Mohon tunggu...
Adek Dwi Oktaviantina
Adek Dwi Oktaviantina Mohon Tunggu... Editor - Seorang abdi negara yang menyalurkan hobi menulis, bercerita, dan berkawan dengan seluruh lapisan manusia

Saya menyukai kisah seseorang, cerita motivasi, novel petualangan dan fantasi, balapan Formula Satu, K-pop, kisah kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Hukum Tabur Tuai, Hobi Membaca Komik Jadi Konflik Masa SMP

22 Oktober 2023   09:13 Diperbarui: 22 Oktober 2023   09:20 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada tahun 90 an, di perumahan tempatku tinggal Pongangan Indah. Black out, adalah tempat rental komik yang legendaris dan satu satunya di perumahan itu. 

Hampir tiap hari aku meminjam komik di Black out dengan kakakku. Bisa dibilang kami pernah merasakan adiktif atau kecanduan baca komik.   Itu saat duduk di bangku SMP. Dalam waktu dua atau tiga hari, kami meminjam 12 komik. 

Bayangkan, dalam sebulan berapa komik yang kami baca. Komik yang kusukai saat itu adalah Dragon Ball (aku membaca berulang ulang bahkan repetisi 5 hingga 10 kali), detektif conan ( aku hanya membaca sekali atau dua kali tetapi sangat lama karena harus memahami kasusnya), Slam dunk ( seru permainan basketnya), cardcaptor sakura ( ini suka banget gambar dan desain baju), dan banyak komik lainnya yang serial cantik atau horor. 

Seri buku goosebumps adalah bacaan yang aku sukai karena plot twist bikin kesel dan penasaran. Ada teman kakaku yang selalu meminjam goosebumps menggunakan akun kami hingga kami bisa menamatkan semua serial. 

Tanpa kami ketahui, pemilik Blackout bicara dengan orang tuaku. Dia bercerita jika kami menghabiskan uang sebagai peminjam terbanyak di tempat rental. 

Orangtuaku marah dan sempat mau membakar buku buku komik yang kami pinjam. Saat itu, aku masih SMP dan masa pemberontakan. Jadi aku sangat kesal dan sedih. 

Namanya juga sudah kecanduan dan tidak bisa berhenti membaca komik Jepang dan novel goosebumps. Aku beralih ke rental lain yang berada di perumahan lainnya seperti Smurf yang ada di BP wetan dan casper , rental di perumahan lain juga. 

Aku rela tidak makan dan jajan di sekolah demi bisa merental komik dan novel. Orangtuaku khawatir. Katanya lebih baik kalau punya uang buat beli bakso daripada baca buku. 

Aku merasa sedih karena hobiku dan kakakku tidak disukai oleh orangtuaku. Sampai sekarang pun, aku merasa kesal. Saat kelas lima SD aku pernah dipukul sapu karena beli buku goosebumps.

Sebenarnya nilai di sekolah pun tidak terganggu karena masih masuk lima besar meski setiap hari membaca komik. Hanya aku memang suka membaca komik yang sengaja kutaruh di tengah buku pelajaran. Jadi kelihatan belajar tetapi membaca komik. 

Nah, di kelasku 1 E,pas SMP, teman teman di kelas juga suka membaca komik dan menggambar. Jadi kami sering membuat komik dalam kertas dan diedarkan. Aku suka membuat cerita lucu tentang suatu hal yang kulihat di TV dan membuat cerita sendiri secara bersambung. Diedarkan dari bangku ke bangku sebagai hiburan kami saat istirahat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun