina
Adek Dwi Oktaviantina Mohon Tunggu... Editor - Seorang abdi negara yang menyalurkan hobi menulis, bercerita, dan berkawan dengan seluruh lapisan manusia

Saya menyukai kisah seseorang, cerita motivasi, novel petualangan dan fantasi, balapan Formula Satu, K-pop, kisah kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence

Review Deus Ex Machina: Kala Mesin Memiliki Kesadaran

31 Oktober 2023   12:04 Diperbarui: 31 Oktober 2023   12:07 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Artificial Intelligence. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Gerd Altmann

Beberapa hari lalu, saya menonton beberapa tayangan di youtube mengenai artificial intelligence dan perkembangan dalam penerapan teknologi hingga melihat beberapa quotes Elon Musk mengenai "Deus Ex Machina" Atau Tuhan yang terlahir dari mesin. 

Film tersebut membuka kesadaran bahwa sebuah mesin yang diciptakan manusia akhirnya memiliki tujuan dan kesadaran sendiri hingga membunuh tuannya. Lalu, bagaimana itu bisa terjadi dan hingga setingkat level penciptaan seperti apa yang membuat mesin memiliki kesadaran. 

Yang paling menakutkan dari pengembangan AI sendiri adalah kita tidak bisa mengontrol proses berpikirnya dan hanya bisa memantau alurnya. Seperti manusia takut dengan alien dan mutan. Manusia selalu takut kepada sesuatu yang mengancam keberadaannya. Makhluk lain yang bisa menggantikan manusia untuk memimpin di bumi. Ketakutan akan makhluk dengan kecerdasan lainnya itulah yang membuat sosok alien menjadi makhluk misterius dan ditakuti keberadaannya. 

Bagaimana manusia menghadapi perkembangan teknologi yang pesat dan bisa saja menghapuskan jejak manusia di bumi. Bagaimana cara manusia tetap bertahan di tengah ciptaannya dan kerusakan yang dibuat sendiri. Seberapa jauh ilmu pengetahuan yang bisa mengkonstruksi kehidupan lain atau membuat simulasi kehidupan lain dengan kecerdasan setara atau lebih daripada manusia. Intinya, jika sesuatu itu lebih cerdas maka manusia akan kehilangan kendali atas teknologi yang diciptakannya sendiri. 

Kesadaran itu berasal dari otak atau dari hati. Kesadaran itulah yang membedakan AI dengan manusia. Hingga suatu saat nanti, apakah manusia menjadi terbantu dengan AI sebagai kolaborator dan A sebagai pemusnah masal. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun