[caption id="attachment_171453" align="aligncenter" width="600" caption="http://intermediaanaknegeri.files.wordpress.com"][/caption] Nah ini pengalaman asli (bukan iklan kecap). Kemarin, sehabis magrib, karena kasus Buku Pelajaran/LKS yang memuat kata Istri Simpanan, saya sempat akan jadi salah seorang yang akan diwawancarai oleh sebuah stasiun televisi. Begini ceritanya. Sepulang dari kantor, sedang asyik membaca Kitab Salahuddin yang ditulis oleh Tariq Ali, saya mendengar ponsel saya berdering (tentu karena ada panggilan masuk, bukan karena saya telan, ngasal). Saya cari-cari tuh ponsel, di mana kok suaranya terdengar, namun penampakan tidak ada. Ternyata eh ternyata tuh ponsel belum saya keluarkan dari saku celana kantor yang nyangkut di dapur. Terlihat di layar ponsel seorang teman Koplak Yo Band di seberang sana. Teman : Hallo Mas Kimi Saya : Hallo, Bu apa kabar? Teman: baik-baik sajah, mas. eh mas mau diwawancara nggak via telpon tentang kasus buku Istri Simpanan? Saya: Wawancara gimana Bu? (harapannya seh diundang jadi masuk tipi). Teman: wawancara via telpon mas, nanti kalau mas setuju, akan saya berikan nomor ponsel mas Saya: mmmm, wawancara yah bu, berapa lamanya? Teman : paling juga dua menit, nanti mas kimi bilang orang tua siswa yah. Saya : ok bu ... Rasa senang masuk tipi (walau hanya suaranya) menggelayut di kepala saya. Ketika istri saya keluar dari menidurkan bayi kami, saya bercakap-cakap dengannya. Saya : Bun, nanti ayah mau diwawancarai ama tipi (pedeh) Istri : wawancara gimana? kok bisa? tentang apa? Saya: tadi teman ayah nelpon ia butuh sumber untuk diwawancari via telpon tentang buku sekolah Istri: di stasiun tv mana yah? Saya: tuh yang lagi ayah tonton Istri: oh, (sambil tak percaya bakal ada  stasiun tipi  yang mau nelpon) Saya menunggu dan menunggu. Sambil memegang ponsel saya bolak-balik dari menonton tipi ke ruang tamu, persis seperti setrikaan (maklum mau diwawancara sama tipi walau hanya suaranya yang terdengar). Istri saya kesal juga melihat adegan seperti itu ia berkata, "Yah santaii saja atuh, ntar ketahuan lho kampungannya".  (Glededek .....) Akhirnya saya duduk lagi di sofa. Tunggu punya tunggu tak ada yang nelpon. Memang ada yang miss call tetapi nggak nelpon. Eh yang diwawancarai malah Menteri Pendidikan Nasional.  Istri mesem-mesem dan tertawa ngakak sambil menyindir saya, 'Katanya mau diwawancarai'? Tidak itu saja teman iseng di twitter membuat tweet bahwa saya mau diwawancarai ama tipi. Tunggu punya tunggu suara saya tak juga hadir. Mereka iseng bikin Tweet Menteri yang tertukar. Sambil ngakak mereka menambahi dengan ledekan, 'suara yang tertukar.' Lha nasib, nasib .. wong mau diwawancarai saja dan stasiun tvnya sepertinya butuh banget kok malah nggak jadi. Istri saya menambahi, katanya jangan Ge-ER duluan, biasa saja tuh tv cuma iseng doang. Yah mau gimana lagi wong tadi janjinya mau ditelpon, hiks. Powered: Koplak Yo Band Note: Royalti akan dibayarkan ke @D3551 dan @daffana sekira saya jadi menteri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H